share your story

555 46 9
                                    

Don't keep anything by yourself.
Watch out, your heart and brain may explode anytime.

-

Beberapa waktu lalu sebenarnya aku pernah cerita dengan teman lamaku tentang kekhawatiran aku ini yang bikin stres banget. Dia bener-bener orang yang keren. Dia melewati masa-masa sulitnya bersama depresi dan masalah makan.

Aku mau bercerita sedikit tentang dia.

Aku dan dia kenal karena kita dalam satu grup tari yang sama. Dari semua anggota, aku dapat merasakan dia yang paling tulus. She is pure. Aku nyesel, senyesel-nyeselnya, gak pernah berani untuk taruh perhatian lebih ke dia, padahal aku tau dia punya masalah and she needs supports. Aku merasa bersalah banget untuk semua yang dia jalani selama di grup ini, karena sebenarnya aku leader grup itu.

Haha. Please laugh, everyone. That really looks like a joke.

Sebenarnya sih, grup itu sangat santai, tidak membutuhkan seorang leader. Apalagi setelah semakin lama semakin dekat, keputusan pemimpin tidak diperlukan.

Tapi, cuman dia yang benar-benar menganggap aku leadernya. Aku sendiri bahkan sangat ingin melepaskan julukan itu karena aku gak sanggup merasakan tanggung jawab, walaupun perannya tidak terlihat.

Intinya, dia adalah orang yang tulus. Berbeda dengan yang lain. Bukannya yang lain itu tidak tulus, tapi beberapa orang memang punya tujuan lain untuk gabung dalam sebuah grup tari. Tapi dia benar-benar tidak mengharapkan apapun.

Singkat cerita.

Akhirnya kami tidak pernah benar-benar saling berbicara setelah dia mulai tidak aktif di grup. Aku benar-benar tau dia punya mental illness but I never catch her. It's still being my biggest regret.

Kemudian setelah beberapa bulan, dia ada mengunggah foto di Instagram dengan caption mengenai bagaimana dia mengatasi masalahnya dan memberi semangat pada orang lain lewat unggahannya itu. I cried. Aku men-dm dia, meminta maaf dan segalanya, baru lah aku sedikit bercerita bahwa aku memiliki beberapa masalah yang membuat stres (walaupun tidak spesifik). Aku merasakan kelegaan yang tidak pernah aku bayangkan dapat aku rasakan setelah beberapa bulan terpuruk.

Wanna know what she said to make me this strong?

"Aku yakin kamu kuat. Kamu kan leader kami."

Aku nangis waktu baca kalimat itu.

Aku gak percaya ada yang masih percaya sama aku di dunia ini. Ternyata masih ada yang menganggap aku, dan dia benar-benar berpikir bahwa aku kuat.

Itu benar-benar jadi kata-kata penyemangat aku. Setiap kali aku merasa terpuruk, aku bakal terus ingat itu, aku bakal terus ingat ada yang percaya sama aku. Itu yang bikin aku bertahan sekarang.

So, guys. Bagi beberapa kalian di sini mungkin sulit banget buat cerita sama orang tentang apa yang kalian alami. Apalagi banyak yang belum aware dengan mental illness dan mungkin malah menghakimi kalian. But trust me, guys, pasti ada yang bisa kalian percaya untuk cerita.

Kalau kalian gak punya teman cerita, kalian bisa chat aku secara pribadi meskipun aku gak tau apa yang bisa aku tolong. Bercerita itu perlu. Kalian gak mungkin pendam semuanya terus dalam hati kan?

Tenang, aku siap mendengarkan.

living with anxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang