Pergi?

90 19 0
                                    



/Chan•Seul/

Seulgi menatap ling-lung keduanya, keduanya menangis dalam diam.

"Semua keputusan ditangan kamu, Kak" Ucap Irene serak, lalu mengalungkan tangannya pada lengan Geomda dari samping. Tiba-tiba Geomda mengeluarkan surat yang sedari tadi tersimpan didalam sakunya.

"Ini apa Bang? kok lusuh gini?"

Seulgi menatap aneh dengan sepucuk surat yang ia pegang sekarang, surat ini seperti surat lama yang kotor.

Seulgi menatap aneh dengan sepucuk surat yang ia pegang sekarang, surat ini seperti surat lama yang kotor

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


"Kok suratnya kek jadul gitu?"

"Udah buka aja"

Seulgi membuka suratnya Dengan hati-hati, agar tidak ada yang tersobek sedikit pun.

Membacanya teliti tanpa sedikit pun yang terlewat, dia tercengang ditempatnya, emosi

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Membacanya teliti tanpa sedikit pun yang terlewat, dia tercengang ditempatnya, emosi. Melempar surat itu keras dan menatap sinis kedua saudaranya, yang tertutupi air sehingga penglihatannya buram.

"Maksudnya apa ini? Sekarang bukan jamannya ngeprank tau ngga?" Seulgi lari keatas kamarnya, mendobrak pintu keras hingga terdengar sampai bawah.

Geomda terkekeh lirih.

"Aku ngga bercanda."

~(• c •)~

Tanpa memperdulikan air mata yang berderai di pipinya, Seulgi tetap memaksakan untuk menaruh semua pakaiannya didalam koper merah terangnya dengan cepat.

"Culber, buka pintunya"

Irene masih betah berdiri didepan pintu selama setengah jam menunggu Seulgi untuk membuka pintunya barang sekali pun.

Klek..

Irene tersenyum, melihat Seulgi membukakan pintunya. Namun senyumnya hilang dalam sekejap saat Seulgi hanya melewatinya.

"Mau kemana?"

Seulgi diam.

"Aku mau kerumah temen" meninggalkan Irene yang sedang menatapnya kecewa. Dia berjalan kelantai dasar tanpa niat,  melirik sedikit Geomda yang hendak meraihnya.

"Ngapain?"

"Aku mau kerumah temen!"

"Terus ngga balik?"

Seulgi melotot, bagaimana bisa Geomda tau?

"Ck, Ini bukan cara kamu bisa nyelesain masalah, itu bener-bener ngga dewasa. Keanak-anakan"suara Geomda melemah.

"Terus mau Abang apa?" Seulgi kembali menangis, tak lupa dengan suara serak yang mendominasi ruangan dasar.

"A..aku cuman mau kamu bahagia"

Brugh..

Geomda jatuh tepat didekapan Seulgi, bobotnya sudah tidak tertahan lagi saat adik sulungnya membentak.

"Abang! Bang!"

Geomda sadar, dia masih sadar. Dia hanya ingin memeluk adiknya. Hanya.

~(• c •)~

Seulgi memeras rok pendeknya erat, menunggu dokter keluar dari ruang ICU. Irene yang tak kalah cemas juga mondar-mandir mengelilingi depan pintu.

Geomda harus dilarikan kerumah sakit, setelah 2 menit paska dia terjatuh, penyakitnya kambuh.

Klek..

"Dokter Cho! Bagaimana kabar kakakku?" Seulgi seketika berdiri saat melihat dokter kakaknya keluar dari ruang ICU, dan menanyakan kabar si Kakak yang terbaring lemah diranjang pasien.

"Kapan terakhir dia meminum obatnya?"

Irene dan Seulgi membeku, mereka hanya mementingkan diri sendiri hingga melupakan sosok yang selalu berada disamping mereka. Sadar bahwa mereka tidak tahu, Chona mempersilahkan mereka masuk sebelum mengatakan..

"Jaga dia baik-baik, perhatikan rutinitas meminum obatnya"

Klek..

"Kak? Gimana? Udah enakan?"

Geomda mendudukan dirinya, bersender pada bahu ranjang.

"U-udah, kalian gimana? Baik-baik aja kan?"

Seulgi menatapnya geram.

"Abang kok bisa-bisanya lebih mentingin kita, daripada diri sendiri? Minum obat ngga, terapi ngga. Kalo Abang sakit kayak 6 tahun yang lalu gimana?"

Geomda terkekeh melihat adik kecilnya bertindak cerewet, mencubit pipinya lemah hingga tangannya tak sengaja tertetesi beningan air yang terlihat ingin menghujaninya.

"Kenapa nangis? You're eyes become puffy"

Mengelap pipi Seulgi yang basah dengan punggung tangannya, Seulgi meraih tangan itu lalu mengecupnya pelan.

"Coba Kakak minum antiansietasnya tiap hari, pasti ngga bakal begini" Ucap Irene sambil memainkan jari-jari Geomda.

"Aku bakal mgasih apapun yang Abang mau, asal Abang cepet sembuh"

Geomda meliriknya dan berpikir sambil mengetuk-ngetuk kepalanya dengan jari.

"Kalo aku minta kamu buat masuk sekolah itu, mau?"

~(• c •)~

Tbc..

10 votes —> next chapter

/chan•seul/ Où les histoires vivent. Découvrez maintenant