Kejebak Hujan

1K 82 0
                                    

"Ini hujan deras banget. Para jomblo lagi nangis berjamaah kali ya?" keluh seorang anak berkacamata dengan tangan memeluk lutut temannya.

Mendengar keluhan tersebut, anak berambut putih kemerahmudaan menoleh kemudian berkata, "Kok lu gak ikutan?"

"Maksud loh?" tanya si anak kacamata bingung.

"Lu kan jomblo."

Suara riuh tawa langsung membahana, tawa paling keras dikeluarkan oleh anak berambut abu-abu.

"Gak usah ngetawain. Lu juga sama." ucap si putih kemerahmudaan yang sukses menghentikan tawa si abu-abu yang kini mendelik padanya.

"Jomblo itu apa?" tanya anak berambut merah, polos. Membuat si abu-abu menoleh cepat pada anak yang duduk di samping anak berlidah tajam tadi.

"Jomblo itu-...."

"Jomblo itu makanan, Riku." jawab si putih kemerahmudaan itu lembut. Sangat kontras dengan sikapnya beberapa saat yang lalu.

Si abu-abu terlihat mendengus karena ucapannya ditikung oleh anak itu. Ucapan boleh ditikung. Tapi kalo gebetan ... Nonono, tidak akan dia biarkan.

"Makanan apa itu?" Kini anak berambut biru muda yang bertanya.

"Makanan manusia."

"Belum pernah lihat."

"Itu yang dijual di warung emaknya Gaku."

"Belum pernah makan."

"Makanya beli. Maunya gratisan mulu, sih." Gaku malah nge-gas. Padahal yang ditanya Kakaknya Riku.

"Kita kan gak boleh nolak rejeki. Kalo So-chan jajanin, ya aku sih hayu-hayu wae."

"Ngeles aja, lu. Kayak bajay."

"Marah-marah aja, lu. Kayak ibu tiri." Tenn menyahut, membuat Gaku kembali mendelik padanya.

"Sudah-sudah, jangan berteman. Gelud ae, gelud."

"Yamato-san, kok malah ngomporin? Pisahin atuh. Kalo mereka gelut disini, saungnya bisa rubuh." Anak berambut putih keunguan mencoba melerai pertengkaran kedua teman mereka.

"Kita kan lagi gak di sawah, Sougo-san. Kok bisa ada belut?" Riku memiringkan kepalanya bingung.

"Tenn, adek lu ini polos apa ogeb, sih?" Gaku menatap Riku prihatin seraya menggelengkan kepalanya.

"Polos, lah. Yang ogeb kan, elu." sahut si Kakak tanpa dosa. Membuat Gaku ingin menambah dosa dengan cara mencakar muka songong temannya itu.

Ugh, Gaku tuh gak bisa diginiin.

"Hujannya kapan berhenti, ya?" keluh anak berambut biru muda seraya memandang genangan air yang semakin tinnggi. "Bisa banjir nih kalo keterusan."

Ctaarrrr ...

Mereka terkejut bukan main saat kilatan petir menyambar. Anak-anak ucul itu refleks berpelukan layaknya teletubis.

"Huwaaaaaa... aku mau pulaaanggg." teriak si biru muda dengan airmata membasahi wajahnya.

"Tenanglah, Tamaki-kun." Sougo mengelus kepala Tamaki. Berharap hal itu bisa menenangkan temannya tersebut.

"Bisa lepasin gak?" tanya Tenn sinis pada Gaku yang kini memeluknya bak seekor Koala. Seolah tersadar, Gaku segera melepaskan lilitan tangannya di tubuh Tenn dan memandang ke arah lain. Kemanapun asal tidak bertemu tatap dengan kembaran Riku yang kini seolah memunculkan tanduknya.

Saat Gaku menoleh ke jalanan, saat itu pula bulu kuduknya meremang.

"G-guys ..." Gaku tergagap. Matanya tak lepas dari sosok berbaju putih dengan rambutnya yang panjang tengah berjalan dengan tangan menggenggam daun pisang guna melindungi kepalanya dari tetesan air hujan.

IDOLiSH7: Oneshot's CollectionWhere stories live. Discover now