SHSIPA&IPS - Nasi goreng

1.2K 43 5
                                    

Happy reading🌹

-------------------------------------------------------------------

Pagi telah tiba. Entah mengapa jika waktu malam ke pagi sangat lah singkat, kadang membuat kita terpaksa menghentikan mimpi dialam bawah sadar yang membuat kita penasaran akan kelanjutannya. Sama hal nya dengan gadis yang tengah tertidur pulas dengan senyuman tipis yang terukir di wajah cantik nan polos seakan masih menikmati mimpi yang tengah dirasakan kini. Alarm sudah berbunyi 5 menit yang lalu, namun gadis itu masih enggan membuka matanya.
Hingga akhirnya ia mulai mengerjapkan matanya perlahan, mengucek sekilas matanya dan menguap.

"Astaga!" teriaknya ketika melihat ponsel yang tergeletak diatas nakas. Kini dia bersandar di kepala ranjang kasurnya.

Zahra menoleh sekilas, pandangannya terpaku pada jaket hoody yang tergeletak dipinggir kasurnya seperti akan terjatuh. Dengan cepat ia segera mengambilnya dan memeluknya serta mencium bau khas jaket tersebut. Lengkungan senyum berhasil lolos darinya mengingat siapa pemilik jaket tersebut. Diletakan jaket tersebut ke dalam tas sekolahnya itu.
Zahra segera turun dan melangkah kan kakinya menuju kamar mandi untuk menyiapkan diri pergi ke sekolah.

Setelah rapi dengan seragamnya itu, ia segera menuruni anak tangga, terlihatnya sang ibu sedang menyiapkan sarapan pagi didapur.

"Pagi bunda," sapanya dengan senyuman yang merekah.

"Eh anak bunda udah bangun ternyata. Tumben bangun pagi nak?"

"Zahra boleh ikutan masak nggak bun?" bukannya menjawab, Zahra malah bertanya.
Dia memang sengaja memasang alarm lebih pagi agar ia bangun pagi, tapi nyatanya dia masih telat bangun 5 menit sesudah alarm itu berbunyi, tak apa pikirnya.

"Memang anak bunda mau masak apa?" tanya Hana heran mengapa putrinya tiba-tiba meminta untuk masak. Zahra memang suka memasak, tapi kegiatan itu hanya dilakukan ketika libur sekolah. Jika saat hari sekolah, ia bilang tidak sempat bahkan nggak ada waktu. Jadi ia hanya meminta ibunya untuk memasak dan menyiapkan bekalnya.

"Nasi goreng bun," Zahra mulai mencari bahan-bahan untuk membuat nasi gorengnya. Tangannya dengan cekatan memasukan bumbu-bumbu kedalam wajan sehingga menimbulkan aroma yang sedap.

"Ayah mana bun?" tanyanya, masih setia dengan kegiatan memasaknya.

"Udah berangkat awal, ada urusan mendadak katanya,"

Zahra hanya mengangguk paham. Dengan cekatan ia memasukan hasil masakannya ke kotak makan dan memasukkannya kedalam tas sekolahnya, lalu menyantap sarapan buatan ibunya itu.

"Zahra berangkat dulu bun, Assalamu'alaikum." pamitnya, mencium tangan ibunya.

"Wa'alaikumsallam, hati-hati."

Zahra mengangguk lalu menggendong tas sekolahnya dan melangkah keluar rumah.
Terlihatnya kakaknya sudah siap mengantarkannya kesekolah.

"Lama banget, sampai keriputan nih abang nunggunya." gumamnya kesal seraya menyerahkan helm pada adiknya itu.

"Hehe maap bang," Zahra menyengir tak berdosa dan segera menaiki motor, lalu melesat pergi.

                                     *****

Koridor kelas masih terasa sepi, karena masih agak terlalu pagi untuk anak berangkat sekolah. Zahra melangkahkan kakinya menyusuri koridor atas, koridor anak kelas 10 IPA. Sedari tadi senyumnya terus terukir dengan lesung pipit yang tercetak jelas dikedua pipinya. Bersenandung pelan senada dengan derap langkah kakinya. Kini ia telah berada didepan kelas X IPA 1. Ditengoknya dalam kelas, ternyata hanya ada beberapa anak karena hari memang masih pagi. Diliriknya anak yang berada didalam kelas, tapi ternyata belum ada orang yang akan ditemuinya.
Dia duduk dibangku panjang depan kelas tersebut sambil sesekali memainkan ponselnya. Saking larutnya dengan kegiatan diponselnya, Zahra tak sadar orang yang sedang ditunggunya melewatinya dan masuk kedalam kelas. Zahra melirik sekilas jam yang tertera dilayar ponselnya, lalu ia mendongak dan melihat koridor telah ramai, ternyata lama juga ia memainkan ponselnya hingga tak terasa sudah banyak anak yang berangkat sekolah. Zahra kembali mengecek keadaan dalam kelas itu, dan alhasil matanya menangkap sosok bukan hantu. Tapi orang yang sedari tadi ditunggunya. Dengan semangatnya ia masuk kedalam dan menghampiri Farrel yang tengah terduduk dibangku kedua dari depan pojok sedang memainkan polnselnya.

Senior High School IPA & IPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang