Bagian [02]

20.8K 1.9K 159
                                    

Ok gaesz langsung saja,  bab dua nih.  Koreksi typo isi dan bahasa yaaa.  Makasih banyak.


💕💕💕

Kepulanganku empat minggu ke belakang ialah untuk negosiasi soal perjodohan. Minggu pagi dari rumah Ergi, aku tak pulang ke rumah bokap. Biar ngamuk deh bapak-bapak itu karena aku pergi tanpa berpamitan. Seninnya aku kembali sibuk menemui dosen pembimbing untuk revisi proposal penelitian. Kukira hariku bakalan tenang. Rabu pagi jadwalku kosong dan aku berniat tidur seharian di kamar kos. Namun, kudapati Ergi datang bertamu.

Jadilah, selama beberapa hari berikutnya dia mengajakku ke RW  tempat tinggal Pak Hadi sesuai domisiliku untuk mengurus surat pengantar nikah dan ke Kantor Urusan Agama untuk pendaftaran pernikahan.  Surat numpang nikah sudah lebih dulu dia urus. Meskipun kami tinggal di kota yang sama, tapi kecamatannya berbeda. Dua minggu selanjutnya,  kami dipanggil pihak KUA untuk verifikasi data serta penataran pranikah. Kami harus mendengarkan nasihat pernikahan yang berbau 17 tahun ke atas.  Ya kali aku yang tidak niat menikah ini dijubeli kewajiban serta hak suami istri dan apa yang harus dan tidak boleh dilakukan ketika menikah. Aku akan tinggal di kos loh nanti. Cuci baju saja aku antarkan ke laundry. Ergi punya Bu Mala yang biasa mengurus pakaian dan makannya.

Nah,  hari ini pun tiba. Selama mengurus surat nikah, Ergi diberi cuti oleh Pak Hadi tidak masuk kerja. Bos mana sih yang baik seperti dia kecuali calon mertua lo sendiri. Akad nikah akan dilangsungkan di masjid dekat rumahku. Beberapa tetangga sudah disebarkan undangan. Khusus untuk hal ini aku memohon kepada Pak Hadi agar tidak mengundang banyak-banyak. Aku tidak ingin temanku tahu masalah ini. Pernikahan jelas sebuah problem yang maharuwet. Apa kata mereka kalau tahu aku yang enggan menjalin hubungan dengan laki-laki tiba-tiba ketahuan sudah menikah?

Pakaian yang kugunakan cukup mewah. Walau tidak setuju dengan pernikahan, tapi acaranya tidak mungkin batal. Maka aku tidak mau fotografer menangkap penampilan burukku. Pakaian bagus dan riasan harus dahsyat. Ayla seorang ratu di pesta ini. Aku akan memperlihatkan kebahagiaan kepada Sayla agar dia menyesal sudah menolak permintaanku untuk berdiri di sisi Ergi.

Namun, kenapa aku jadi ragu lagi? Tiba-tiba aku sudah berdiri di luar kamar Sayla yang sedang bercermin. Dia mengenakan kebaya dusty pink dan hijab lebar menutupi bagian dada. Tidak ada riasan di wajahnya kecuali lip balm. Senyumnya sangat tipis melihat kehadiranku dari balik cermin.

"Lo gantiin gue napa sih, Sayla? Belum siap gue nikah muda. Mana nikahnya sama mantan lo lagi. Parah."

Sayla melirikku. Dia menelan saliva gamang.

"Ikhlas saja, Ayla. Semua akan jadi mudah kalau kamu mau menerima dengan lapang dada."

"Lapang dada bibir lo dower! Nggak bisa ikhlas gue tahu! Kenapa bukan lo aja yang nikah? Mudah kok, lo tinggal duduk di sebelah mantan lo!"

"AYLA!"

Sayla berdiri ke sampingku. Dia menatap tajam mataku, tapi kenapa dia semarah ini sih?  Kalau dia memang menyukai Ergi, seharusnya dia setuju menggantikanku.

"Kamu nggak tahu, Ayla, apa yang aku rasakan. Kamu harusnya bersyukur, dipilihkan jodoh yang tepat."

Aku semakin yakin dengan perasaan Sayla terhadap Ergi. Aku akan memberikan kesempatan terakhir kepadanya. Yah kapan lagi gitu Ayla baik pada Sayla?

"Lo masih suka Ergi, Sayla?"

"Nggak ada bedanya aku cinta atau tidak sama dia. Kamu yang udah Papa pilihkan untuk menikah dengan Ergi. Kamu harus terima. Papa tahu siapa yang terbaik untuk kita."

Ayla (Pindah ke Ungu)Where stories live. Discover now