Epilog 2: Hutang Budi

1.6K 250 203
                                    

Putus dari Eunki, Seungcheol juga mengundurkan diri dari salah satu perusahaan keluarga Hong. Sebenarnya, bukan mengundurkan diri. Namun dipecat secara tidak hormat oleh Papa Eunki sendiri.

Semenjak itu, Seungcheol memutuskan untuk berkonsentrasi menyelesaikan kuliahnya. Sepulang kuliah, ia sungguh bingung hendak pergi ke mana. Memutuskan untuk bersinggah ke salah satu toko ritel, mencari makanan dan minuman. Setelahnya, tidak ada pilihan lain, selain menuju apartemennya. Kehidupan yang monoton. Seungcheol amat benci ini. Tapi, memang tidak ada tujuan lain.

Kehilangan Eunki menyadarkan Seungcheol beberapa hal. Kebahagiaan tidak hanya didapat dari apa yang dimiliki. Namun siapa saja yang bersedia berdiri di samping. Kehilangan Eunki, membuat Seungcheol kehilangan tongkat. Ia butuh seseorang. Tidak sanggup berdiri sendiri.

Memandangi kulkas yang dipenuhi berbagai macam minuman dingin, pandangan Seungcheol ditarik perhatiannya oleh sebotol air mineral. Air mineral yang sama dengan yang telah diberikan oleh si gadis penjaga kasir di butik MingMing. Tanpa sadar Seungcheol mengukir senyuman yang amat tipis. Membeli dua botol air mineral sekaligus. Seungcheol membatalkan niatnya untuk kembali ke apartemen. Ada hal lain yang mungkin dapat menghilangkan rasa kesunyiannya.

Masuk ke dalam butik MingMing, Seungcheol meletakkan sebotol air mineral tadi tepat di hadapan si penjaga kasir. Membuat gadis itu terkejut sekaligus kebingungan. Seungcheol lihat name tag-nya. Yoon Jeonghan. Akhirnya Seungcheol tahu namanya.

"Untuk yang kemarin. Terima kasih," ujar Seungcheol, lalu pergi begitu saja.

Setelah kalimat itu mengudara, barulah Jeonghan ingat. Laki-laki itu sempat membuat gaduh butik MingMing dan dipukul oleh Seokmin. Untuk yang kemarin? Ahh, Jeonghan sempat memberikannya sebotol air mineral. Ia sungguh tidak menyangka kalau laki-laki itu akan kembali datang, hanya untuk membayar sebotol air mineral itu. Padahal Jeonghan sangat ikhlas melakukannya. Jeonghan segera berlari untuk menyusul. Menitipkan mesin kasir pada Seungkwan.

"Hei, tunggu!" teriak Jeonghan. Sebelum membuka kaca mobil, Seungcheol tersenyum senang. Triknya untuk menjadi sok misterius berhasil dilakukan. Begitu kaca terbuka, Jeonghan mengembalikan sebotol air mineral tadi. "Tidak perlu dibayar seperti ini. Kamu membuatku terlihat menyedihkan. Aku ikhlas melakukannya."

Seungcheol nampak berpikir sejenak. Enggan mengambil air mineral itu kembali. "Aku hanya tidak mau memiliki hutang budi pada orang lain."

"Sudah kubilang aku ikhlas. Ambillah," Jeonghan mengulurkan tangannya. Bahkan meletakkan air mineral itu ke dasbor mobil Seungcheol. "Aku saja lupa denganmu, kalau tidak menyebutkan 'untuk yang kemarin'."

"Tapi ... Baiklah," ujar Seungcheol pada akhirnya. Namun, kalimatnya tidak berakhir di situ. "Karena minuman ini kamu kembalikan, itu artinya aku masih memiliki hutang. Kurasa itu bisa dijadikan alasan, supaya aku bisa mendatangimu lagi."

Kening Jeonghan mengerut. Seungcheol malah tertawa kecil dibuatnya, sambil menutup kaca mobil. Dalam beberapa saat Jeonghan berusaha mencerna ucapan laki-laki Choi itu. Hingga mobil Seungcheol melaju dengan cepat, membelah jalanan Seoul yang padat merayap.

Kalau ia tahu bahwa ucapan itu artinya adalah Seungcheol akan terus mendatanginya hampir setiap hari, Jeonghan akan lebih memilih untuk menerima air mineral itu saja. Didatangi terus, membuatnya risi. Belum lagi ia tahu mengenai banyak hal tentang Seungcheol dari Jihoon. Seungcheol memang nampak sudah berubah. Tak lagi arogan seperti yang ia lihat pertama kali. Namun, tetap saja. Biar bagaimanapun juga, Jeonghan harus berhati-hati.

 Biar bagaimanapun juga, Jeonghan harus berhati-hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MANNEQUIN (✓)Where stories live. Discover now