IGBY 4

4K 345 34
                                    

Mata syqa nampak bengkak parah efek menangis semalaman penuh. Hal itulah yang membuat Syqa tak masuk kerja hari ini.  Lagi pula Syqa memang sekali kerja di kantornya kecuali ada meeting.
Syqa duduk di dalam cafe,  pada sofa paling pojok dekat kaca. Matanya terus menatap ke arah gedung di mana foto yang berlatar lombok dan solo itu terpajang.  Syqa sendiri pun tak tau mengapa lagi-lagi kakinya berjalan ke tempat itu. Namun kali ini Syqa tak mau masuk.  Ia memilih untuk masuk ke dalam cafe di sebrang gedung pertunjukan foto itu. 
Syqa belum memesan menunya,  Ia masih tak tau mau makan apa.  Ia tak sedikit pun merasa haus ataupun lapar meskipun Ia menangis semalaman, yang Ia tau hanyalah kepalanya terasa cukup sakit saat ini. 

Syqa melambaikan tangannya memanggil pelayan dan tak beberapa lama pun pelayan datang. 

"saya mau pesan ice americano.. "

"bukannya itu akan membuat mu sakit kepala setelah menangis semalaman?"

Syqa yang mengenal suara itu pun mendongakan kepalanya. 

"alex.. Kamu ngapain disini?" tanya Syqa kaget tentu saja. 

"bekerja, apa lagi memangnnya? "

"kamu kerja di sini?" tanya Syqa dan Alex pun mengangguk. 

"terkadang aku menjaga stand coffe yang di dalam gedung pertunjukan itu" ucap Alex.  Syqa masih nampak tak percaya. 

"oh.. "ucap Syqa masih bingung.  Syqa sempat berfikir Alex merupakan salah satu orang kaya yang sedang berlibur atau seorang pegawai kantoran di salah satu perusahaan besar di sini.  Melihat dari bagaimana Alex berpenampilan waktu itu.  Syqa cukup kaget mendapati kalau alex bekerja di cafe ini.

"well..  Jadi kamu mau pesan apa?  Saran ku sih jangan kopi kalau kamu lagi sakit kepala" ucap Alex

"apa kau selalu memcampuri kehidupan orang lain?  Apa kamu juga melakukan hal ini pada pelanggan lain?  Menyuruhnya memesan ini dan itu?" ucap Syqa

"heum.. Aku hanya memberi saran dan terkadang saran ku tepat.  Jadi bagaimana dengan strawberry smoothies?" tawar Alex. 

Syqa menutup buku menunya dan meletakannya. 

"ice americano" ucap Syqa final dan melempar pandangannya keluar jendela cafe. 

Alex tersenyum lebar.  Ia mengambil buku menu di meja dan mengulang pesanan syqa. 

"satu ice americano untuk seorang wanita berpenderian teguh. Selera kopi mu benar-benar seperti mu nona.  Baiklah di tunggu" ucap Alex dan pamit dari meja syqa. 

Syqa berusaha untuk tak menoleh.  Ia terus menatap ke luar jendela.  Tidak, ia tak membenci Alex.  Ia hanya tak ingin membuat hubungan akrab dengan siapapun bahkan dengan Anne sekalipun.

Tak butuh waktu lama Alex pun kembali mengantarkan pesanan Syqa. 

"satu americano,  untuk wanita yang sudah terlalu manis"

Syqa mengabaikan Alex. Ia hanya terus menatap gedung di sebrangnya itu. 

"di dalam sana,  masih ada banyak pameran foto lainnya?  Mau lihat?  Barangkali kamu bisa menemukan lanjutan karya lainnya." ucap Alex

"apa kamu bisa meninggalkan ku sendiri?" tanya syqa bahkan tanpa menatap Alex. 

"kenapa sendiri? Kenapa kamu harus sendiri saat hidup?  Saat mati nanti kamu juga akan sendirian dalam jangka waktu yang panjang. Memiliki teman bicara bukannya menyenangkan?  Di bandingkan diam-diam memandang benda mati yang tidak akan pernah mengerti apa mau?"

"apa karna manusia bukan benda mati, lalu menurut mu mereka akan mengerti mau ku? Benarkah mereka akan mengerti?"

"coba saja.. " ucap Alex. 

"aku sudah mencobannya.  Aku sudah mengatakan pada mu yang manusia bahwa aku ingin sendiri tapi kamu tidak pergi.  Kamu tak jauh lebih baik dari benda mati yang aku lihat sekarang" ucap Syqa semakin dingin.

Alex tersenyum lagi,  Ia sungguh suka mendengar pembantahan dari Syqa.  Pada dasarnya Ia memang menyukai sebuah perdebatan. 

