ENAM BELAS

603 27 1
                                    


Apa salah, jika aku mengukir senyum dengan kamu sebagai alasannya?

***

Bela yang sudah merasa takut sejak tadi memberanikan diri untuk melerai kedua pria itu agar tidak bertengkar lebih parah lagi

"Udah cukup! Oke, gue ngaku. Gue yang udah ngunciin Adel di toilet dan neror Adel selama ini" Bela berucap dengan nafas yang memburu, tersirat jelas kebencian dimata Bela tiap kali ia mengingat seorang Adel

Gilang membelalakan matanya, ia tak percaya gadisnya ini akan mengakui semua perbuatannya, sedangkan Alka. Ia menatap Bela dengan tatapan yang sulit di artikan

"Apa alasan lo?" Tanya Alka dingin

"Karna gue benci sama dia, dia suka sama Gilang" jawab Bela menatap Alka berani

Alka terkejut, tapi secepat mungkin ia menyembunyikan ekspresinya itu. Sejujurnya Alka tak percaya dengan apa yang barusan Bela ucapkan, benarkah selama ini Adel menyimpan rasa untuk Gilang ? Demi apapun Alka tidak akan membiarkan gadis yang ia sayanginya itu menjatuhkan hati kepada orang yang salah. Jelas Gilang sudah memiliki kekasih, ditambah sepasang kekasih itu telah melukai gadisnya! Tangan Alka terkepal kuat, kini emosi nya sudah tersulut. Antara ia tak terima dengan kenyataan Adel yang menyukai Gilang dan pengakuan Bela bahwa benar, mereka lah pelaku nya. Alka ingin meluncurkan segala sumpah serapahnya kepada gadis yang ada di hadapannya ini, namun masih ia tahan karna mengingat prinsip ia tak begitu, ia tak akan pernah mau membentak seorang wanita, apalagi berbuat kasar. Ketika Alka ingin membuka suara, Gilang sudah terlebih dahulu bersuara. Satu kalimat yang berhasil membuat tangan Alka semakin terkepal kuat, dan hati kian memanas

"Gue yang suruh Bela" Ucap Gilang cepat

Jelas hal itu membuat Bela menoleh kaget dengan mulut terbuka. Sedangkan Alka yang sudah sangat emosi, langsung mendorong kuat Gilang hingga tubuhnya menabrak meja yang tak jauh darinya. Satu tangannya mencengkram kerah kemeja seragam Gilang

"Maksud lo apa ngelakuin itu ke Adel hah?!" Suara Alka meninggi, rahang nya mengeras

"Biar Adel jauh jauh dari gue dan gak ganggu hubungan gue sama Bela lagi" jawab Gilang santai, matanya menatap Alka seolah menantang

"Kapan dia ganggu hubungan lo?! Lo fikir Adel cewek agresif ? Yang bakal ngejar-ngejar lo?? Dia gak akan ngejar cowok brengsek kaya lo!"

"Ohya? Siapa tau suatu waktu dia bakal sujud di depan gue sambil mohon-mohon buat jadi cewek gue?" Ucap Gilang diakhiri dengan tawaan sinis.

Ucapan Gilang barusan berhasil membuat amarah Alka semakin naik ke ubun-ubun

Bugh!

Kesabaran Alka benar-benar telah habis, Bela yang melihat Gilang tersungkur akibat pukulan yang diberikan oleh Alka, menjerit kaget. Ia panik, tapi ia juga tak memiliki keberanian untuk menyelamatkan kekasihnya. Alhasil ia hanya diam mematung dengan kaki gemetaran

"Adel gak serendah itu brengsek!" Alka hendak kembali melayangkan pukulannya, tapi sebuah suara mengehentikkan niatnya

"Alka cukup" teriak seorang gadis berlari menghampiri Alka dan Gilang. Adel, ia adalah Adel. Sebenarnya Adel sudah mendengar semuanya dari kejauhan namun ia lebih memilih mendengar semuanya tanpa mendekat. Dan kenyataan yang ia terima begitu melukai hatinya, benarkah Gilang otak dari semua teror yang ia dapatkan? Benarkah Gilang melakukan itu semua demi menjauhkan Adel darinya? Tapi kenapa? Adel benar-benar tak bisa berfikir jernih. Semua yang ia dengar barusan seolah membuat otaknya berhenti bekerja. Dan tentunya hati yang lebih jauh dari kata baik-baik saja. Sakit, benar-benar sakit

Alka mengalihkan pandangannya dari Gilang ke seorang gadis yang sedang menghampirinya dengan setengah berlari

Adel melepas cengkraman tangan Alka dari kemeja Gilang dengan lembut, tangan lainnya meraih satu tangan Alka yang terkepal dan membuka kepalannya dengan lembut. Alka yang melihat hal itu hanya terdiam

Adel berdiri tepat di hadapan Gilang dan menatap lekat tepat di manik mata pria itu

"Apa bener kamu yang udah lakuin semuanya?" Tanya Adel masih terus menatap Gilang

"Jawab aku lang. Please" tanya Adel lagi, kini suaranya terdengar bergetar akibat menahan tangis, ia menggit bibir bawahnya mencoba menguatkan diri karna ia merasa matanya kini mulai memanas

"Gilang jawaabb!" Teriak Adel sambil menarik-narik kemeja seragam Gilang, sedangkan Gilang masih bungkam, lidahnya terasa kelu melihat mata gadis ini mulai berair, ia tahu sebentar lagi gadis ini akan menangis, hanya saja ia tahan berusaha agar tetap terlihat kuat. Kedua tangannya pun masih mencengkram kedua lengan Gilang lebih tepatnya kemeja seragam yang ia pakai

Lama hanya diam,  Gilang menelan salivanya kemudian mengangguk pelan.
Seketika air mata yang Adel bendung sedari tadi tumpah juga, kini pertahanannya runtuh, hatinya seolah teriris melihat Gilang menganggukan kepalanya. Bela masih setia berdiri mematung tak bereaksi apapun. Sedangkan Alka, seolah bom yang di hitung mundur dan akan segera meledak, wajahnya merah padam menahan amarah

Adel menggeleng pelan, tak percaya
"Lo jahat Lang, lo jahat! Salah gue apa hah?! Salah gue apa sama lo?" Suara Adel meninggi beserta isakannya yang terdengar pilu

"Karna gue suka sama lo? Iya? Itu kesalahannya? Jadi seseorang yang menyimpan rasa untuk orang yang udah dimiliki orang lain itu lo nilai salah? Walaupun, orang itu gak pernah ada niat sedikitpun untuk merebut paksa orang yang disukai nya itu? Salah lang? Salah??!"

"Salah kalo selama ini gue mandang lo dari kejauhan, mengukir senyuman secara diam-diam dengan lo sebagai alasannya, salah kalo gue mengagumi sosok lo selama 2 tahun ini?" Tutur Adel dengan lirih, kini wajahnya benar-benar sudah banjir oleh air matanya. Alka yang melihat Adel begitu rapuh ingin rasanya ia menarik tubuh mungil gadis itu dan merengkuhnya, hatinya ikut merasa sakit melihat air mata gadis itu mengalir tanpa henti

"Salah, jelas salah. Gue gak suka sama lo, gak akan pernah suka sama lo. Jadi mending lo ngaca sebelum memilih gue jadi orang yang lo sukai".

DELKAWhere stories live. Discover now