Clap!

4K 607 95
                                    

The Mendacium terasa suram, mencekam, setelah mendapat kabar bahwa tangan kanan klien gila itu datangㅡ

Membawa wabahnya..

Taeil berusaha bersikap setenang mungkin, mengingat dirinya seorang ketua protokol disini. Ia harus mengambil keputusan terbaik apapun keadaannya.

Semua aliran udara yang berasal dari luar ditutup. Hanya mesin pendingin yang memasok oksigen orang-orang di dalamnya. Beberapa tim ahli sudah bersiap memakai baju hazmat untuk melindungi diri saat menyentuh senjata biologis itu.

Agen Garfield terlihat sedang mengawal seseorang ke lobby, yang anehnya terlihat sangat familiar di mata Taeil.

"Kau?" Ucap Taeil datar dan dingin.

Pria yang dikawal Garfield tersenyum miring.

"Kejutan, Kapten!" Ucapnya riang, seolah ia bukan seseorang yang tidak memiliki masalah apapun.

"Tindakanmu perlu diapresiasi, Capt. Kau menutup seluruh sumber aliran udara di dalam sini agar bioaerosolnya tidak tersebar keluar, eh?"

Garfield terlihat geram. Tangannya mengepal seolah ingin menghajar pria yang sedang berceloteh itu.

"Ah, kalian tidak perlu berkorban seperti ini. Kasihanilah diri kalian yang belum menikah dan memiliki keturunan. Karena wabah ini akan membuat kalian fertil jika menghirupnya."

"Lalu, untuk Kapten. Apa Tuan Kim dan bayimu sehat? Ah, sayang sekali Anda tidak akan pernah bisa memberikan adik yang lucu untuknya nanti."

Tim SRS sudah siap di posisinya masing-masing, mengacungkan senjata yang terarah ke pria itu.

"Aye, Capt. Bukannya kau sudah cukup paham dengan pesan yang ditulis oleh klien tercinta kita? Neraka tergelap disediakan untuk mereka yang bersikap netral dalam krisis moral. Bukankah itu sudah jelas?"

"Pemikiran jenius dari klien itu akan membuahkan hasil. Manusia tidak akan hidup menderita di masa yang akan datang."

"Kau gila." Ucap Taeil masih dengan nada datar dan dingin, tatapan matanya pun demikian.

"Ini tidak gila, Capt. Ini jenius!"

"Kauㅡ kulepaskan dari The Mendacium."

Pria itu pura-pura tersentak kaget dan memasang ekspresi takut, lalu kembali dengan senyuman miringnya.

"Krabbyㅡ ah, tidak. Bagaimana jika aku memanggilmu dengan.. Jung Jaehyun?"

Anggota SRS yang lain tersentak. Jika Kapten sudah menyebutkan nama asli daripada samarannya, hal itu berakibat fatal. Keadaan ini terjadi jika protokol menemukan pengkhianat di dalamnya.

Krabbyㅡ Jaehyun menyeringai.

"Bagaimana ini? Namaku sudah disebut oleh Kapten." Katanya pura-pura takut.

"Percuma saja kau membunuhku disini. Karena kita semua sudah berbagi udara. Kalian sudah terjangkit." Lanjutnya enteng.

Jaehyun mengeluarkan kotak kecil dari saku dalam jas yang berisi plastik ziploc di dalamnya. Terdapat cairan berwarna merah yang mengambang, kecil tapi cukup mengerikan. Mengingat benda itu yang akan mengancam pertumbuhan manusia di dunia.

Tim SRS dan tim yang sudah siap dengan baju hazmat mendekat, mencoba mengambil kotak itu dari tangan Jaehyun.

Namun, dengan sengaja Jaehyun melepaskan pegangan tangannya. Kotak itu terjun bebas ke bawah, menimbulkan suara kaca yang pecah.

Seluruh manusia yang ada disana menahan nafas saat benda itu terjatuh ke lantai, namun bernafas lega melihat plastik ziploc di dalam kotak tidak pecah dan mengeluarkan isinya.

"Tegang sekali, eh?" Jaehyun tertawa keras.

"Ayolah, Capt. Aku tau di dalam lubuk hatimu juga membenarkan hal ini. Kau pasti juga akan merasa kasihan pada gelandangan miskin, kurus, dan penyakitan di pinggir jalan, bukan?"

"Dengan adanya wabah ini, hal itu tidak akan terjadi lagi. Semakin sedikit manusia di bumi, maka semakin sedikit juga nasib buruk yang akan menimpa manusia."

"Lagipula kau tidak akan merasakan apapun saat menghirupnya. Seperti udara yang biasa."

"Kau sadar betapa jeniusnya klien kita ini?" Iaㅡ"

"Putuskan kontaknya." Taeil menyela, memberi komando agar menarik pelatuk masing-masing anggota.

Suara tembakan menggema di lobby The Mendacium. Taeil menyaksikan sendiri bagaimana Jaehyun tumbang dengan darah yang mengucur dari anggota tubuhnya. Empat belas anggota menarik pelatuknya bersamaan, menyebabkan Jaehyun langsung menjemput ajalnya.

Tatapan Taeil menjadi lebih dingin, tajam dan datar. Auranya semakin gelap. Tim SRS mengambil alih jasad Jaehyun dan akan mmTim khusus dengan hati-hati mengambil plastik ziploc berisi wabah dan membawanya ke laboratorium untuk dites.

Sang Kapten berjalan meninggalkan lobby, masuk ke ruang kerjanya sambil membersihkan sisi wajahnya yang terkena cipratan darah Jaehyun.

Selenophile [Ilyoung] ✔Where stories live. Discover now