#01

43 11 31
                                    

Story by 0rionbong


Hasil dari ulangan matematika kemaren baru saja dibagikan. Siswa bernametag Wisnu Firmansyah menunduk dalam–– meratapi dua angka kembar di pojok kanan atas kertas ulangannya sembari meringis pilu. Ujungnya sedikit lecek karena diremas seraya ditangisi.

Jemari Wisnu gemeteran pada sisi lembar folio yang dipegangnya. Pasalnya ia mendapat nilai dibawah 25 alias 22.

Sial.

"Wisnu ke ruangan saya habis ini." titah pak Agung tegas. Beliau guru matematika kelas XI sekaligus koord kesiswaan.

Tuh kan, pasti kena hukuman lagi.

Seketika bulu roma Wisnu meremang.

"Mampus, pasti disuruh nguras kolam pake sedotan lagi." batinnya, dirundung gelisah.

"WISNU FIRMANSYAH!!"

Sontak pemuda berambut klimis itu mengangkat kepala dan menatap sang guru. "I i iya pak." wajah aristokrat itu langsung pucat pasi.

"Jangan sampai telat, karena nilaimu akan saya kurangi." tukasnya, berekspresi datar.

"Baik pak."

"Semangat Nu, hehe." bisik Yono sambil menepuk punggung sang chairmate.

"Taruhan, aku yakin kali ini Wisnu bakal disuruh nyabut rumput di belakang labkom."

"Kasihan, udah nilai paling anjlok, ngenes pula, ch ch." decak Haris iba.

Setelah memberikan tugas rumah kepada anak didiknya, pak Agung segera meninggalkan kelas XI 2.

Dengan langkah terseok dan posisi tubuh yang sedikit merunduk, Wisnu mengikuti langkah panjang sang guru galak ke ruangannya.

..

Pluk!

"Apa ini pak?"

Wisnu menangkap sigap gulungan kertas yang dilempar pak Agung.

"Itu daftar yang disukai dan yang tidak disukai putri saya."

"Maksud bapak?"

"Pacarin anak saya mulai nanti malam."

"Hah?"

"Saya tidak bercanda, cepat tembak dia setelah pulang sekolah."

"Pak please, beri hukuman yang lain sajalah pak. Apapun akan saya lakukan, kecuali mengencani putri bapak." pinta Wisnu, memelas.

"Kenapa tidak mau? Apa karena putri saya jelek?"

"Iya pak, eh enggak bukan itu maksud saya pak, anu hnnnn saya sudah punya pacar pak."

"Putusin dia."

"Tapi pak, saya sudah sayang banget sama pacar saya pak."

"Tidak menerima penolakan, atau nilaimu seterusnya akan merah."

"Yah pak, kok gitu?!"

Kedua bola mata Wisnu nyaris meloncat saking shocknya.

"Mau ngebantah lagi?"

"Enggak pak, baiklah pak saya akan mengencani putri bapak." dalam seperkian detik tenaga Wisnu berangsur hilang.

"Pilihan yang bagus. Terimakasih ya, ini gak lama kok, hanya seminggu, hiks." pak Agung menelungkupkan wajahnya diantara lipatan tangannya.

"Lah kok malah nangis pak?"

Wisnu terlonjak dari duduknya dan beranjak, mendekati sang guru killer. Terus menepuk-nepuk punggungnya pelan–– mencoba menenangkan. Akan tetapi dalam hati, pemuda tampan itu mengumpati si guru tak berhati ini.

"Putri saya mengancam saya Nu, dia akan kabur dari rumah dan tak akan mengakui saya sebagai ayahnya kalau saya tidak menemukan kekasih untuknya, hiks." ungkapnya pilu. Isakannya mulai terdengar jelas.

"Gila, durhaka bener tu cewek, duh kenapa malah merinding gini. Dan kenapa juga guru sipit ini menyeretku ke dalam percintaan anaknya, sial. Mana dia jelek lagi, hing."

Wisnu sedari tadi diam-diam mencuri pandang ke bingkai foto mini yang berisi foto aneh putri pak Agung.

..

Sebelum mengambil motornya di parkiran, Wisnu pergi ke kelas X menemui Salsa–– bukan deh, tepatnya ingin melihat si buluk. Kata pak Agung putrinya sekelas sama adik sepupunya.

Wisnu langsung cursing ketika mendapati Keisha main kartu tarot bersama keempat teman kelasnya.

"Ramalan ini mengatakan kalau jodohmu akan melamarmu dalam minggu ini."

"Benarkah?"

Wisnu tersenyum tipis ketika gadis yang diramal Keisha percaya. "Dasar bodoh, masih aja percaya hal kek begituan."

"Kalau punyaku gimana Kei?" Tita memberikan telapak tangannya ke tangan mungil Keisha. Kemudian gadis cupu itu menggenggamnya cukup erat sembari terpejam seolah ia tengah masuk ke dunia lain.

"Hmm,,, bentar aku mikir dulu."

"Jangan lama-lama atuh Kei."

"Sabar dong bu."

Selang beberapa detik, Keisha membuka mata.

"Astaga Tita, bapakmu mau kawin lagi!!"

Tawa Wisnu sontak meledak. Ia sampai memegang perut saking kerasnya tertawa. Tapi ia menekan suara tawanya agar kelima gadis di dalam tak menyadari keberadaannya yang mengintip dibalik kaca jendela.

"HAH SI ANJIR, bener-bener apes dah." Tita menepuk jidatnya dan tubuhnya perlahan merosot ke kolong meja.

"Sabar ya Ta, ya sudah ramalan hari ini aku akhiri, besok lanjut lagi. Bayar ke rekeningku jangan lupa ya temen-temen hehe." Keisha mulai merapikan buku-bukunya ke dalam tas.

"Aku ngutang dulu ya Kei."

"Iya, tapi bunganya 10% ya Nad."

"Dasar rentenir cilik."

"Eh mulut, ntar aku hilangin tu mulut biar tau rasa."

"Janganlah bu, hehehe."

Wisnu buru-buru pergi dari sana sebelum Keisha menemukannya.

--

FAKE LOVEWhere stories live. Discover now