BAB 12 || KEPUTUSAN YANG TERBAIK

4K 240 4
                                    

Tidak mudah membangun bisnis tanpa menjalani persaingan. Seperti bisnis cafe yang tentu saja tidak hanya satu atau dua orang yang mendirikan. Itulah sebabnya pemilik usaha dituntut untuk selalu up to date tentang cara menarik pelanggan.

Mulai dari penataan ruangan, menu yang disajikan, sampai ke cara melayani pengunjung. Semua menjadi poin penting yang harus selalu diperhatikan.

Ada pepatah yang mengatakan "don't judge a book by its cover," jangan pernah menilai sesuatu hanya dari tampilan luarnya. Tapi, hal itu menjadi sesuatu yang paling utama untuk diperhatikan jika memilih tempat makan.

Jujur saja hampir semua orang pasti mempertimbangkan tempatnya lebih dulu dibandingkan menu yang ditawarkan suatu rumah makan.

Bisa dikatakan orang-orang akan lebih mudah tertarik mendatangi tempat makan jika suasananya menarik dan mengikuti perkembangan jaman.

Dan itulah yang Mooster Cafe coba lakukan untuk menarik pelanggan. Menyediakan tempat dengan tatanan meja semenarik mungkin, fasilitas tambahan seperti spot foto dan wifi gratis, pelayan yang ramah dengan pelanggan, dan tentu saja menu yang bervariasi dengan harga sesuai kantong pelajar dan karyawan.

Berkat semua itu Mooster Cafe menjadi salah satu tempat yang ramai pengunjung.

Seperti hari ini misalnya. Ketika memasuki waktu makan siang, Nawra yang hari ini sebenarnya mendapat jadwal shift siang terpaksa harus memulai jam kerjanya jauh lebih awal demi membantu kerepotan pelayan lain dengan mewanti-wanti untuk meminta tambahan gaji kepada Althaf nantinya.

Tidak terhitung sudah berapa kali gadis itu keluar masuk dapur untuk mengambil pesanan pelanggan lalu mengantarnya. Hal yang cukup menguras tenaga dan menyebabkan kelelahan.

"Capek gue ...," keluh Nawra kepada Ikbhar yang berada di belakang meja barista. Cowok itu sedang berkutak dengan mesin coffee di hadapannya.

"Baru juga segitu udah capek," ejek Ikbhar acuh tak acuh sambil meracik coffee.

Nawra mengerucutkan bibirnya. Tanpa mengindahkan ledekan Ikbhar, ia berjalan meninggalkan meja barista kemudian memasuki dapur. Langkahnya ogah-ogahan menunjukkan bahwa saat ini dia memang benar-benar lelah.

Di dapur para chef masih sibuk membuat berbagai makanan pesanan pelanggan. Beberapa ada yang sudah siap dan tinggal menunggu diantar oleh pelayan, tapi belum ada yang kembali selain Nawra.

Gadis itu berjalan semakin masuk sampai melewati meja tempat menyimpan makanan yang sudah jadi. Azzam yang mendengar langkah kaki menoleh dan langsung menegur Nawra.

"Nawra, tolong antarkan pesanan itu keluar." Tinggal selangkah lagi kaki Nawra menyentuh lantai tepat di sisi meja dispenser, tapi dia terpaksa berhenti karena mendengar namanya disebut.

Nawra berbalik memperlihatkan wajah lelahnya agar Azzam mengerti dan memberinya sedikit keringanan untuk sekedar menenggak segelas air.

"Mas, aku capek banget ini. Mau minum dulu sebentar," ucap Nawra mencoba bernegosiasi. Tapi, balasan tak terduga justru dia dapatkan.

"Jangan istirahat kalau semua pekerjaan belum selesai, yang lain bahkan belum ada yang istirahat." Azzam masih bersih keras.

Nawra memandang Azzam dengan kening berkerut. Apa sekarang Azzam berubah menjadi atasan yang kejam? Ini tentu bukan sifat asli pria itu.

"Mas, bahkan ini belum masuk jam kerja aku. Aku cuma mau minum sebentar aja terus lanjut bantuin yang lain." Nawra belum menyerah menyampaikan negosiasi.

Azzam yang tiba-tiba berubah menjadi manusia berhati dingin benar-benar tidak mengizinkan Nawra istirahat barang semenit saja. Jangankan Nawra, Fauzia bahkan heran dan terpaksa menegur partner kerjanya itu.

PERANTARA MENUJU SURGA (COMPLETED)Where stories live. Discover now