05.

43K 1.9K 7
                                    

"Mama" Entah mengapa kata-kata itu terucap begitu saja dari mulutnya.

"Mama suka melihat rambut mu terurai"

"Lizzi akan mengurainya setiap hari!"

"Kayuh sepedanya pelan-pelan sayang!"

Potongan potongan memori yang asing untuknya menyeruak ke dalam otaknya,gadis itu memegangi kepalanya yang berdenyut hebat.Benda-benda disekitarnya seperti berputar,lalu tiba-tiba semua menggelap.

-

Anaish mengerjapkan matanya,dia berada di sebuah kamar dengan nuansa pink pastel bercampur putih.Dia menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang,ini kamar siapa?

Gadis itu mengedarkan tatapannya ke seluruh ruangan,dia terkejut melihat sebuah foto di atas nakas samping ranjang yang dia pakai.Itu foto anak perempuan yang selalu hadir di mimpinya!

Kemudian dia bangkit dan melihat foto lain yang terpampang di dinding kamar,ada sebuah foto keluarga yang menarik perhatian Anaish.Di dalam foto itu terdapat Marco,Alex yang masih remaja,wanita yang tadi dia lihat,dan seorang anak perempuan,mungkin itu ayah ibu beserta kedua anaknya.Tapi mengapa anak perempuan itu mirip dengannya?

Marco masuk ke dalam kamar membawa segelas cokelat panas dan cookies cokelat "Kau sudah sadar,papa membawakan ini untuk Lizzi"

Anaish menatap Marco,apa karena wajahnya dengan wajah anak perempuan itu hingga mereka menganggapnya Lizzi? Tapi hatinya terasa senang saat Marco memanggilnya seperti itu.

"Oh maaf jika panggilan ku mengganggu mu" Marco tersenyum,dia harus menahan rasa rindu pada puterinya.Dokter bilang jangan memaksanya mengingat,
biarkan puterinya mengingat dengan sendiri.Karena jika terus dipaksa itu tidak baik bagi syaraf otaknya!

Ya! Gadis itu adalah Lizzi! Entah siapa yang memberinya nama Anaish! Marco akan menyelidikinya setelah keadaan gadisnya lebih baik.Dan ini adalah kamar Lizzi-nya dulu dan sekarang!

"Jika kau ingin memanggil ku seperti itu,tidak masalah" Anaish tersenyum manis,menurutnya mungkin Marco sangat merindukan gadis kecil yang ada difoto itu.Tapi,kemana si gadis kecil itu?

Marco menyerahkan nampan berisi makanan kepada Anaish yang telah duduk di pinggiran ranjang,Marco duduk di kursi sambil memandangi Anaish yang sangat lahap memakan cookiesnya.Lizzi-nya memang sangat menyukai cookies cokelat!

"Apa gadis kecil itu anak mu?" Anaish menunjuk foto yang ada di nakas,Marco mengambil foto itu dan mengusapnya "Ya,dia anak perempuan ku.Tapi sekarang dia sudah tumbuh jadi gadis remaja"

Anaish mengangguk-anggukan kepalanya "Lalu yang di ruangan tadi,itu istri mu? Mengapa dia disana?"

"Dia istri ku,dia mengalami sakit jiwa sejak kehilangan puteri kami"

Anaish menunduk,hatinya seperti tercubit mendengar perkataan Marco "Maaf aku tidak bermaksud mengingatkan mu pada hal yang membuat mu sakit hati"

Padahal banyak sekali hal yang ingin dia tanyakan,termasuk dengan tatto di tengkuknya.Tapi,dia takut menyinggung perasaan Marco.

Marco tersenyum,dia menaruh kembali foto yang dia ambil dari atas nakas kemudian mengelus kepala Anaish "Tidak masalah,lagi pula aku yakin sebentar lagi istri ku akan sembuh.Mau kah kau membantu ku?"

"Aku akan melakukannya jika aku bisa,memang bantuan apa?"

"Bisa kah kau berpura-pura menjadi Lizzi untuk istri ku?" Anaish tampak menimbang-nimbang,yah sepertinya dia bisa!