"itu karna aku mengerti kamu tidak benar-benar ingin sendiri."

Syqa tersenyum jengah dan malas. "jangan sok tau.  Kamu bahkan tidak mengenalku"

"kalau begitu mari saling mengenal, aku pikir aku cukup tertarik dengan wanita yang bahkan dapat menangis hanya dengan memandang sebuah foto"

"sudah aku katakan aku tidak menangis"

"oh.. Baiklah, mari anggaplah mata bengkak mu karna kamu terkena pukulan semalam" ucap Alex. 

Syqa menatap Alex dengan kesal. Ia sungguh malas berdebat dengan Alex.   Ia ingin suasana yang tenang tanpa di ganggu.  Suasana hatinya tak cukup baik untuk berdebat dengan pria itu. 
Syqa bangkit dari kursinya dan mengambil tasnya. 

"kamu benar-benar mengganggu ku" ucap Syqa dan meninggalkan Alex pergi,bahkan tanpa meminum sedikit pun kopinya.  Baru satu langkah Ia akan pergi. Syqa berbalik dan menatap Alex lekat. 

"apa aku menarik untuk mu?" tanya Syqa.  Alex menganggukan kepalannya. 

"lalu kamu penasaran dengan ku?"

Alex menganggukan kepalannya lagi. 

"aku kenal satu pria yang terus menganggu satu wanita hanya karna Ia merasa penasaran lalu tertarik.  Kamu tau apa yang berikutnya terjadi? Ia mengatakan bahwa Ia jatuh cinta lalu berikutnya Ia mengatakan lagi bahwa Ia pikir rasa cintanya itu salah.  Jadi,  jangan memulai rasa penasaran mu.  Itu hanya akan menjadi sebuah permasalahan yang panjang.  Aku tidak mengizinkan diriku menjadi obyek penasaran mu itu.  Satu lagi, aku sama sekali tidak penasaran dengan mu.  Aku tau bagaimana pola pria seperti mu yang melakukan trik murahan dengan membaca setiap wanita arti dari foto yang terpajang di sana.
Ah.. Dan menggunakan kisah sedih keluarga mu untuk menarik simpati wanita.  Wanita lain mungkin akan tersentuh.  Tapi aku?  Aku tidak.  Jika, mengenal nama ku membuat mu menganggap bahwa kita berteman maka lupakan saja nama ku.  Karna bagiku kita hanya dua orang asing yang tidak sengaja saling bertemu" ucap Syqa dan kembali akan melangkah pergi.  Namun ucapan Alex kali ini kembali menahan langkahnya. 

"kamu nampak lemah dan kesepian, syqa" ucap Alex. 

"aku tidak lemah dan tidak kesepian" bentak Syqa dengan marah.  Ia tak suka di nilai seperti itu oleh orang yang bahkan baru Ia temui beberapa kali.  Dada syqa kembang kempis menahan marahnya.  Keduanya saling menatap satu sama lain.  Alex tersenyum lebih lembut dari sebelumnya membuay Syqa semakin ingin marah. 

"aku baru saja berbicara dengan bahasa indonesia Syqa.. Apa kamu orang indonesia? "

Raut wajah Syqa berubah, Ia bahkan sama sekali tak menyadari bahwa baru saja alex berbicara dengan bahasa indonesia. Bahasanya.  Bahasa yang selama 4 tahun ini coba Ia lupakan. Kewarganegaraannya, tempat di mana Ia lahir dan tumbuh besar.  Tempat dimana Ia menuai banyak luka. 

Syqa terus menatap Alex. Kali ini Ia benar-benar semakin marah.  Marah karna Alex baik secara sengaja atau engga telah membongkar masa lalunya.  Syqa mengepalkan tangannya sendiri.

"apa masalahnya mengakui negara mu? " tanya Alex.  Mata syqa semakin memancarkan kilatan marah. 

"tidak ada.  Hanya tidak semua orang merasa rindu dengan tempat itu,  apa lagi hanya untuk sekedar mengenang orang-orang yang sudah mati seperti mu" ucap Syqa dengan tegannya dan kini benar-benar meninggalkan tempat tersebut.  Tak lupa untuk sempat membayar minumnya lebih dulu. Sedangkan Alex terdiam di tempatnya.  Ia tersenyum miris mendengar ucapan Syqa kepada dirinya. 

***
Assalamualaikum,

Selamat malam..  Adakah yang menanti bang Alex dan syqa di malam minggu ini? 

Kalau ada Happy Reading yah... 😂

Its Gonna be you! (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang