"Ini apartement mu?" satu pertanyaan lolos dari bibir Mino saat dirinya melihat apartement yang memang tak terlalu besar.
Irene melirik Mino yang sedang mengamati setiap bagian di dalam apartement nya bersama Suho.
"Bukan ini milik Suho." Irene berjalan ke arah dapur untuk sekedar mengambil minum. Irene ingin melepas dahaga yang sedang menyerangnya pasalnya setelah merengek bahkan berlutut untuk tidak membiarkan Mino pergi. Akhirnya Irene kehilangan setengah suara nya yang mengakibatkan suara nya sedikit serak.
"Oh Suho—" Mino menjeda sebentar kalimatnya "Kekasihmu. Kalian sudah tinggal bersama ternyata, apa mungkin kau juga telah kehilangan keperawanan mu?" Lanjutnya.
Mino sekarang sedang tersenyum miris mengapa juga ia harus mempercayai ungkapan cinta Irene. Seharusnya Mino kembali saja ke korea bersama Seunghoon dari pada mendapatkan kemalangan seperti ini. Ah dasar Song Mino bodoh!
Bagaimana rasanya saat seseorang yang kau cintai mengajak dirimu ke apartement kekasihnya?Sakit, itulah yang Mino rasakan. Kini penyesalan benar-benar menghampirinya, Seunghoon harusnya aku percaya padamu!
Irene yang berjalan ke arah dapur berhenti, ia memang belum menceritakan apapun kepada Mino tapi apakah Mino harus mengatakan sesuatu yang menyakitkan seperti itu?
"Ia bukan kekasihku." Irene mencoba meredam amarahnya ia tahu Mino sedang marah saat ini, Irene tak ingin membuat Mino kembali murka dan pergi meninggalkan nya. Tetap tenang Irene semuanya akan baik-baik saja.
"Oh lalu apa? Apa tunangan mu atau suamimu. Oh atau teman one night—"
"Mino!!" Irene geram, ucapan Mino benar-benar tidak bisa dikontrol.
"Apa Irene! Jadi untuk apa kau membawa ku kesini apa untuk menunjukan bahwa kau bahagia bersama nya dan kembali mencampakan ku?"
Irene bungkam seribu bahasa. Mino sedang murka sekarang, Irene tak ingin menyulut emosi nya tapi apa yang dikatakan Mino benar-benar menyakitkan.
"Mino bisa kah kau tenang dulu aku lelah" Irene benar-benar lelah sekarang. Bukan hanya karena suaranya menghilang tapi juga karena badan nya yang kurang istirahat. Semenjak bertemu Mino, Irene kekurangan waktu tidurnya. Ia terus memikirkan bagaimana caranya agar Mino dan dirinya bisa bersama.
"Sudah ku bilang sebaiknya aku pergi, aku tak akan menganggumu." Mino kembali berjalan kembali ke arah pintu keluar. Sebelum sebuah tangan mungil melingkar di pinggang nya, membuat dia kembali menghela nafas kasar. Kenapa dia selemah ini?
Setelah melihat Mino yang hendak berjalan ke arah pintu Irene langsung berlari dan memeluk Mino dari belakang. Isak tangis kembali menggema di ruangan.
"Bisakah kau tenang dulu akan aku ceritakan semuanya. Bisakan kau duduk dulu atau sekedar membersihkan dirimu. Tunggu sebentar aku akan menjelaskan nya setelah aku memiliki kekuatan kembali. Kumohon." Pinta Irene.
Mino sebenarnya tak tega mendengar isak tangis yang lagi-lagi keluar dari Irene. Tapi ego karena sakit hatinya membuat Mino tak mengindahkan kata-kata Irene.
"Bisakah kau lepaskan aku dan biarkan aku pergi tidak kah kau berfikir aku mempuanyai rapat yang banyak tertinggal di korea? Aku tak ingin melewatkan nya hanya karena waktu ku terbuang untuk hal tidak penting seperti ini." Sarkas Mino.
Lagi dan lagi kata-kata Mino membuat Irene menelan kecewa. Kata-kata Mino yang sarkas dan terkesan kasar membuat Irene ingin mati saat ini juga. Mengapa tak mudah bicara pada orang yang Irene cintai ini? Padahal Mino yang ia tahu adalah orang yang lembut dan sabar.
"Mino." Lirik Irene.
"Lepaskan." Ucap Mino dingin.
"Tak akan pernah." Irene mengeratkan pelukan nya takut bahwa Mino akan mengeluarkan banyak tenaga nya untuk menyingkirkan pelukan Irene.

YOU ARE READING
[1] Luck [Mino X Irene]
Romance✓Completed "Mendapatkan mu adalah sebuah keberuntungan untuk ku."-Bae Joohyun "Aku akan mengorbankan apapun yang diriku punya, hanya agar kau selalu di samping ku."-Song Mino