Kiss Me (DanFik Ghoul AU)

1.3K 123 13
                                    

DanFik

"Lin! Ayo kita main!" saat itu Taufik baru berusia 15 tahun, menarik tubuh Lin Dan ke basement rumah mereka. Berbeda dengan anak seumuran mereka yang bermain bola atau game console, Taufik dan Lin Dan bermain dengan kagune  mereka. Tujuannya? Agar di masa depan mereka dapat berburu sendiri. 

Lin Dan sendiri sudah memiliki 6 rinkaku sejak kecil, kombinasi dari kedua orang tuanya yang memang memiliki kagune  rinkaku. Sedangkan Taufik memiliki tipe koukaku, sehingga keduanya lebih mudah mengasah akurasi Lin Dan juga tingkat ketahanan kagune Taufik dari serangan rinkaku.

Keduanya sudah sering melakukan ini semenjak Lin Dan menginjak usia 14 tahun, sehingga sekarang pergerakan keduanya sudah lumayan sinkron. Walau umur keduanya terbilang masih muda, tapi mereka sudah sering di ajak oleh sang ayah untuk pergi berburu. Oh juga, kenapa hanya Taufik yang memiliki koukaku, karena ia 'dipungut' oleh keluarga Lin Dan ketika ia berusia 12'tahun.

*

4 tahun sudah berlalu, Taufik dan Lin Dan kini sudah duduk di bangku kuliah. Dengan Taufik kini berada di FH, sementara Lin Dan berada di FSRD. Keduanya juga mendirikan bisnis café kecil kecilan, yang juga berfungsi sebagai markas dan tempat berlindung Ghoul yang membutuhkan.

Keduanya sengaja membentuk tempat itu karena mereka ingin membentuk kelompok yang bisa menyaingi aogiri, setidaknya menyeimbangkan antara aogiri yang tukang ngerusuh dengan kelompok lain yang meredamnya.

Walau mereka baru berdua saja, namun aogiri sudah cukup kewalahan menghadapi mereka. Taufik dan Lin Dan bukan tipe yang suka mencari pertarungan, tetapi memang pada dasarnya aogiri suka sekali mencari keributan di daerah kekuasaan Lin Dan.

"Fik, nanti malem siapa yang pergi berburu?" Hari itu Lin Dan baru saja tiba di kampus untuk menjemput Taufik, ia tidak ada jadwal kelas hari itu.

"Emang stok udah abis?" Taufik berjalan di samping Lin Dan, tas beratnya ia taruh di keranjang depan sepeda yang Lin Dan bawa, sebelum ia naik ke jalu yang berada di belakang dan berpegangan pada pundak Lin Dan yang mulai mengayuh sepeda mereka pulang.

"Udah. Lagian kamu makannya banyak banget," Lin Dan masih fokus pada jalan di hadapannya, berhati hati agar tidak hilang keseimbangan saat Taufik memukul pundaknya.

"Apaan sih! Itu aku makan udah di kurangin dari bulan lalu tau!"

"Kurangin? Tapi kenapa stock daging kita cepet habis hm?" Jawab Lin Dan dengan kesal sebelum ia berhenti di depan café kecil mereka. Ia menyerahkan tas Taufik sebelum ia masuk lewat jalan kecil di samping café itu, tempatnya menyimpan sang sepeda.

"Hei! Minggu lalu aku cidera parah karena aogiri sialan itu!" balas sang mahasiswa hukum yang mengikuti Lin Dan dari belakang, memang disana ada pintu yang mengarah langsung ke kompartemen belakang café itu.

"Oh please, aku juga terluka lebih parah darimu dan masih hidup sekarang. Tanpa daging tambahan,"

"Ya, tapi kamu bolos kuliah seminggu lebih!" Taufik masih mengekor Lin Dan yang menghentakkan kakinya dengan kesal.

"Ya tapi setidaknya aku bertanggung jawab!"

Keduanya masih beradu mulut layaknya old married couple. Bahkan kamar keduanya di satu ruangan yang sama, masih berbeda kasur tentunya.

"Oh shut up and kiss me," ujar Lin Dan akhirnya dan menyilangkan kedua tangannya, menatap Taufik yang tampak terkejut. Kini mereka sudah berada di ruang tengah rumah mereka, dengan pintu menuju café berada di belakang Taufik.

"Hah?"

"Man up and kiss me Taufik," Lin Dan menarik kerah baju Taufik, membawa pemuda seumurannya itu kedalam ciuman. Tentu sang one eyed ghoul itu gelagapan, terutama ketika Lin Dan mulai menggunakan lidahnya.

"L-Lin!" Taufik mendorong tubuh Lin Dan pelan, seluruh tenaganya terasa tersedot begitu bibir keduanya bertemu. Ia menyandarkan kepalanya ke pundak Lin Dan, dengan tangannya meremat kaus yang digunakan sang mahasiswa seni.

"Kalau kamu pikir aku tidak melihat bagaimana kamu menatapku diam diam, kamu salah Taufik," jemari Lin Dan mengelus pucuk kepala Taufik, matanya menatap lurus ke arah pintu. Lin Dan sendiri memang tidak pernah menganggap Taufik seperti saudaranya, ia lebih menganggap pemuda itu seperti teman kecilnya.

"Maaf,"

"Kenapa minta maaf?" Lin Dan memainkan rambut hitam Taufik, melirik ke arah pemuda itu yang masih menyembunyikan wajahnya.

"Seharusnya aku tidak memiliki perasaan ini- kita ini keluarga for God sake,"

"Kita bukan keluarga," Taufik meringis pelan ketika Lin Dan mengatakan itu. Pemuda itu buru buru melanjutkan perkataannya.

"Maksudku kalau kamu mau menjadi keluargaku, ayo kita menikah,"

Saya pernah denger lupa dari mana kalo nulis daddies sama danfik itu tergolong tabu. Apa saya berhenti nulis mereka aja hm?

Tapi enggak deh, diriku harus rebel wkwkwk

Shuttle F-ing Cock one shot! (BxB) [Very slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang