Dinner 2 (DanFik Cops AU)

1.2K 224 6
                                    

DanFik

Beberapa hari kemudian, ketika jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, Taufik kembali lagi turun kebawah untuk bertemu dengan Lin Dan.

"Apa lagi?" Kali ini, karena tidak ada mayat baru atau kerjaan, Lin Dan bersantai di ruangannya dengan secangkir teh yang menemani.

"Emang gue kebawah buat ketemu lu doang gak boleh?" Taufik bersandar di meja Lin Dan lalu menyilangkan kedua tangannya.

"Kerjaan noh urusin," ujar Lin Dan sebelum kembali menyeruput teh hangat miliknya.

"Kerjaan gue udah selesai semua," jawab Taufik singkat, yang membuat pemuda oriental itu menaikkan sebelah alisnya.

"Trus ngapain kesini?"

"Gue mau berterima kasih karena bantuan lu beberapa hari yang lalu," Taufik kembali tersenyum manis, membuat Lin Dan sedikit tidak nyaman. Bukankah harusnya senyuman semanis itu hanya ia tunjukan ke orang yang ia sebut spesial tempo hari?

"Ya, sama sama. Shoo sana pergi, gue mau balik," karena hari ini memang tidak ada pekerjaan lagi, Lin Dan memang dibolehkan pulang lebih cepat. Sebenarnya ia memang sudah boleh pulang sejak jam 5.30, tetapi ia lebih memilih ngeteh dulu sambil memandang pemandangan yang cukup langka di bawah sana. Tak ada mayat satupun yang terbaring di atas meja autopsi.

"Sebelum lu balik, gue mau ngajak lu pergi ke bar sebagai ucapan terimakasih gue," Taufik menahan tangan Lin Dan ketika pemuda berdarah china itu hampir berjalan melewatinya. 

"Ikut ya???" Lin Dan kembali di berikan pilihan sulit. Di satu sisi ia ingin menghabiskan waktunya di rumah menonton serial Sherlock Holmes kesukaannya, tapi disisi lain ia tidak ingin menjatuhkan harapan Taufik. Perdebatan batinnya berakhir dengan dirinya mengangguk. Toh terakhir kali ia menghabiskan waktunya bersama Taufik di kediaman pemuda itu berjalan dengan begitu baik, apa bedanya dengan sekarang?

"Yaudah, sama siapa aja?"

"Cuma sama Hendra doang, hari ini Peter sama LYD gak bisa, karena Peter ada kasus baru sama LYD masih ada kerjaan di crime lab," Taufik memang memanggil Lee Yong Dae dengan 'el-ye-de', alasannya? karena lebih mudah memanggilnya di bandingkan dengan 'Yong Dae'. 

"Hm... oke," 

*

"Cheers!" Taufik, Peter, dan Lee Yong Dae bersulang. Well, ternyata mereka mengatakan itu tadi karena ingin memberikan suprise kepada Taufik. Dan Lin Dan hampir saja pulang jika tidak dihentikan oleh Taufik yang memintanya untuk tetap bergabung.

Lin Dan duduk bersampingan dengan Hendra yang terlihat menyesap wine miliknya. Untuk pertama kalinya Lin Dan bertemu detektif sekalem Hendra. Keduanya membiarkan trio bar bar itu minum minuman beralkohol, sementara keduanya bercengkrama sambil mengawasi ketiganya jika saja mereka melakukan hal bodoh ketika sudah mabuk.

Tak butuh lama bagi Taufik untuk mabuk. Hanya dengan beberapa gelas shots pemuda itu mulai terlihat berbeda. Hari itu Lin Dan mempelajari sesuatu. Taufik memiliki toleransi alkohol yang rendah.

"Kak Lin Dan, kayaknya itu Taufik udah mabuk deh," Hendra memberi gestur kepada Taufik dengan wajah yang memerah juga sudah mulai ngelantur. Sejak awal memang Taufik meminta Hendra untuk tidak memanggilnya dengan embel-embel 'Kak'.

"Dan kalian tau? pelakunya langsung lari! Tapi whhooooshhhhhhh! Hendra mencegatnya dari depan sampai terjungkal masuk ke kotoran sapi!!" Taufik bercerita dengan semangat sambil melakukan gerakan tangan yang begitu komikal, sementara kedua sahabatnya itu tertawa terbahak bahak. 

Ketika tawa keduanya padam, mereka menyadari Taufik sudah mabuk. Keduanya memang memiliki tingkat toleransi alkohol yang cukup lumayan, tak seperti Lin Dan yang di suruh minum 5 botol beer pun hanya sekedar tipsy, tak cukup membuatnya mabuk.

"Aih Fik, lu baru minum dikit udah mabok. Dasar!" Lee Yong Dae muda menepuk pundak Taufik, yang di balas oleh tawa pemuda itu.

"Gue gapapa kokkkkkk~ masih kuattttt~" yak. Taufik benar benar mabuk. Jika Taufik dibiarkan makin mabuk bisa bisa ia makin bar bar disini. Lee Yong Dae menggeleng pelan, dan hendak membawa Taufik pulang ketika Lin Dan menawarkan diri.

"Biar saya yang membawa Taufik pulang. Kebetulan rumah saya searah dengan Taufik," tawar Lin Dan yang di balas oleh senyuman dari Lee Yong Dae. Bullshit! Rumah Lin Dan sama rumah Taufik itu dari ujung ke ujung, tapi entah kenapa tanpa ia pikirkan dulu ia main di menawarkan diri.

"Ah terimakasih! Btw, lu itu Lin Dan kan?" Pemuda oriental itu mengangguk pelan dengan ragu.

"Taufik sering banget cerita tentang lu," ujar Peter dan berdiri di samping Lee Yong Dae.

"Maksudnya?"

"Nanti lu juga tau sendiri," Lee Yong Dae memberikan senyum penuh arti, sebelum Lin Dan membawa Taufik ke dalam mobilnya.

Lin Dan memposisikan Taufik di kursi belakang, ia juga menyiapkan kantung plastik jika di tengah tengah jalan Taufik muntah. Untungnya alamat rumah Taufik masih ada di recent search GPSnya, jadi Lin Dan tidak perlu membangunkan Taufik untuk menanyakan alamat.

Sebelum meluncur ke kediaman Taufik, Lin Dan sebelumnya membeli makanan fast food lewat drive thru. Ia ingat dirinya dan Taufik belum makan.

"Hah... Anak ini," Lin Dan menghela napas dan menengok ke bangku belakang ketika sedang menunggu makanannya. Taufik tertidur lelap di sana, wajahnya yang damai membuat Lin Dan tersenyum tanpa sadar.

Walau ia sudah kenal dengan Taufik sejak hari pertamanya bekerja disini; ia dan Taufik mulai bekerja pada hari yang sama, ia baru menyadari bahwa Taufik memiliki wajah yang rupawan. Lin Dan sama sekali tidak masalah dengan hubungan kasih antar lelaki, toh sejak ia duduk di bangku SMA ia menyadari bahwa dirinya bisexual.

"Ini pak pesanannya 2 double cheeseburger paket," sang penjaga kasir drive thru memberikan makan yang ia pesan. Karena ia tidak tau Taufik suka apa, jadi ia membelikan pemuda itu makanan yang sama dengannya.

Setelah membayar dan mengucapkan terima kasih, Lin Dan segera tancap gas menuju rumah Taufik, membelah gelapnya malam.

Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]Where stories live. Discover now