Bab Enam

3.7K 535 39
                                    

"Ada yang ingin kutanyakan."

Jisoo masih memegang segelas kopi di tangan kanannya. Sedang tangan kirinya masih menggenggam pergelangan tangan Jennie. Masih takut jika ia harus menggenggam tangan gadis itu, maka potongan kejadian yang membuatnya pusing, bisa kembali muncul.

Jennie diam di depannya, tak mengatakan apapun. Angin berhembus menerbangkan rambut keduanya. Mereka sedang berada di balkon rumah sakit yang sangat sepi. Terpisahkan oleh kaca dengan ruangan di dalamnya. Terlihat orang berlalu lalang di dalamnya, melewati Jisoo dan Jennie.

"Apa kau merasa pernah memiliki gantungan kunci dengan miniatur Menara Tokyo kecil?"

Pertanyaan pertama yang langsung dijawab Jennie dengan mengeluarkan benda yang ditanyakan Jisoo. "Maksudmu ini?" Ujarnya seraya menggantungkan benda itu di tangannya.

Jisoo mengangguk, badannya hanya diam. "Kau yang punya?"

Jennie menggeleng. "Bukan aku, tapi aku juga merasa tidak asing dengannya. Jadi, ingin aku simpan sampai aku tahu ada apa dengan benda ini."

Jisoo menautkan alisnya, menatap ke arah Jennie. Tangannya sedari tadi sudah melepas pergelangan tangan Jennie. "Kau juga merasakannya?"

"Merasa tidak asing? Ya, aku merasakannya. Itu yang kau maksud?"

Jisoo tidak pernah melihat itu sebelumnya, pun merasa asing dengannya. Hanya saja, benda itu mampu membuatnya merasakan hal yang sama ketika Jennie menggenggam tangannya.

"Lupakan tentang benda itu. Sebaiknya memang kau menyimpannya. Aku juga sedikit penasaran dengannya." Jisoo diam sebentar, melirik ke arah tangan Jennie yang masih di perban. "Masih sakit?"

Jennie menaikkan tangan kirinya, dan langsung menggeleng. "Sudah baikan."

"Kau ingat malam pertama kita bertemu?" Tanya Jisoo, melenceng dari topik sebelumnya.

Jennie kontan mengangguk. "Ya, waktu itu kau bermain gitar sambil bernyanyi. Sangat bagus!" Seru Jennie di akhir membuat Jisoo ingin tersenyum bangga.

Tapi, buru-buru diurungkannya keinginan itu. Ia masih ingin bertanya lebih serius. "Oke, kau ingat kalau aku bermain musik dengan dua orang temanku?"

Jennie tampak berpikir, berusaha menggali ingatannya pada malam itu.

"Tidak,"
"Kau sendirian saat itu, bukan?"

Jisoo sekarang sangat yakin gadis di depannya berbeda. Jelas-jelas ia bermain bersama dengan Lisa dan Rose. Lagipula, ia ingat kedua temannya itu sempat bertukar pandang dengan Jennie. Jisoo menelan ludahnya, rasa penasarannya makin memuncak.

"Lalu Seulgi? Kau ingat kan kemarin lusa kau berada di ruangannya?"

Jennie seketika tertawa, membuat Jisoo memandangnya makin lekat. "Aku saja baru bertemu orangnya tadi, bagaimana kemarin lusa?"

Jennie merasa diinterogasi dengan Jisoo saat ini. Pertanyaan itu terkesan aneh karena berbanding terbalik dengan apa yang diingatnya. Pertanyaan itu selalu salah di pikirannya.

Jisoo diam, tidak ingin berbicara lagi. Beberapa menit, mereka hanya menatap satu sama lain.

"Oh iya, apa luka di tangan ini karena aku melukainya sendiri?" Tanya Jennie membuat Jisoo langsung menganggukkan kepalanya. "Ya, kau tidak mengingatnya?"

"Aku malah tidak tahu."

Seketika Jisoo mengurungkan niatnya untuk membawa Jennie ke kantor polisi. Meski bukan bidangnya untuk menangani sesuatu yang membingungkan ini, tapi Jisoo bisa meminta bantuan Irene untuk mendapatkan jawaban itu. Jennie harus terus tinggal bersamanya sampai teka-teki tentang siapa dan apa mau gadis itu tiba-tiba muncul dalam kehidupannya.

(✔️) RESET [ JENSOO STORY ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang