Part 7

33 10 1
                                    

Feny mengetukkan kakinya berkali-kali, itu yang biasa ia lakukan jika tengah bosan dan sedang tidak memegang ponselnya. Setiap olahraga ia memang selalu menaruh ponselnya di dalam tas, toh kelasnya selalu dikunci setiap murid-muridnya sedang berada di luar kelas, contohnya seperti saat mata pelajaran olahraga.

''Farel mengapa lama sekali ya?'' tadi Farel bilang jika ia pergi sebentar untuk memastikan sesuatu. Tapi ini sudah 10 menit berlalu namun laki-laki itu belum kembali juga, dan ia merasa tak enak dengan yang lainnya karena membuat mereka menunggu terlalu lama.

Ia melirik enam bola basket di sampingnya lalu menghela napas berat. Bagaimana ia bisa membawa itu semua? Jelas ia tak akan mampu. Memanggil teman sekelas yang lain untuk membantu sama saja membuat image Farel akan buruk dan terlihat tidak bertanggung jawab.

Fix, ia harus mencari Farel.

Feny pun keluar dari ruang penyimpanan. Setelah beberapa langkah, ia mendongakkan kepalanya mencari peruntungan jika Farel berada di lantai 2 atau lantai 3. Ia mengernyitkan keningnya ketika melihat pintu kelasnya sedikit terbuka.

''Apa Rangga yang membukanya? Sejak kapan itu terbuka?'' yang selalu memegang kunci kelas memang selalu ketua kelas dan wakilnya, karena Abi tidak masuk, sudah pasti itu ulah Rangga sang ketua kelas.

Akhirnya Feny memutuskan untuk melanjutkan langkahnya menuju kelasnya. Karena menurut pemikirannya, Farel tidak sengaja melihat pintu kelas terbuka dan akhirnya ia pergi menuju kelas dan memastikan jika itu Rangga atau bukan. Ya, mungkin seperti itu.

Saat semakin dekat dengan pintu, ia merasa mendengar sesuatu yang aneh. Gadis itu melihat sekeliling dan ternyata di sana sangat sepi, bahkan hanya ia sendiri di sana. Semua murid berada di kelas masing-masing karena memang saat ini jam pelajaran masih berlangsung.

Matanya terbelalak kaget ketika melihat apa yang terjadi di dalam kelasnya.

Dengan cepat, ia menutup pintu kelas dengan rapat dan berlari ke arah Farel yang kini tengah mencekik seseorang. ''FAREL! APA YANG KAU LAKUKAN?!''

Tapi Farel tak mengacuhkannya. Feny benar-benar takut melihat Farel yang kehilangan kontrol saat ini. Dan ini bukan pertama kalinya.

''Victoria,'' gumamnya terkejut. Ia tak mengenal gadis pirang itu, tapi ia cukup tahu jika Victoria merupakan murid populer di sekolah ini. Kenapa ia bisa sampai berurusan dengan Farel? Tapi itu nanti saja ia cari tahu, yang terpenting sekarang adalah ia harus menghentikan Farel sebelum ia benar-benar menjadi seorang pembunuh.

Ia mencoba menarik lengan Farel agar membebaskan Victoria yang semakin susah bernapas. ''FAREL LEPASKAN!''

''Tidak, dia harus mati di tanganku.''

''To ... long a ... ku''

Feny semakin panik sekarang. Dengan otaknya yang mendadak blank, akhirnya ia sekuat mungkin mendorong Farel mundur. Dan ia beruntung karena ia berhasil, mengingat betapa besar tenaga Farel.

''Farel, ku mohon berhenti.'' Feny memohon dengan nada frustrasi.

Dengan mata yang masih menyimpan rasa amarah, Farel kini mulai menatap Feny. ''Kau tahu tidak apa yang coba ia lakukan padamu? Kau tahu?!''

''Aku tidak tahu. Tapi tenangkan dirimu, jangan seperti ini Farel, aku mohon.''

''Tidak, jangan memohon. Di sini yang seharusnya memohon adalah jalang itu.'' Farel menunjuk ke arah Victoria yang kini tengah terduduk sambil menyentuh lehernya yang nampak merah, ia juga masih menagis. ''Dia berniat untuk memasukkan obat perangsang ke dalam minumanmu. Sekarang kau mengerti kan bagaimana busuknya jalang itu?!''

I Always Beside YouWhere stories live. Discover now