Bab 22

113K 5.4K 219
                                    

Saat membuka mata, Ara dapat mengetahui cuaca di luar sana sudah cerah.

Ara menengok ke samping disana ada Bima sedang tertidur meringkuk seperti bayi. Mungkin saja dia kedinginan, karena Ara yakin betuk jacket yang di pake Bima tidak akan bisa menghilangkan suhu yang dingin ini.

Apa kagi Bima yang sering bergerak-gerak di dalam tidurnya menandakan ketidaknyamanan nya.

Tentu saja tidak nyaman, bahkan Ara juga merasakan hal yang sama walau sempat tertidur nyenyak barusan dengan di balut sleeping bag milik Bima seperti kepompong.

Ara berusaha mengeluarkan tangannya dari sleeping bag, tapi itu sangat susah sekali. Ara sudah merasa tak nyaman berada di dalam sleeping bag ini.

Dia jadi menyesal memasukan kedua tangan nya ke dalam seperti ini, sudah seperti kepompong saja.

"Kenapa? Masih kedinginan?" Tanya Bima dengan suara seraknya.

"Gak bisa bukak ini." Cicit Ara dengan menengok ke badannya yang terkurung seperti kepompong.

Bima terkekeh mendengar nya lalu membukakan resleting sleeping bag itu.

Dengan reflek Ara langsung duduk setelah resleting bag nya terbuka dan menggeliat menghilangkan pegal di badannya.

Ara membuka realeting yang menutup tenda mereka dan menggulung pintunya agar udara bisa masuk ke dalam.

Arabella keluar dan melihat sekelilingnya.

Sangat indah, itulah yang ada di benak Ara.

Pemandangan hutan mati tempat mereka mendirikan tenda dan pemandangan puncak gunung tepat di belakag tenda mereka di tambah  sedikit asap-asap dari beberapa kawah lahar di puncak gunung itu membuat mata Ara berbinar. Karena baru sekali ini dalam hidupnya melihat semua ini.

Belum lagi udara yang tidak akan pernag dia dapatkan di Jakarta.

Perjalanan yang penuh tantangan menakutkan yang sempat dia jalani seolah terobati  saat melihat keindahan alam di ini.

"Bima." Panggil Ara.

"Hmm." Dehem Bima yang duduk di pintu tenda memperhatikan Ara.

"Selama di sini mandinya dimana?"

Bukannya menjawab Bima malah terkekeh.

"Kenapa?" Tanya Ara mengerinyitkan keningnya.

"Di sini gak ada sungai atau semacamnya untuk bisa di pergunakan mandi. Disini cuma ada mata air buat minum para pendaki." Jelas Bima.

"Jadi?" Kata Ara mengerinyit.

"Kita gak mandi." Jawab Bima enteng membuat mata Ara melotot.

"Mana enak gak mandi." Cicit Ara mengerucutkan bibirnya.

Bima menjangkau carrier miliknya dan mengeluarkan beberapa tissue basah.

"Sini duduk." Perintah Bima menepuk tempat di sebelahnya.

Ara hanya menurut saja.

"Buat apa?" Tanya Ara saat Bima memberikan sebungkus tissue basah ke tangannya.

"Buat bersih-bersih badan katanya gak enak kalau gak mandi kan?"

"Tapi ini kan buat pantat bayi." Ucap Ara polos.

Bima terkekeh dan mengacak rambut Ara.

"Gak apa-apa, cuma di badan aja. Buat cuci muka sama gosok gigi pake air itu aja." Jelas Bima menunjuk botol-botol minum.

Ara mengangguk lesu.

"Ayo ikut." Ucap Bima dan berdiri dari duduknya, di tangan nya sudah ada camera yang memang sengaja di bawa kesini.

SUAMIKU ADIK PACARKUWhere stories live. Discover now