BAB 22 || MENJADI ASING KEMBALI

3.3K 204 2
                                    

Hal pertama yang dilakukan Shanum di hari pertamanya bekerja adalah memeriksa laporan keuangan Mooster Cafe. Sesuatu yang sebenarnya tidak dia mengerti sama sekali karena tidak memiliki pengalaman apapun tentang hal seperti itu.

Namun bukan berarti Shanum akan berdiam diri saja. Perempuan itu memutuskan untuk bertanya kepada Raesha mengenai apa saja yang perlu ia lakukan.

Tidak seperti Althaf yang hanya memiliki waktu di siang hari untuk pergi ke cafe, Shanum justru datang lebih awal di jam sembilan pagi. Saat sampai Shanum langsung meminta Raesha datang ke ruangannya untuk dibimbing.

Sembari menunggu kedatangan manager Mooster Cafe tersebut, Shanum mengisi waktu dengan berbincang bersama Ibu Wina lewat telepon.

Mereka tidak mengobrol banyak dan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Hampir keseluruhan isi obrolan mereka adalah tentang Raesha karena Ibu Wina yang terus menanyakan perempuan itu.

"Jangan lupa bersikap baik, tunjukkan kalau kamu menyukainya supaya dia tidak merasa canggung. Raesha itu orangnya sangat pemalu, apalagi sama orang yang baru dia kenal," tutur Ibu Wina.

Mereka sudah mengobrol selama lima belas menit dan selama itu pula Ibu Wina terus membicarakan Raesha. Meminta Shanum ini lah, itulah, padahal tanpa diminta pun Shanum sudah pasti melakukannya. Dia tidak punya alasan untuk bersikap buruk kepada orang lain terlebih kepada calon adik iparnya.

"Kalau Mama mau tau gimana kondisi Raesha, kenapa tidak Mama saja yang datang ke sini. Sekalian melepas rindu dengan calon mantu," ujar Shanum menggoda.

"Mama juga maunya begitu. Tapi, papa sama adik kamu sudah mengancam lebih dulu, belum memperbolehkan mama pergi ke sana." Ibu Wina berujar sendu. "Pokoknya ingat kamu harus lakuin apa yang mama katakan. Meskipun Althaf sudah tidak mau datang lagi ke cafe, bukan berarti perjodohannya dengan Raesha berakhir."

"Iya, Ma." Shanum mengiyakan.

Mereka masih asyik bercerita panjang lebar sampai pintu ruang kerja Shanum diketuk dari luar.

"Ma, nanti Shanum telpon lagi. Tadi aku manggil Raesha dan kayaknya dia udah datang," ucap Shanum memberitahu.

Setelah mematikan telepon, Shanum berseru meminta Raesha masuk. Ketika pintu terbuka Raesha pun muncul sambil mendekap beberapa map di depan dadanya.

"Silahkan Raesha, masuk sini." Shanum mempersilahkan.

Raesha menghampiri meja kerja Shanum sambil menyerahkan map yang dipegangnya kepada perempuan itu. "Ini laporan keuangan satu bulan lalu selama Pak Althaf menggantikan Ibu Wina, Mbak." Karena Shanum yang menolak dipanggil dengan sebutan ibu sebab katanya dia belum terlalu tua jadinya Raesha memutuskan untuk memanggilnya Mbak.

"Duduk dulu Raesha. Sebenarnya aku butuh bantuan kamu untuk memahami beberapa hal. Jujur aku tidak punya pengalaman apapun tentang memeriksa laporan atau semacamnya." Shanum terkekeh geli mengakui hal itu.

Seperti yang dikatakan Ibu Wina, Shanum melihat kecanggungan dari tingkah Raesha.

"Jangan canggung begitu dong Raesha. Anggap saja aku ini temanmu, bukan atasan. Karna sebenarnya aku memang bukan atasan kamu." Shanum lagi-lagi terkekeh.

"Iya, Mbak maaf," ucap Raesha.

"Atau gini deh. Periksa laporannya nanti aja. Bagaimana kalo aku cerita?" Shanum menyingkirkan map yang sebelumnya sudah terbuka itu ke sisi samping lalu memajukan kursi yang didudukinya agar lebih mendekat ke arah Raesha.

Raesha tidak memiliki alasan untuk menolak, terlebih saat melihat ekspresi wajah Shanum yang begitu berseri.

"Kamu tahu kan, aku ini anak angkat Mama Wina sama Papa Andres. Aku tidak punya saudara selain Althaf." Shanum memulai. "Aku termasuk orang yang senang berbagi cerita kepada orang lain tentang keseharianku. Saat remaja aku selalu bercerita kepada Althaf karna menurutku dia pendengar yang baik. Tapi, setelah aku menikah dan Althaf juga sibuk bekerja kami sudah jarang punya waktu untuk sekedar mengobrol." Shanum mengambil jeda sekilas sebelum melanjutkan.

PERANTARA MENUJU SURGA (COMPLETED)Where stories live. Discover now