Belajar Mengikhlaskan

2.5K 132 15
                                    

"Caranya kita hanya perlu mengikhlaskan tanpa menyalahkan kehendak Tuhan. Sebagai insan yang baik kita harus menerima semua kehendak-Nya tanpa banyak tanya. Jatuh cinta tak pernah salah. Tapi, mungkin manusia yang terlalu sering ngeluh dan marah-marah. Semua yang terjadi pada kita saat ini itu sudah diatur oleh Allah. Jadi, seharusnya kita bersyukur kalau saat ini kita bisa merasakan yang namanya jatuh cinta dan patah hati. Itu menandakan bahwa kita adalah seorang manusia yang masih punya rasa." Panji menjawab dengan sangat bijak.

Edy terperangah  mendengar ucapan kembarannya itu barusan. Dia tidak menyangka kalau kembarannya itu bisa sebijak itu.

"Gimana kalau gue temenin lo ke makam Viola? Gue tahu lu kangen berat 'kan sama dia?" tawar Panji.

Edy terdiam sejenak, menimang-nimang tawaran Panji, sebelum akhirnya menjawab 'iya'. Mungkin dengan berkunjung ke makam lo, gue jadi semakin yakin dan ikhlas buat melupakan lo.

-----

Aku mencintaimu lewat malam, dipenuhi oleh diam. Aku tidak mau menjadi bintangmu; karena aku tidak mau menjadi satu dari seribu. Aku tidak mau kau menjadi bulanku; karena bulan selalu berubah. Aku mau kita seperti angin berhembus dengan mulus; menghiraukan segalanya yang tidak akan pernah kita duga.

-rinaisendu-

Zahra membaca tulisannya sekilas kemudian mematikan laptopnya. Sebenarnya, dia sedang tidak mood sekarang. Tapi, mengapa semakin hari dirinya semakin puitis? Gadis bermata hazel itu memikirkan apa yang dikatakan Abangnya tadi sore. Apa benar selama ini dirinya terlalu menutup diri? Dia paham bahwa semua ucapan yang keluar dari mulutnya pasti ada yang menyakiti Edy. Tapi, itu juga demi kebaikan lekaki itu, agar dia tak patah hati nantinya.

Zahra memang sengaja menutup diri. Dia tidak mau terjebak dalam cinta yang penuh modus. Sebab, lelaki yang benar-benar tulus mencintainya akan mendatangi walinya. Bukan malah memberikan rayuan gombal yang dapat menambah dosa. Memang tidak ada dalil yang melarang pacaran. Sebab, bukan pacarannya yang dilarang, tapi zina.

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰٓى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً   ۗ  وَسَآءَ سَبِيْلًا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 32)

Mereka pikir pacaran yang tidak ngapa-ngapain itu, yang katanya saling mengingatkan dalam kebaikan, tidak akan dosa dan diharamkan. Zahra tidak habis pikir dengan aktivis pacaran. Mengingatkan dalam kebaikannya itu seperti apa? Mengingatkan sholat? Kalau begitu, berati jika si pacar tidak mengingatkanya, dia tidak akan sholat? Sebenarnya, sholat itu untuk Allah atau untuk pacar?

Memangnya bisa berpacaran tanpa memikirkan si dia? Memangnya bisa berpacaran tanpa memandang wajah dia? Memangnya bisa berpacaran tanpa bergandengan tangan? Memangnya bisa berpacaran tanpa berbicara yang manis dan lemah lembut? Jika jawabannya adalah tidak bisa. Maka jangan sekali-kali mendekati yang namanya pacaran. Kalian pasti akan kembali bertanya, memangnya zinanya dimana? Memikirkan dia termasuk zina hati atau pikiran, memandang wajahnya termasuk zina mata, bergandengan tangan termasuk zina tangan, berbicara manis dan lemah lembut  termasuk zina mulut.

"Astagfirullah, Zahra!" seru Bunda yang tiba-tiba masuk ke kamar Zahra dan membuatnya sontak ikut beristighfar juga.

"Kenapa, Bunda?" Zahra bertanya dengan polosnya.

Cinta Suci Zahra✓Where stories live. Discover now