6. Trust

193 21 1
                                    

Bukan Leo namanya kalau tidak menuntaskan rasa penasarannya dengan tingkah aneh sang kekasih, kini ia diam-diam tengah membuntuti kekasihnya bersama dengan seorang mahasiswanya yang ia mintai tolong untuk menjadi supirnya seharian ini.

"pak Leo yakin ini rumahnya?" tutur sang mahasiswa.

"iya saya yakin ini rumah dia, saya udah tanya ke tetangga sekitar sini." Ucapnya dan tak lama sosok Meta keluar dari rumah itu dan masuk kesebuah mobil yang tidak Leo kenali. Motor mahahsiswa Leo terus mengikuti arah mobil yang mengangkut Meta dan kini berhenti disebuah rumah sakit ibu dan anak.

Aksi mata-mata Leo harus terhenti karena ia harus segera kembali ke kampus untuk mengajar dan memberikan waktu pada mahasiswa yang membantunya waktu untuk menuntut ilmu.

Brian dan Fira kini berada disuasana yang tidak mengenakkan, setelah acara pernyataan cinta Brian yang mendadak, rupanya Brian harus menerima kenyataan pahit dimana ia belum diterima oleh keluarga gadis pujaannya karena sang ayah tidak menyukai Brian karena pekerjaannya.

"saya gak setuju anak saya punya pasangan polisi." Kata-kata itu masih saja terngiang dibenak Brian setiap menatap Fira.

"Bri-"

"Fir-" keduanya saling tatap kemudian Brian mempersilahkan gadis itu untuk berbicara lebih dahulu.

"aku mau minta maaf soal ayah waktu itu, sebenernya ayah cuman takut aja kejadian kayak kakak dulu keulang lagi sama aku." Tutur gadis itu, Brian mengangguk paham tanpa ingin mencari tahu apa yang terjadi sampai ayah gadis itu menolak niatan baiknya.

"tapi kamu tenang aja, aku gak akan nyerah. Aku emang gak tau apa yang terjadi sama kakak kamu sampai ayah kamu gak suka sama polisi, yang penting kamu harus tau aku bukan polisi yang brengsek yang abis nikah begitu punya anak, punya jabatan selingkuh, aku bukan kayak gitu, aku sayang sama bunda dan April, dan aku percaya kalo hukum karma itu berlaku."

Fira mengangguk mantap mengiyakan omongan Brian. "iya aku percaya, semoga ayah bisa luluh ya ntar By."

--

Leo menghentikan motornya didepan sebuah rumah yang terkunci, ia menatap kearah April yang juga ikut turun dari motornya dengan membawa sebuah boneka beruang berukuran sedang.

"ini rumah sapa sih Mpil?"

Gadis itu merapikan rambutnya setelah melepas helmnya. "ini rumah anak korban pedofilia Yo." Leo sedikit terkejut mendengar jawaban sahabatnya itu. April menekan bel yang ada didepan gerbang dan tak lama muncul sosok ibu dari Naya.

"mbak April! Mari masuk mbak, Naya sudah bisa sosialisasi lagi kemaren, makasih banyak ya mbak." Ujar wanita paruh baya itu.

"syukurlah kalo begitu bu, Naya nya ada?"

"ada mbak, Naya pasti seneng mbak April dateng." April langsung mengekor wanita itu, begitu juga Leo. Ketika masuk Naya langsung berlari kearah gadis yang kini membentangkan tangannya untuk memeluk Naya sedangkan Leo menerima boneka beruang yang tadi mereka bawa.

"kakak cantik!" sapa anak manis itu sambil memeluk April, dan kini tatapannya kearah Leo yang tersenyum kikuk kearahnya.

"kakak, itu siapa? Kok dia bawa-bawa boneka?" tanya Naya.

"eh? Itu temen kakak, namanya kak Leo. Naya jangan takut, kak Leo baik kok."

"halo Naya." Sapa Leo.

Naya menatap Leo dan April secara bergantian. "kakak cantik itu pacar kakak ya?" mata April memecing heran karena darimana anak seusia Naya sudah tau apa itu pacar, salahkan tontonan anak jaman sekarang yang malah menonton tayang remaja dan dewasa.

"eh?"

"soalnya kakak itu ganteng, kan kakak cantik cocoknya sama kakak ganteng juga." Ujar gadis kecil itu.

"kamu bisa aja sih dek, oh iya ini nih mas bawain boneka nih, katanya kak April kamu pinter mau diperiksa sama dokter cantik kemaren." Tutur Leo sembari memberikan boneka yang ia bawa tadi yang disambut oleh pekikan girang dari anak manis itu.

"gimana perkembangan kasusnya bu?" tanya April saat Leo dan Naya tengah asik bermain.

Sang ibu menghela napas. "baru ketemu satu pelakunya mba, dan ternyata itu orang yang kerja di kantin sekolah Naya mbak, saya gak habis pikir." Ujar ibu itu dengan penuh sesal.

"saya bingung sekarang gimana masa depan anak saya mbak." Keluhnya lagi. Dalam hati April mengutuk pelaku yang sudah dengan tidak manusiawi merusak masa depan anak kecil seperti Naya.

April terdiam sambil menatap sendu kearah Naya yang kini tengah tertawa saat Leo melakukan atraksi bodoh untuk menghibur anak gadis itu.

"bu, nanti saya akan coba bantu ibu dan bapak demi masa depan Naya bu."

"kakak cantik ikut Naya sama kakak ganteng beli es krim yuk!" kini anak itu menarik tangan April gemas.

Akhirnya mereka bertiga pergi ke sebuah supermarket dekat rumah Naya, gadis kecil itu senang berada diantara April dan Leo, mereka terlihat bak keluarga kecil telebih lagi bocah kecil itu memanggil Leo dan April dengan panggilan papa dan mama.

"Naya mau es krim yang mana nak?" tanya Leo saat mereka ada di bagian yang menjual makanan manis itu.

Gadis manis itu melihat kejejeran es krim dalam kulkas itu. "eum Naya mau yang coklat papa Leo, papa Leo mau yang mana?"

"papa mau yang coklat juga deh, mama dibeliin yang mana nak?" gadis itu tersenyum lalu mengambil sebungkus es krim rasa vanila untuk April.

"ini buat mama!" mereka bertiga berjalan beriringan ke arah kasir setelah membeli beberapa camilan lainnya.

"bu anaknya cantik sekali, persis kayak ibu." Ujar salah seorang ibu yang kebetulan mengantri di depan April dan Naya, jangan lupakan Leo yang berdiri sambil menggendong anak itu.

"iya, makasih bu."

"suaminya juga ganteng, nikah muda ya bu?"

"iya bu, dari pada aneh-aneh mending nikah aja." Belum sempat April menjawab Leo sudah lebih dulu menjawab pertanyaan ibu itu.

Seharian ini mereka berdua menghabiskan waktu bersama dengan Naya, bahkan Leo sampai lupa kalau ia masih penasaran dengan gelagat aneh Meta.

"dadah Naya, papa Leo sama mama April pulang dulu ya, nanti kalo papa sama mama gak sibuk kita main lagi ya." Pamit Leo, wajah Naya terlihat sedih ketika Leo dan April pamit untuk pulang.

"Naya sayang, Naya harus nurut ya sama bunda, nanti kalo Naya nurut sama bunda, mama bakalan main lagi sama Naya."

"janji ya mama?" Naya mengulurkan jari kelingkingnya kearah April dan di sambut oleh gadis itu.

"iya mama janji, kalo Naya kangen mama, telpon aja, mama pasti bakalan denger cerita Naya."

Mata Naya teralih kearah Leo. "papa juga janji ya?" Leo tersenyum lalu mengangguk.

"ya udah papa sama mama pulang dulu ya, dadah Naya."

Diperjalanan pulang kedua insan itu sedikit canggung. "kasian Naya ya Mpil, anak selugu dan semanis Naya harus ngalamin hal jelek kayak gitu." Leo membuka suara.

"iya Yo, aku udah bilang ke mas Byan kalo pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatan dia."

Leo mengangguk paham. "yah paling lama 20 tahun penjara Mpil."

"iya Yo, eh iya gimana hasil mata-mata kamu?"

"ya gitu lah, ntar kalo udah ada perkembangan aku kabarin pasti." Dan kini mereka sudah sampai didepan rumah April.

"masuk gih, aku mau keluar sebentar, ada info dari informanku tadi sore. Kamu istirahat ya." Pamit Leo.

"Yo."

"eum?"

"makasih ya buat hari ini. Hati-hati ya." Ujar gadis itu sebelum masuk ke rumah.


=====

[ COMPLETE ] ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang