BAB 1 || LUKA YANG TERBUKA

8.6K 359 13
                                    

Empat tahun kemudian ...

Kehidupan manusia pasti akan mengalami perubahan. Contoh kecilnya ketika kehilangan orangtua yang amat dikasihi saat usia masih begitu muda. Apalagi kematian itu terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya tanda atau firasat buruk.

Hal tersebut kemudian semakin memperjelas bahwa maut, jodoh, dan rezeki sudah menjadi rahasia Sang Pencipta tanpa diketahui oleh manusia.

Pagi ini Raesha kembali memacu motor matic miliknya membelah jalanan kota yang selalu ramai di akhir pekan. Melaju beberapa kilometer untuk sampai di suatu tempat.

Tapi, sekali lagi tidak ada yang bisa menghindari takdir yang sudah ditetapkan Allah. Mau bagaimanapun caranya seseorang menghindar, bagaimanapun hebatnya seseorang bersembunyi. Apalagi ketika ajal akan menjemput.

Sejauh satu kilometer jarak yang ditempuh Raesha dari rumah kontrakan menuju cafe tempat ia bekerja, di tengah jalan perempuan itu harus menyaksikan insiden kecelakaan antara pemotor dan pengendara mobil.

Tidak seperti kebanyakan orang yang terlihat sangat antusias ingin memastikan bagaimana kondisi korban kecelakaan tersebut, Raesha justru tetap bertahan pada posisinya dengan tangan yang mencengkram kuat stir motor dan mata yang mulai berkaca-kaca di balik helm.

Kecelakaan maut yang terjadi tepat di depan mata Raesha tersebut tanpa sadar kembali membuka luka lama kehidupannya. Meski sudah berlalu sejak empat tahun yang lalu, tapi bayangan suram saat orangtuanya harus menghembuskan napas terakhir di perjalanan menuju rumah sakit setelah mengalami kecelakaan sungguh menusuk hatinya.

Kemudian tanpa bisa dicegah cairan bening yang sejak tadi sudah menumpuk di pelupuk mata akhirnya menetes dan mengalir di pipi putihnya.

Raesha tidak trauma karena saat kedua orangtuanya mengalami kecelakaan ia tidak berada di TKP. Hanya saja bayangan ayah dan ibunya yang sedang berjuang antara hidup dan mati begitu menyakitkan. Sampai akhirnya kedua orangtuanya menyerah dan menghembuskan napas terakhir bahkan sebelum mendapatkan perawatan.

Mirisnya lagi, Raesha tidak ada di samping kedua orangtuanya di detik-detik terakhir karena sedang sibuk dengan jadwal kuliah di semester kedua. Ia baru dikabari tentang berita duka itu setelah jasad kedua orangtuanya tiba di rumah sakit untuk dilakukan otopsi.

Tidak dapat dijabarkan bagaimana terpuruknya Raesha saat itu. Ia bagai kehilangan separuh nyawa karena belahan jiwanya pergi tanpa pamit dan meninggalkannya seorang diri.

Sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, Raesha menganggap bahwa hidupnya sudah tidak berarti dan berpikir akan lebih baik jika ia ikut menyusul kepergian kedua orangtuanya ke surga. Tapi, untung saja Raesha memiliki ketakwaan dan masih mengingat pesan ibunya bahwa dosa orang yang bunuh diri sangat besar pertanggungjawabannya di akhirat nanti.

Dengan segenap rasa sakit yang menjalar di relung hati karena kehilangan orangtua, akhirnya Raesha berusaha ikhlas. Berani bangkit dan berjuang melanjutkan hidup yang dipastikan tidak akan sama lagi dengan kehidupannya terdahulu.

Raesha menghapus bercak air mata di kedua pipinya dengan punggung tangan. Tidak ada yang tahu jika perempuan yang masih stay di pinggir jalan itu sedang menangis sebab kepala dan wajahnya tertutupi oleh helm yang meski transparan, tapi masih mampu menyembunyikan wajahnya yang saat ini nampak pucat.

Setelah menyadari kondisi di sekitarnya berangsur sepi karena pengendara lain yang tadi ikut berhenti sudah mulai menjalankan motor mereka, Raesha pun mulai melajukan kembali motor maticnya membelah jalanan kota dengan kondisi cuaca yang panas.

PERANTARA MENUJU SURGA (COMPLETED)Where stories live. Discover now