3. Devanio Putra

1.6K 106 27
                                    

Benar kata orang waktu akan merubah segalanya. Termasuk perasaan manusia.

Awalnya aku kagum melihatmu
Ketika mengenalmu, perasaan ini biasa saja
Semakin mengenal tingkahmu, aku muak padamu
Dan pada akhirnya aku tak pernah bisa mendefinisikan perasaan ku

12 Maret 2012

1 tahun yang lalu

Hujan sore itu datang tak diundang. Sampai maghrib pun tak ada tanda-tanda hujan Akan reda.

Hawa dingin menyeruak, membuat tubuh ini kedinginan. Aku hanya bisa memeluk diri sendiri. Berharap hujan secepatnya berhenti setidaknya selama aku diperjalanan sampai ke rumah. Aku menunggu menunggu dan terus menunggu.

Jarum jam terus berdetak. Perutku mulai berbunyi. Cacing-cacing diperut sudah kelaparan. Sudah satu jam aku duduk disini. Teman-teman sudah banyak yang pulang. Hujan hanya meledek, ketika hujan akan terlihat reda tapi hasilnya satu menit kemudian hujan semakin lebat.

Suara petir mengelegar membuat jantungku mau meloncat. Seketika aku berdiri.

" Yuk pulang van, kita terobos hujan"
Ana memakai jas hujannya dan sudah bersiap pulang.

"Tapi aku tak bawa mantel"

"Kalau begitu aku menunggu kamu atau aku pulang duluan"

"Pulang saja aku tidak apa-apa, sebentar lagi aku juga pulang."

"OK,  aku duluan ya"

Sepuluh menit sejak kepulangan Ana. Aku memutuskan pulang. Karena tiada tanda-tanda hujan akan  reda, kampuspun juga sudah sepi.

Aku menuju tempat parkir. Mulai mengenderai motor. Tapi rasanya Ada yang aneh,  sepeda motor berjalan lambat dan berat. Aku berhenti dan melihat ban.

"Astaghfirulloh bocor," Aku hanya bisa memelas dan menatap ban.

"Ada Apa? " laki-laki berhenti didepanku.Dia menatapku, kita sering bertemu walaupun dia tak mengenal ku tapi mengenalnya.
Namanya Dev,  seorang aktifis kampus yang banyak digilai para wanita.  Termasuk Ana sahabat karibku.

"Ban sepedaku bocor,  disini tempat bengkel dimana ya ?"

"Dari sini kamu lurus,  lalu sampai pertigaan belok kiri.  Bengkelnya disebeleh kiri jalan,"

Aku hanya diam, sambil berfikir.

"Diantar ngak"

"Ngak,  Ngak nanti merepotkan. Terimakasih banyak. " aku berlalu sambil membawa sepeda motor dengan berjalan kaki.

"Ngak merepotkan kok, tunggu sebentar ya aku mau ambil motor dulu."

" Baiklah "

Kami bersiap menuju tempat bengkel. Dia mengenderai motornya pelan-pelan.  Dia terus berbicara tiada henti. Ada saja yang dibicarakan aku hanya mengangguk,  walaupun tak mengerti apa yang dibicarakannya. Hujan kala itu begitu membekas dimemori.

Tak sampai setengah jam kami sudah sampai dibengkel.

"Yuk kita makan malam aku lapar"
Dev menunjuk warung makan yang ada didepan bengkel.

"Aku disini saja,  aku masih kenyang,  kamu saja yang kesana. " Aku berbohong

"Ayolah aku traktrir"

"Kamu asing ya sama aku perkenalkan namaku Devanio." Dia mengulurkan tangannya sambilnya tersenyum.

Aku tak membalas tangannya,  "Devania panggil saja vania".

"Kamu anak ekonomi bisnis itukan yang sering ikut seminar"

Aku hanya mengangukkan kepala.
"Kamu anak informatika kan ?" tanyaku berbasa-basi.

" Yaps Betul,  ayo kita makan malam,  sambil menunggu motormu diperbaiki" pintanya sedikit membujuk.

"Baiklah" akhirnya aku ikut juga.
 
"Kamu pesan apa" Dev menyodorkan menu makanan padaku.

"Terserah" jawabku singkat.

"Pak, Saya pesan nasi goreng dua sama es tehnya dua" kata Dev dengan dengan penjual itu.

Telepon Dev berbunyi.
"Aku angkat telepon dulu ya"

"Iya silahkan"

Dia sedikit menjauh ketika mengangkat teleponnya. Aku mendengar dia menganggil sayang mungkin itu pacarnya.  Tiba-tiba aku teringat awal aku melihat Dev.  Waktu itu ospek, Dia menjadi ketua regu dikelompok kami. Yang paling aktif dan tak bisa diam, itulah yang membuat kelompok kami menjadi juara. Dan yang paling aku ingat waktu itu dalam hitungan hari  dia berhasil menaklukkan hati Airin kakak pembimbing kami. Tapi tak sampai satu minggu dia sudah putus.

Dia memang seperti itu, entah sudah berapa banyak wanita dikampus menjadi korban rayuannya. Aku tak suka laki-laki seperti itu.

"Yuk kita pulang,  mungkin ban motormu sudah selesai di tambal" Tiba-tiba Dia membangunkanku dari lamunan

"Terimakasih ya, Kamu ternyata tak seburuk yang ku kira. "

"Apa maksudmu? " matanya tiba-tiba menatapku penuh penasaran.

"Ngak,  Makasih banyak ya atas bantuannya".

Tinggalin vote dan comentnya ya biar semangat nulisnya, gak molor melulu.
Butuh penyemangat!!!

Oh ya kalau boleh tahu kalian sebenarnya suka ngak ceritanya, Jawab jujur ya!!

JOMBLO ISTIQOMAHWhere stories live. Discover now