Part XXXVI

35.4K 4.1K 286
                                    

Aya merasakan tendangan keras di kakinya. Matanya perlahan terbuka.

" ... pat bangun! Bangun! Atau ku cambuk agar kau cepat bangun dan berdiri!"

Ia melirik kepayahan, prajurit pria itu masih setia menendang kakinya kuat sekali. Ia menopang tubuhnya dengan kedua tangan. Berusaha bangkit berdiri.

"Lambat!" Bahunya di sentak kuat. Ia ditarik hingga berdiri dan berjalan terseok-seok mengikuti langkah pria itu. Pandangannya berpendar-pendar nampak kabur. Belum lagi perut yang sakit karena tak diisi dari semalam.

Ia di paksa duduk diatas tanah. Depan halaman istana menghadap barisan anggota kerajaan, Hakim, Ibu Suri, dan Kaisar Zhang di kursi kebesaran mereka.

"Saya akan memulai kasus ini. Pertama, benarkah terdakwa berencana membunuh Yang Mulia Kaisar Zhang?" Hakim memulai dakwaan.

Aya mendongakan kepalanya, menatap mereka semua.

"Tidak." Suaranya sangat serak dan perih ketika berucap. Namun, mampu di dengar.

"Berdasarkan hasil yang kami dapat, salah satu dayang anda mengaku bahwa melihat anda menaruh racun di masakan anda sendiri. Benarkah itu?"

"Tidak." Aya menggeleng pelan. Benaknya bertanya-tanya siapa orang itu.

"Baik, saya akan menghadirkan saksi. Bawa dia kemari."

Seorang dayang yang dipenuhi luka sama sepertinya namun lebih parah. Diseret kasar ke tempatnya duduk. Duduk bersebelahan. Aya menatap dayang yang ia kenali salah satu dayang yang selama ini mengurusnya. Masih belia. Tapi, dayang ini ia ketahui paling pendiam diantara yang lain. Gadis itu terus menundukkan kepala walau sudah jelas Aya menatapnya sedari tadi.

"Benarkah anda melihat sendiri bahwa Selir Mei memasukan racun itu ke masakannya?"

Dayang itu menggigit bibir, menganggukkan kepala pelan, "Benar."

"Apakah yang kau ucapkan adalah kebenaran? Jika perkataanmu salah, hukuman sangat berat menantimu di masa yang akan datang nanti." Ucap Kaisar Zhang.

"Mohon maaf menjawab pertanyaan Yang Mulia, seorang saksi tidak bisa di hukum atas ucapannya. Dialah yang membawa kebenaran itu sendiri." Kepala Menteri Yuan mengambil alih suara.

"Lalu, bagaimana jika dia berkata bohong disini?"

"Anda sendirilah yang mengatakan bahwa ucapan saksi secara mutlak benar dan kerajaan akan melindungi hak mereka untuk berbicara didepan umum. Mengenai salah atau tidaknya, Hakim yang akan menguji. Namun, disini kita sudah mendapatkan barang bukti. Jadi, secara jelas Selir Mei terbukti bersalah."

"Apa yang diucapkan Menteri Yuan, benar Yang Mulia. Tidak ada keraguan untuk menghukum Selir Mei. Selir Mei harus di hukum berat. Dan hukuman untuk perencanaan pembunuhan Kaisar adalah hukuman mati. Apakah perkataanku benar, Hakim?" Ibu Suri dengan dagu terangkat tinggi melirik Hakim.

"Benar, Yang Mulia Ibu Suri. Maka dari itu, eksekusi Selir Mei akan dijalankan esok hari. Dengan hukuman meminum racun. Sidang di tutup."

Aya memejamkan mata.

✍✍✍

Malam telah menjelang. Seperti hari kemarin, Aya berdiam di penjara. Dayang Yang datang menjenguknya. Membawa makanan kesukaannya dan buah-buahan. Wanita itu hanya diizinkan menjenguk di luar. Dibalik jeruji kayu.

"Waw, kalau aku makan ini tiap hari. Bisa betah di penjara ini.

"Nona tidak boleh berkata seperti itu. Ucapan adalah doa."

"Tidak berdoapun, ucapanku sudah dikabulkan. Kau jadi lebih cantik dari aku Dayang Yang."

"Nona, jangan seperti ini. Aku jadi bertambah sedih."

"Kenapa sedih? Aku bahagia Dayang Yang. Bisa makan enak sebelum mati. Dan dijenguk. Banyak orang yang tidak bernasib baik sepertiku. Harus mati dalam keadaan sendiri. Setidaknya aku setingkat lebih baik."

"Nona ..." Dayang Yang menahan haru.

"Kau bisa sampaikan pada Hakim itu. Aku ingin racunnya rasa coklat. Agar tidak pahit di lidahku."

"Mana ada racun rasa coklat."

"Rasa anggur enak atau leci juga boleh. Rasa strawberry masam tapi enak, vanila blue bisa jadi, atau permen karet. Eh nggak usah, cappucino saja. Aku jadi ingin memesan pop ic*." Aya tertawa sendiri dengan perkataannya.

Dayang Yang ikut tertawa kecil mendengarnya.

"Aku juga ingin ranjang empuk. Jadi, kalau aku jatuh tidak sakit. Terus ada payung lebar untuk menutupi sinar matahari biar teduh. Apalagi ya, oh yah aku mau pakai pakaian terbaik, berdandan secantik mungkin, dan memakai perhiasan yang banyak. Kalau bisa sih tempatnya diganti, aku mau di pegunungan dihadapan air terjun. Itu pasti sangat indah."

"Nona, ada-ada saja."

Dayang Yang memandang wajah Aya. Merekam bentuk rupanya. Menyimpannya dalam memori. Ia menatap luka-luka di tubuh Aya dengan sedih. Mengukir senyum senduh.

"Nona harus bertahan. Sebelum nona mati maka harus akulah yang lebih dulu. Tetap hidup dan ceria seperti hari-hari sebelumnya."

"Aku akan selalu seperti ini. Tidak takut apapun. Jangan khawatirkan aku. Masalah ini hanya kecil. Aku sudah mati sekali. Mati untuk kedua kali bukanlah masalah untukku. Asal jangan di masukan ke tubuh orang lain lagi hahaha ..."

Dayang Yang tersenyum, "Aku senang bertemu dan mengenal Nona lebih dalam."

"Hei, yang mau mati tuh aku, Dayang Yang." Aya tertawa disela makannya.

Dayang Yang tak menjawab hanya seulas senyum simpul diberikannya.

✍✍✍
17 Mei 2019

Mood saya sedang hancur😥
Pernah nggak sih ngalamin, lagi enak-enaknya download film dan hampir selesai. Eh, terjeda karena kuota habis. Nggak bisa di buka pula filmnya gara2 nggak selesai. Terus beli kuota. Dan Pengen lanjutan download eh nggak taunya harus ngulang dari 0%. Bawaannya pengen makan orang!😣
Keselnya nauzubillah😕

Ok, kita lupakan curhatan saya yg nggak berfaedah. Saya mau ngasih kalian bonus, sekali2 nyenengin hati saya 😆 (ngasih bonus tetep aja ada maksud😄)

Saya akan update bab selanjutnya hari ini juga. ASAL votenya sampai 1000 dan komennya sampai 2000(dilarang kata, next kak, lanjut, nxt, dan sebangsanya. Kata2 itu tidak akan dianggap hitungan). So, semangat! Jangan lupa bintang dan komen. Keluarkan sisi netijen kalian wkwkwk ... asal jangan komenan yg nyelekit dan tdk membangun. Saya bisa langsung drop.

Aku tunggu hari ini dan besok😉 (jika vote dan komen belum tercapai sampai besok. Maka selamat menunggu jumat selanjutnya)
See you fanssss Aya dan Kaisar Zhang 😘

My Dear Coldest King [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant