PA 11 - Gambaran

291 61 2
                                    

"Ren," Panggil Siyeon kepada Rena. Kini mereka berdua sedang ada di cafe depan kampus sambil mengerjakan tugas.

Rena menengok dan menatap nya. "Kenapa?"

Siyeon mengehela nafas. Gadis itu bingung ingin memercayai perkataan Eunbin atau tidak. Namun, Jika itu memang sungguhan… Siyeon akan sangat membenci Rena. Rena tahu sekali bagaimana susah nya Siyeon memperjuangkan Jinyoung, bagaimana bisa gadis itu menusuk nya dari belakang begini?

Tapi, tentu saja Siyeon harus mempercayai Rena. Rena sahabatnya bukan? Tidak baik Siyeon berprasangka buruk kepadanya. Maka dari itu, malam ini Siyeon tidak jadi menanyakan Rena tentang nya dan Jinyoung. Karena mau apapun yang terjadi, Siyeon lebih percaya Rena daripada perkataan tidak jelas Eunbin.

***

Tetapi, itu tidak berlanjut lebih lama. Tadinya mungkin Siyeon lebih memercayai Rena, sampai akhirnya keesokan paginya… Siyeon melihat Rena ada di hadapan rumah Jinyoung.

Jantung Siyeon berdegup kencang, mencoba menolak fakta saat ini. Dirinya semakin kaget ketika tiba-tiba Jinyoung keluar dan langsung memeluk Rena begitu saja. Mereka berdua saling melempar senyum bahagia, sedangkan Siyeon hanya bisa menatap mereka dengan tatapan nanar.

Selanjutnya, Siyeon menggigit bibir. Dia berbalik dan berlari pergi. Seluruh pikiran abstrak memenuhi kepalanya, hati nya juga sangat sakit melihat pemandangan barusan. Namun, ditengah-tengah saat dia sedang berlari—

BRUAGH!

Siyeon terjatuh. Dia menabrak seseorang sampai terjatuh. Kemudian, gadis itu mendongak mencoba melihat seseorang di hadapan nya.

"Jeno…?" Kata nya dengan mata berkaca-kaca yang berkedip.

***

Jeno menaikkan alis, terkejut melihat Siyeon yang seperti tengah menahan tangis. Tanpa ba bi bu, lelaki itu membantu Siyeon berdiri. "Gak papa?" Tanya nya dengan tatapan khawatir.

Siyeon masih sedikit shock, namun dia segera menetralkan diri dengan mengangguk. "Gak papa," Balas dia.

Jeno mengernyit sebentar dan kembali bertanya, "Eum, Lo ngapain disini, yeon? Lari-lari segala lagi."

Siyeon membulatkan mata, berpikir-pikir mencari alasan. "G-gue… mau nyamperin temen. Hehe, iya, temen gue tinggal disini soalnya. Kalo Lo?"

Jeno mengangguk-anggukan kepala. Kemudian, menunjuk ke sebuah rumah. "Kalo gue tinggal disini, tuh rumah gue."

Siyeon mengangguk mengerti. Dia tersenyum tipis sambil merapihkan baju nya yang sedikit berantakan akibat terjatuh tadi. Jeno memerhatikan nya, dia menggaruk tengkuk kikuk. Sampai akhirnya, lelaki itu memberanikan diri bertanya, "Lo… udah gak marah sama gue, yeon? Kok kayaknya sekarang ramah banget ya, haha."

Siyeon tersentak. Menengok ke arah Jeno sambil melebarkan senyum, dia menjawab, "H-haha apa sih? Iya-iya, maafin gue kemarin. Gue lagi pms aja kemarin, terus gak mau liat muka Lo."

Jeno menaikkan alis, kemudian mengangguk canggung. Wah, keren juga ya kalau sedang pms. Bisa-bisanya Jeno di musuhi berhari-hari hanya karena itu, astaga. Sedangkan Siyeon hanya mengalihkan pandangan, takut ketahuan berbohong.

Dan setelah beberapa menit berlalu mereka di posisi yang sama, Jeno sudah ingin pamit pergi sampai tiba-tiba Siyeon berkata—

"Jen, gue ke rumah Lo boleh ya?"

Jeno melongo. "H-hah?"

***

[ON GOING] Useless | Jeno SiyeonWhere stories live. Discover now