"Baiklah aku bersedia" Marco tersenyum,lalu mencium puncak kepala Anaish

"Ehm,kenapa anak lelaki mu memanggil ku Lizzi? Apa aku semirip itu dengan anak perempuan mu?"

"Kalian sangat mirip,aku sampai tidak bisa membedakannya.Mau kah kau memanggil ku papa?" Tentu saja mirip! Karena kau adalah Lizzi!

Anaish tersenyum lalu mengangguk "Papa" Marco kembali memeluk Lizzi-nya,tanpa bisa di tahan air matanya keluar begitu saja.Dia akan mebalas orang-orang yang membuat gadis kecilnya lupa padanya!

Alex masuk dan tersenyum pada mereka "Kalian curang! Berpelukan tapi tidak mengajak ku!" pria itu ikut memeluk Anaish.Andai dulu dia sekuat sekarang,pasti adiknya tidak lupa pada mereka.

Anaish merasakan sebuah kenyamanan ketika dua pria itu memeluknya.Rasanya seperti ehm...luar biasa!

Malam harinya setelah mereka makan malam,Marco kembali mengajak Lizzi mengunjungi istrinya lagi.Bolehkah sekarang ku pangil dia Lizzi? Karena dia adalah Lizzi!

"Elea,lihat siapa yang aku bawa" Marco mendekati istrinya,dan membuka ikatan baju yang mengikat tangan istrinya kebelakang.

Sebenarnya pria itu tidak sampai hati mengikat istrinya sepert ini tapi,istrinya pernah mencoba bunuh diri dengan cerimin yang di pecahkannya.Jadi ini lah satu-satunya jalan agar istrinya tidak menyakiti diri sendiri.

Lizzi ikut mendekat sambil membawa nampan makanan,mata yang semula kosong berubah lebih berbinar saat melihat Lizzi mendekat.

"Lizzi" satu kata sederhana yang keluar dari mulut Elea tapi bisa membuat hati Lizzi seperti bergetar.

Jari jari Elea terulur mengelus wajah cantik anaknya,kemudian memeluk Lizzi dengan erat "Kau kembali! Lizzi ku kembali!"

"Lizzi kembali untuk mama" air mata Lizzi turun,rasanya sakit sekali melihat wanita di depannya seperti ini!

Marco menarik nafasnya,dia yakin jika terus seperti ini istrinya akan segera sembuh! Mereka akan bahagia lagi,seperti enam tahun yang lalu sebelum kejadian itu terjadi!

-

"Lizzi mau kemana?" tanya Elea saat Lizzi turun dari ranjang.Marco memutuskan untuk tidak menempatkan Elea diruangan itu lagi,dia rasa Elea-nya sudah cukup sadar setelah melihat Lizzi dan juga Elea ingin tidur dengan Lizzi.

Lizzi tersenyum,dia kira Elea sudah pulas tertidur "Aku ingin ke kamar mandi" Lizzi berbohong karena pada nyatanya dia hanya ingin berdiri di balkon kamar ini,dia tidak bisa tidur!

"Lizzi tidak akan meninggalkan mama lagi kan? Mereka tidak akan membawa Lizzi lagi kan?" raut wajah Elea berubah panik.Dengan penuh kelembutan Lizzi mengelus kepala Elea agar tertidur kembali.

"Aku disini,aku tidak akan pergi lagi" Entah apa yang di alami Elea di masa lalu hingga membuatnya begini,yang Lizzi tau dia akan berusaha membuat wanita ini bahagia!

Setelah Elea kembali tertidur Lizzi turun dari ranjang empuk itu,tapi suara dari luar membuatnya membatalkan niat untuk berjalan ke balkon.

Suara ketukan sepatu dan ehm rantai? Lizzi membuka sedikit pintunya dan mengintip ke luar.

Itu Lexa! Dia berjalan dengan tangan di rantai dengan satu orang berbadan kekar yang menarik rantainya.Itu penyiksaan!

Lizzi mengendap-endap mengikuti mereka,yang berjalan ke sebuah ruangan.

Semoga saja rasa ingin tahunya kali ini tidak membuat dia dalam bahaya!

Madness (Complete ✔)Where stories live. Discover now