Saingan Salah Target

32.2K 2.1K 34
                                    

Ini sebelumnya maaf ya untuk para readers karena bahasanya sedikit aneh

Kalau author punya waktu luang yang lebih banyak akan author revisi agar lebih nyaman di bacanya 😁😁😁😁

Jadi happy reading yaaaa

***

Daka menyeret tangan Jiya sampai ke ruangan khusus tim basket, kali ini ada 2 teman Daka di ruangan itu, Joe dan Hadi

"kamu kenapa membawa pacar ke ruangan ini, kita kan sudah sepakat untuk tidak membawa pacar ke ruangan ini" protes Joe tidak terima melihat Daka membawa Jiya masuk, Daka menatap Joe jengkel

"Dia bukan pacar aku" jawab Daka tegas, Daka langsung mengajak Jiya duduk tanpa memperdulikan tatapan tidak suka dari Joe

"Jadi bagaimana? kamu sudah tau seperti apa tipe pria idaman Anggi?" tanya Daka semangat, dengan nada penuh harap, Jiya langsung tersenyum lebar

"Sudah dong, Anggi sukanya pria smart!" jelas Jiya mantap

"pria smart? Maksudnya?" tanya Daka ingin tau lebih jauh

"Iya, pria smart, yang hobinya di lab, atau dapat rengking 1, memenangkan setiap kejuaraan dalam olimpiade, pokoknya tipe-tipe pria yang membosankan seperti itu lah" jelas Jiya membuat Daka mengangguk mantap

"Masih berusaha mengejar Anggi, Dak? gadis sok jual mahal itu? Kalau aku sih ogah" ujar Joe menimpali, Daka langsung menatap Joe dengan marah

"Eh diem kamu, jangan ikut campur!" ujar Daka dengan tatapan tajam

"Idih Dak, kamu jangan kejam seperti itu dong sama temen sendiri, tidak boleh begitu ah, jangan sampai kamu tidak punya teman gara-gara sikap pemarah kamu ini" omel Jiya membuat Daka menatap Jiya jengkel

"kamu juga! Jangan sok tau!" omel Daka

"Sudah Ji, Daka orangnya memang begitu, kita sudah terbiasa sama sikap dia" jelas Hadi menengahi

"Lagian untuk apa sih kamu masih mengharapkan gadis seperti Anggi, lebih baik kamu sama Jiya saja, kalian berdua cocok sekali" ujar Hadi membuat Jiya langsung mengacungkan dua jempol tangannya ke arah Hadi

"Jadi aku harus mejadi pria yang smart untuk membuat Anggi tertarik sama aku?" tanya Daka  mengabaikan perkataan Hadi

"Yep betul sekali!" jawab Jiya mantap

"Ok, tidak masalah, toh aku juga sudah pintar" jawab Daka dengan penuh percaya diri, Jiya menatap Daka heran

"Yakin kamu mau menjadi orang lain untuk mendapatkan Anggi?" tanya Jiya heran

"Apapun akan aku lakukann demi Anggi" jawab Daka mantap

"Tapi kenapa kamu harus menjadi orang lain sih? Kenapa tidak menjadi diri kamu sendiri, itu kan lebih bagus" saran Jiya

"Ji, selama ini, aku sudah menjadi diri aku sendiri agar bisa berdekatan dengan Anggi, tapi lihat, dia terus-terusan saja nengabaikan aku, mungkin saja dengan aku menjadi pria seperti yang Anggi inginkan, dia bisa mulai memperhatikan aku" jelas Daka mantap

"Kalau aku boleh memberi saran, kamu bisa menggunakan cara ini dulu, kenapa kamu tidak mengabain Anggi saja mulai sekarang, selama ini kan Anggi sudah terbiasa tuh dengan keadaan kamu yang begitu aktif mengejar-ngejar dia, siapa tau saja dengan kamu tidak mengejar-ngejar dia lagi, dia nenjadi kepikiran kamu terus" saran Hadi membuat Jiya terpana

"Ih bener sekali itu kata Hadi, kamu coba saja dulu deh cara yang Hadi jelasin tadi, kalau tidak berhasil juga, kamu boleh menggunakan cara yang kamu mau tadi" saran Jiya membuat Daka berpikir sejenak

"Ji, kalau kamu, tipe pria idaman kamu yang seperti apa?" tanya Joe penasaran

"Kalau aku sih tidak ada tipe pria idaman yang khusus, asalkan pria itu  mempunyai uang, aku pasti mau" jelas Jiya membuat Hadi terkekeh, Daka menatap Jiya tidak percaya

"Oh, berarti kalau aku punya banyak uang, kamu juga mau sama aku, boleh juga tipe gadis yang mudah di beli dengan uang seperti kamu" ujar Joe sambil menatap Jiya takjub, Jiya hanya cengengesan, sementara Daka menatap Joe tidak suka, dari dulu saat begabung dengan tim basket, Daka memang tidak pernah akur dengan Joe

"Maksud kamu apa berbicara seperti itu pada Jiya?" tanya Daka marah

"aku tidak punya maksud apa-apa, kamu kenapa sih  selalu tidak suka terhadapku?" tanya Joe mulai kesal

"tidak punya maksud apa-apa? Tapi perkataan kamu tadi itu terkesan menghina Jiya, seolah-olah Jiya itu gadis apaan yang bisa kamu beli dengan uang" ujar Daka marah

"aku tidak menghina Jiya, kamu merasa terhina Ji aku berbicara seperti tadi? aku cuma becanda Ji" ujar Joe sambil menatap Jiya

"Ah tidak, aku tidak merasa terhina, Dak, kamu kenapa sih emosian begini, sabar dong, semua urusan kan bisa di selesain baik-baik, Joe cuma becanda Dak, aku saja mengerti, masa kamu tidak mengerti" ujar Jiya berusaha menenangkan Daka

"Awas ya kalau aku mendengar lagi kamu mengata-ngatai Jiya, aku tidak akan tinggal diam" ancam Daka sambil beranjak berdiri, dan menarik tangan Jiya pergi keluar dari ruangan itu

***

Jiya sedang menyalin PR yang di berikan guru mereka sebelum bel pulang sekolah berbunyi tadi

"kenapa aku sudah jarang melihat keberadaan Daka ya? Sudah seminggu ini dia tidak lagi mengejar-ngejar ku" ujar Anggi heran, karena selama seminggu ini Daka tidak pernah mengejarnya lagi, bahkan juga mengabaikan keberadaan Anggi, membuat Anggi sedikit kepikiran

"Kenapa? kamu mulai merasakan rindu dikejar-kejar Daka ya?" goda Jiya sambil memasukan buku-buku pelajarannya ke dalam tas, Anggi menatap Jiya jengkel

"Ih siapa yang bilang aku merindukan Daka, aku kan cuma penasaran" jelas Anggi membuat Jiya terkekeh geli

"Yah sudah bosan mungkin, habisnya kamu sok jual mahal begitu, menyesal kan kamu menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi pacarnya Daka" ujar Jiya membuat Anggi mencibir

"Enak saja, aku malah bersyukur dia tidak nengganggu-ganggu kehidupan aku lagi, sekarang keseharianku menjadi begitu aman, sejahtera dan sentosa tanpa keberadaan pria aneh itu" jelas Anggi semantap mungkin

"Tapi kenapa wajah kamu malah seperti orang kecewa dan kehilangan begitu, jangan-jangan kamu juga suka ya sama Daka" tuduh Jiya membuat Anggi langsung melotot kesal

"Enak saja, aku tidak akan pernah suka sama Daka!" jelas Anggi tegas

"Yakin" goda Jiya membuat Anggi makin jengkel

"Yuk ah pulang" ajak Anggi kesal

"Aduh sorry Ang, kamu duluan pulang, aku mau bertemu sama bu Mira nih" jelas Jiya membuat Anggi mndesah jengkel

"Sia-sia aku menunggu kamu dari tadi, ya sudah aku pulang dulu" ujar Anggi sambil beranjak pergi

"Bye" ujar Jiya senang, sebenarnya ia sengaja tidak pulang bersama Anggi, Jiya sudah merencanakan hari ini dengan Daka

Jiya sudah mengempeskan ban motor Anggi secara diam-diam tadi siang saat jam pelajaran biologi, Jiya pura-pura minta izin ke toilet, padahal mengempeskan ban motor Anggi, dan nanti saat Anggi sadar ban motornya kempes, Daka muncul menjadi penyelamat yang akan mengantar Anggi pulang sekolah, benar-benar ide yang cemerlang bagi Jiya

"Hey gadis murahan!" panggil Kayla sambil memasuki ruangan kelas Jiya, Kayla tidak datang sendirian, tapi bersama ke tiga temannya, Jiya menatap ke empat gadis itu dengan tatapan heran

"Ada perlu apa kamu datang ke ruangan aku? Mau bantu-bantu piket?" tanya Jiya membuat Kayla mendengus kesal

"Sorry ya, gadis seperti aku ini tidak level piket di kelas kamu yang jorok ini, girls, seret ini gadis murahan" pinta Kayla pada ke tiga temannya, ketiga teman Kayla pun langsung menyeret Jiya keluar ruangan

"Eh kalian mau membawa aku kemana sih?" tanya Jiya bingung sambil terpaksa mengikuti langkah ketiga orang yang menyeretnya, percuma bagi Jiya melawan, karena ia kalah jumlah dari Kayla dan gank nya

Tbc

Miss Money (You Make Me Pregnant 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang