8. Legal?

1.2K 254 105
                                    

"Hei, ayo berubah, tadi aku sempat keluar untuk mencari makanan. Apa kamu mau?" Diletakkannya beberapa bungkus makanan ke lantai. Duduk bersila, lalu membuka plastik yang membungkusnya satu per satu. Seokmin mendongak. Jisoo belum juga mengubah dirinya. Menghela napas, kembali berdiri. Seokmin mengelus pipi maneken itu. "Jisoo, jangan membuatku sedih..."

Entah kenapa, Seokmin bisa merasakan kesakitan yang Jisoo alami. Hatinya turut terguncang meski tidak tahu masalah apa yang terjadi. Sejujurnya, ia tidak mengerti mimpi buruk seperti apa yang Jisoo ceritakan. Seokmin juga tidak paham menghilang seperti apa yang Jisoo maksudkan. Tapi, ia yakin pasti kejadian itu sangatlah buruk. Pandangan Seokmin tertunduk. Meraih tangan maneken itu. Ada cacat di ujung jarinya. Pecah. Seokmin sedih melihatnya. Terlalu terpesona dengan fisik manusia Jisoo, membuat Seokmin lupa akan keadaan gadis itu jika sudah menjadi patung.

Jisoo memiliki dua versi. Dalam bentuk maneken dan manusia. Rasanya sedikit lucu. Manusia Jisoo bertubuh pendek, sedangkan patungnya terbilang tinggi dan jauh lebih kurus. Hanya sama di beberapa bagian seperti rambutnya yang panjang, bibir tipis, dan berhidung mancung. Sedangkan beberapa bagian lainnya, tidak menggambarkan sosok Jisoo sama sekali. Rasanya sungguh aneh.

"Baiklah jika kamu tidak mau mengubah wujud. Aku tinggalkan makanan itu di sini, makanlah kalau kamu mau. Aku pulang sekarang."

Apakah ucapan ini terdengar seperti sebuah ancaman? Seokmin tak berniat untuk mengancam Jisoo sama sekali padahal. Ia hanya berpikir bahwa Jisoo mungkin sedang butuh ketenangan. Hendak beristirahat sejenak. Terlalu lelah menangis. Tapi nyatanya, dengan cepat Jisoo mengubah dirinya menjadi manusia sebelum Seokmin benar-benar keluar dari butik. Gadis itu berlari keluar dari gudang, meneriakkan nama Lee Seokmin dengan lantang. Tidak mau ditinggalkan.

Seokmin panik melihat kondisi Jisoo. Jauh lebih memprihatikan dari kondisinya tadi pagi. Nampak jelas Jisoo tidak menghentikan tangisannya selama Seokmin bekerja.

"Tadi aku sempat menghilang lagi, Seokmin... Aku takut..." Ujar Jisoo, di sela-sela tangisannya. "Sebelumnya aku tidak pernah seperti ini."

Seokmin tidak pernah melihat kondisi menghilang seperti apa yang Jisoo maksudkan. Apakah menghilang karena tak terlihat, atau yang lebih parahnya lagi malah tak terlihat dan tak tergapai.

Sudah cukup melihat kondisi buruk Jisoo seperti ini. Ia sungguh tidak tahan. Tidak banyak yang dapat membuatnya bahagia. Tapi, Jisoo berhasil menerobos masuk dan menjadi sumber kebahagiaan Seokmin. Ini langka. Seokmin tidak bisa melepaskannya begitu saja.

Seokmin membawa gadis itu masuk ke dalam kamar peristirahatan pegawai. Ikut merebahkan dirinya, meski ranjang yang ada di sana begitu sempit. Hanya muat untuk satu orang. Seokmin memeluk Jisoo dengan erat. Membiarkan gadis itu terlelap, tenggelam di dadanya. Laki-laki mancung itu bernyanyi pelan. Menidurkan Jisoo melalui nyanyiannya. Juga tangan tak bisa berhenti mengelus punggung Jisoo dengan lembut.

"Kau menjadi tanggung jawabku sekarang," ujar Seokmin, lalu mencium kening gadisnya. Menyapu air mata Jisoo yang mulai mengering. Gadis itu tidur dengan sangat nyenyak.

Seokmin melangkah perlahan meninggalkan kamar. Mendatangi gudang. Gudang pertama, tempat penyimpanan baju yang hendak dijual. Tempat persembunyian maneken Jisoo. Berkarung-karung pakaian ditumpuk di dalam sana. Lantainya hanya beralaskan tikar tipis. Pasti sangat dingin jika memasuki waktu dini hari. Seokmin memperhatikan sekelilingnya. Tidak ada hal mencurigakan di sana.

Dilihatnya jam tangan yang dipakai. Sudah hampir pukul 12 malam. Biarlah. Untuk malam ini, Seokmin akan tidur di butik. Rasa penasarannya sungguh memuncak. Ada banyak hal yang harus ia cari jawabannya apa. Tidak sanggup membiarkan Jisoo ketakutan terlalu lama.

MANNEQUIN (✓)Where stories live. Discover now