One

10.3K 918 196
                                    

Lebam.

Taeil baru saja terkena tamparan dari musuh klien yang sedang menggunakan jasanya. Wanita tua itu menghujat seakan posisi dan pendidikan tingginya tidak ia hiraukan. Direktur organisasi ternama dengan gelar 'dokter' yang disematkan padanya lebur bersamaan dengan tangan halus yang menyentuh pipi pria bermarga Moon dengan keras.

Tapi itulah pekerjaan Taeil. Sedikit bicara, banyak bekerja. Protokol pekerjaan Taeil mengatakan demikian. Kami laksanakan. Tanpa mengajukan pertanyaan. Tak peduli apapun. Ia harus melayani klien dengan maksimal, tanpa mengetahui identitas ataupun maksud dari permintaan, meskipun itu hal yang aneh.

Seusai bekerja, Taeil menyempatkan diri untuk membeli es di toko kecil di dekat kantor tersembunyinya. Ia harus mengusir lebam itu sebelum Doyoungㅡ pengikutnya, ia bilangㅡ mencurigai sesuatu yang tidak-tidak. ia mengambil dua cup es krim untuknya dan Doyoung.

Langkah kaki gontai Taeil disambut oleh cengiran lebar dari Doyoung yang sudah menunggunya di salah satu kursi makan.

Seketika lelahnya hilang.

"Hyung! Selamat datang." Doyoung menyambutnya riang. Tetapi Taeil hanya memasang wajah kesukaannyaㅡ datarㅡ karena ia menganggap itu hanya sebuah aksi yang akan menguras tenaganya.

"Wah, kau bawa es krim! Satunya untukku?"

Taeil mengangguk sebagai jawaban.

"Mandi dulu, aku akan memanaskan supnya."

Taeil tetap tidak menjawab, langkahnya tertuju pada salah satu kamar di lantai atasㅡ satu-satunya kamar yang dihuni oleh manusia disanaㅡ dan pergi membersihkan diri. Ia sedikit meringis kala kain bajunya menyentuh lebam pada kedua pipinya.

"Aish, wanita sialan." Umpatnya.


🌱🌱


Doyoung tersenyum lebar saat Taeil berjalan mendekati meja makan. Hidungnya mencium bau sabun mint yang segar. Sebenarnya tidak hanya baunya yang segar, tetapi orang yang sedang berjalan ke arahnya tidak kalah segar dari patbingsu di musim panas. Taeil mengenakan kaus putih polos dengan celana tiga perempat berwarna creme terang, sedangkan rambutnya masih acak-acakan dan sedikit basah, memberi efek seksi dan segar sekligus. Doyoung terpana.

"Bagaimana harimu, Hyung?" Tanya Doyoung sambil menyuap sesendok nasi ke mulutnya.

"Seperti biasa." Jawab Taeil singkat. Ia meringis saat membuka mulutnya, yang tentu saja dilihat oleh Doyoung.

"Eh, Hyung tidak apa-apa?"

Taeil menggeleng sambil berusaha mengunyah makanan yang baginya terasa sangat enak. Tapi sial, tamparan bertubi-tubi dari wanita tua sore tadi sukses membuatnya kesakitan.

"Aku akan mengobatimu setelah makan."

Taeil mengangguk sebagai jawaban. Ia melanjutkan acara makannya dengan lambat, karena rasa nyeri di kedua pipinya begitu menyiksa saat mengunyah.

Doyoung bergegas mengambil es dan kotak obat setelah menyantap makanan utama dan penutupㅡ es krim yang dibeli Taeilㅡ kemudian menghampiri Taeil yang sedang duduk menghadap laptop di ruang tengah.

"Hyung, hadap sini sebentar."

Taeil terlalu fokus hingga suara Doyoung seperti angin lalu.

"Hyung."

". . ."

"Baby.."

Sebuah lonceng besar seakan menghantam dada seorang Moon Taeil saat kata manis itu terucap dari bibir Doyoung.

Selenophile [Ilyoung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang