Khawatir

1K 64 6
                                    

Jika kamu mengkhawatirkan seseorang, ingatlah bahwa itu tanda dari kamu sayang kepadanya

   Jam pulang sekolah akhirnya berbunyi. Waktunya para murid untuk pulang kerumah masing-masing. Tidak dengan kita. Karena kita akan bersenang-senang ke rumah Fany. Menikmati lepasnya jam sekolah dan tentunya menghabiskan waktu bersama.

   Akhirnya hanya kita bertiga yang main di rumah Fany, kita pulang naik angkutan umum seperti biasanya, Fany dan Putri berdebat karena keadaan di angkutan umum sedang sepi, mereka berdebat untuk memperebutkan Azka sambil bercanda. Aku gak tau mereka ngomong serius atau engga dan akhirnya aku pun ikutan bercandaan mereka.

“Wah Put tadi lu gak ada sih”. Kata Fany dengan nada meledek ke Putri.

Putri yang tadinya fokus mengetik handphone nya untuk mengirim kabar ke ibunya bahwa dia akan pulang telat karena bermain ke rumah Fany dulu, akhirnya langsung mengetik dengan cepat dan langsung kirim ke nomor telepon ibunya.

Putri sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan Fany kepadanya, “Kenapa emang Fan?”. Tanya Putri dengan tubuh sedikit bergeser mendekati Fany.

“Tadi si Kyla kan ngeliat bukunya si Azka terus si Azka sempet senyum gitu”.

Fany memang sempat kembali ke kelas tadi karena lupa mengambil handphone dan melihat aku dan Azka mengobrol dengan cukup dekat. Dia ingin sekali bergabung, tapi dia cukup pemalu dihadapan pria, apalagi pria yang dia sukai.

“Terus?”. Tanya Putri lagi dengan penasaran.

“Senyumnya manis banget Put, lesung pipinya itu gak nahan banget bikin meleleh haha." Lanjut Fany dengan senyumannya yang heboh seperti melihat seorang pangeran saja.

“Ah nyesel gua, suruh dia senyum lagi gih. haha”. Celoteh Putri dengan sedikit tawa ringan.

“Gak ah nanti lu ikutan seneng haha, pokoknya si Azka buat gua.” goda Fany.

“Enak aja lu, buat gua lah”. Sahut Putri seolah tidak ikhlas.

“Dih buat gua aja Put! Lu cari yang lain sana wkwk”.

Kenapa sekarang mereka jadi heboh merebutkan Azka ya. Sosok pria pendiam yang hanya menyukai buku-buku kosong untuk ditulis. Tidak mudah bergaul. Aku kurang suka dengan cowok seperti itu, yang menunggu disapa duluan baru mereka akan merespond. Sok paling ingin diperhatikan.

Lucu juga melihat mereka berdua ribut karena satu orang, rasanya aku ingin meledek mereka dan juga ingin ikut bercanda seolah merebutkan Azka juga.

“Tuhkan kalian suka sama si Azka haha” ucapku ikut bergabung obrolan mereka dan tentunya meledek. “Udah Azka buat gua aja haha” lanjutku.

“Kan lu udah ada Dimas, gak boleh gitu Kyl” jawab Fany merasa tidak adil.

“Tau lu Kyl, udah buat gua sama Fany aja wkwk” ujar Putri.

“Gak! Buat gua seorang aja, gamau sama lu Put haha”. Kata Fany, tidak rela jika Azka dibagi dua.

Di sepanjang jalan mereka terus berdebat seperti itu, obrolan para cewek tidak jauh dari hal seperti itu. Apalagi kalau ngomongin tentang cowok, seakan-akan pria tersebut seorang pangeran dan mereka sedang merebutkannya dengan berlomba menampilkan tari-tarian terbaiknya.

"Tapi emang lu sekarang juga suka Azka kyl?" Tanya Putri tiba-tiba dengan wajah yang serius itu.

"Ya enggak lah". Jawabku dengan tegas.

"Terus kenapa tadi lu ngajak ngobrol Azka?" Pertanyaan kepo Putri yang membuat Fany juga ikut menyimak dengan serius juga.

"Kalian kan ninggalin gue ke kantin, cuma ada dia di kelas. Dari pada gue bete, ya gua ajak ngobrol aja. Sekalian mau tau, cowok yang kalian rebutin tuh kayak gimana aslinya".

Cinta AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang