Tidak Mudah

16.7K 2.8K 412
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Nikahilah wanita yang taat beragama, maka engkau akan berbahagia."

-Muttafaq Alaihi-

***

Jam di ruangan Razan jarum panjangnya sudah mengarah ke angka sepuluh sedangkan jarum pendeknya berada diantara angka lima dan enam, beberapa menit lagi waktu magrib tiba tapi pembicaraan keduanya masih belum kunjung selesai. Hana masih tetap ingin lamaran dilangsungkan paling cepat satu bulan lagi, sedangkan Razan menganggap itu terlalu lama.

"Satu Minggu lagi aku dan kedua orangtuaku akan datang ke rumahmu," ucap Razan final.

Hana menggeleng. "Tidak boleh. Saya inginnya satu bulan lagi."

"Topik pembicaraan kita masalah pribadi, jadi bisakah kamu jangan menggunakan bahasa formal?" Komen Razan mengingatkan Hana yang sedari tadi terus saja menggunakan bahasa formal.

"Tapikan kita masih berada di dalam kantor," sanggah Hana tidak mau menuruti keinginan Razan.

"Yasudah terserah, intinya kamu harus beritahu orangtuamu kalau Minggu depan, tepatnya hari Sabtu bada isya aku dan kedua orangtuaku akan datang ke rumahmu untuk melamarmu." Setelah mengatakan itu Razan beranjak dari duduknya. "Kamu bawa mobil?"

Hana diam, dia tidak suka dengan keputusan yang diambil oleh Razan.

"Hana, aku sedang bertanya padamu, kenapa kamu tidak menjawabnya? Kamu marah?" Tanya Razan saat Hana tidak kunjung mau menjawab pertanyaannya.

Masih tidak ada jawaban. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Hana beranjak dari duduknya. Dia sudah hendak keluar dari ruangan Razan, namun urung saat Razan berucap, "Baiklah, aku menuruti keinginanmu. Satu bulan lagi aku akan datang ke rumahmu untuk melamarmu."

Perlahan senyuman tipis menghiasi wajah Hana.

"Kamu bawa mobil?" Pertanyaan itu kembali Razan ajukan.

Hana menjawabnya hanya dengan gelengan. Tangannya sudah memegang handle pintu.

"Kita salat magrib dulu setelah itu aku akan mengantarkanmu pulang."

Hana menoleh ke arah Razan. "Tidak usah. Aku pulang naik angkot saja."

"Kenapa?"

"Bapak pasti lebih tahu apa jawabannya."

Razan tersenyum penuh arti, "Dan kamupun pasti tahu jawabannya kan? Itulah salah satu alasanku ingin menyegerakan semuanya. Apalagi posisi kita adalah atasan dan bawahan. Kita sering berada di ruangan yang sama hanya berdua, seperti saat ini. Apa menurutmu itu baik?"

"Kalau menyangkut tentang pekerjaan bukannya tidak apa-apa?"

"Sekarang kita tidak sedang membicarakan tentang pekerjaan tapi kita berada di dalam ruangan yang sama hanya berdua. Apa tanggapanmu tentang ini?"

Mendengar hal itu bergegas Hana langsung memutar handle pintu, dengan langkah tergesa dia keluar dari ruangan Razan. Razan mengikuti langkah Hana.

"Kamu merasa takutkan? Begitupun dengan aku? Dan satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa takut ini hanyalah dengan pernikahan." Setelah mengatakan itu Razan melangkah menuju lift, meninggalkan Hana yang termenung.

***
17 Muharam 1441H

Lanjut atau cukup sampai disini?



Tentang Rindu | ENDOnde histórias criam vida. Descubra agora