Chapter 29

2.1K 190 0
                                    


Yang Chin memakan umpan Guangli. Guangli yang berada di atas kudanya tersenyum sinis sebelum melompat turun dari kudanya dan mulai menarik pedangnya dari sarungnya dan melawan mereka.

Tujuh banding satu jelas tidak seimbang, tapi Guangli yakin dengan kenampuannya yang ia asah terus menerus selama dua tahun terakhir akan membuahkan hasil. Jika melawan tujuh orang saja, jelas Guangli mampu melawan semuanya.

Guangli terus menangkis dan menghalau tujuh pedang yang berusaha melukainya. Tujuh pedang beradu dengan satu pedang besar miliki Guangli terdengar nyaring. Suara dentingan-dentingan pedang beradu menjadi melodi. Tujuh pedang yang menyerangnya dari berbagai arah jelas perlahan-lahan menguras tenaga Guangli, namun sebisa mungkin ia untuk tetap fokus agar tidak terluka.

Ming Xia yang sedari tadi hanya menonton dan kedua tangan yang ia lipat di depan dadanya mulai merasa jika ia harus ikut membantu. Ming Xia mengambil pedang bersarung putih miliknya lalu lantas lompat dari atas kuda dan bergabung dengan Guangli.

Perbandingan saat ini dua lawan tujuh. Angka yang sangat mustahil bagi mereka berdua untuk menang dimata orang awam tapi jumlah mereka sebenarnya bahkan lebih dari cukup untuk membasmi ketujuh penganggu tersebut.

"Nona apa yang ada lakukan?" Tanya Guangli yang saat ini saling berpunggungan dengan Ming Xia.

"Tentu saja membantu paman agar ini cepat selesai!" Balas Ming Xia tetap waspada.

"Tapi nona, anda bisa saja terluka".

"Bukankah ada paman yang akan mengobatiku, lantas apa yang perlu di khawatirkan? Ada baiknya jika segera menyelesaikannya segera!" Balas Ming Xia yang membuat Guangli kembali harus mengah untuk kesekian kalinya.

Ming Xia tetap Ming Xia, ia akan tetap keras kepala dan bersikukuh pada pendiriannya. Lantas yang dilakukan Guangli merupakan hal yang percuma sebab kini Ming Xia mulai menyerang.

Suara dentingan pedang yang saling beradu mengisi keheningan malam. Malam telah menyapa mereka, bahkan sebentar lagi sang rembulan akan mencapai puncaknya.

Saat ini Ming Xia dan Guangli memang berada di suatu tempat yang sepi, tidak ada rumah penduduk di sekitar sini walaupun pintu gerbang utama istana sudah dapat di lihat karna jaraknya hanya tinggal beberapa Chi.

Gesekan kedua pedang menghasilkan percikan-percikan api, suara dentingan demi dentingan pedang yang saling beradu semakin nyaring.

Ming Xia yang merasa sudah cukup main-mainnya pun mulai fokus. Ming Xia dan Guangli saling bertatapan sebelum saling mengangguk memberi kode untuk melawan dengan serius dan mengakhiri pertarungan ini.

Ming Xia tanpa ragu, menyerang secepat kilat. Gerakan-gerakan Ming Xia yang amat lincah sangat sulit di baca hingga lawannya kesulitan dan membuat mereka lengah. Hal itu jelas Guangli dan Ming Xia manfaatkan untuk menyerang. Dengan gerakan yang cepat dan terlatih, Ming Xia dan Guangli menebas enam orang yang seketika kini mulai ambruk dan jatuh dengan darah yang merembes keluar dari luka sayatan yang menganga. Darah segar mengalir di atas permukaan tanah yang dingin. Bau amis menguar di udara dan membuat siapa saja yang menciumnya merasa mual dan pening.

Yang tersisa saat ini hanya Yang Chin. Wajah Yang Chin nampak pucat pasih dengan tubuh yang mulai bergetar hebat. Matanya jelas melihat sendiri keenam anak buah yang dibawanya tiba-tiba ambruk dan pada akhirnya merenggang nyawa. Gerakan Guangli dan Ming Xia sangat cepat hingga dengan mata telanjang saja tak mampu melihat jelas bagaimana keduanya dengan cepat merobohkan enam anak buahnya yang memiliki kemanpuan diatas rata-rata.

"Mengapa? Sekarang kau sadar bahwa kemampuanku.., bukan kemampuan kami berada sepuluh tingkat dari kemampuanmu?" Tanya Guangli yang sangat kentara menyindir Yang Chin yang mulai nampak ketakutan.

"Cih, Sombong sekali kau brengsek! Kemampuanmu sama sekali tidak ada apa-apanya" Balas Yang Chin yang berusaha menutupi ketakutannya.

Salah satu sudut bibir Guangli terangkat dan menghasilkan senyum miring yang mengerikan.

"Benarkah? Kalau begitu mari kita akhiri" putus Guangli mulai menyerang Yang Chin.

Ming Xia tidak beranjak dari tempatnya dan malah memilih berbalik kekudanya. Ia membiarkan Guangli melawan Yang Chin. Satu lawan satu, terlebih Guangli memang punya dendam masa lalu dengan Yang Chi maka biarkan ia bersenang-senang.

Saat Ming Xia sudah berada di samping kudanya, Guangli tiba-tiba berteriak..

"MING XIA...!!!"

CRASS!

.
.
.
.
.

TBC

Abaikan typonya, aku lagi dalam auto mode malas ngedit :v
Jangan lupa vote + komen 😉 biar aku tambah semangat nulis 😂
Tinggal tiga atau empat chapter lagi sebelum END.

Maunya Sad Ending atau Happy Ending yah 😏??

See you on next chapter 👋💕

Destiny of Ming Xia (END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin