Gue bukan.. fans-nya..

3.9K 396 15
                                    

New adalah mahasiswa semester 5 yang terkena apes karena salah ambil mata kuliah. Iya, dia ambil mata kuliah kalkulus yang harusnya diambil semester depan. Untungnya, Tuhan memberkahinya dengan otak encer jadi dia dapat dengan mudah mencerna mata kuliah kalkulus yang susahnya ngalah-ngalahin nebakin perasaan cewek. 

Ketika dia masuk ke kelas pertama kali, yang dia rasakan adalah bingung dan canggung. Semua anak satu kelas adalah kakak tingkatnya yang mana dia cuma kenal tahu nama doang. Satu orang yang paling dia kenal adalah Earth. Sayangnya, Earth lebih suka duduk di pojok tengah dan main PUBG sama Podd setiap pelajaran.

Kenyataannya, New sendirian duduk di belakang yang juga gelap gara-gara kena bayangan AC. Setiap kali emaknya tanya soal matkul kalkulus ini, dia cuma bisa bilang dia senang sekelas sama kakak tingkat yang suka nolongin dia belajar. Padahal, tiap ada ujian, dia selalu dikejar-kejar buat mau disogok untuk ngasih jawaban ujian. Tau liriknya Katy Perry yang "Do you ever feel like a plastic bag?"? Iya, New ngerasa kayak gitu. 

Dalam hati terdalam New, dia ingin drop matkul ini tapi... kalo emang bisa nambah nilai bagus di IPK, ya, why not, lah. Toh, ini SKS semester depan juga bisa diganti sama matkul lintas jurusan yang kayaknya lebih seru daripada jurusannya sendiri. 

Meskipun keadannya menyedihkan di kelas kalkulus, dia masih bersyukur karena nggak ada yang ngajak dia ngobrol. Sebagai anak yang introvert parah, disuruh jadi otak contekan juga gak papa asalkan nggak diajak ngobrol.

Sampai pada suatu hari ketenangannya terusik. 

Ada dua mahasiswa di kelasnya yang ikutan duduk di belakang seperti dia. Yang satu matanya sipit mirip oppa Korea dan yang satu mukanya lokal banget. Untung-untung kalo cuma duduk doang, tiba-tiba di pertemuan pertama mereka, si muka lokal ini minta bantuin ajarin kalkulus. Itu adalah hal terakhir yang diinginkan sama New.  

Jiwa introvert New terguncang. Dia keringat dingin lalu panik yang berujung lari kencang ke kamar mandi. 

Pertemuan pertama antara New sama si muka lokal nggak mulus. Pas pulang ke rumah, New banyak berdoa ke Tuhan semoga si muka lokal itu nggak berani-berani duduk di belakang dan ngajak ngobrol lagi. Cukup pertemuan pertama aja yang bikin dia malu. 

Kayaknya Tuhan lebih sayang sama si muka lokal. 

New masih ketemu lagi sama si muka lokal ini. Parahnya, dia ngajak kenalan. Berkat otak introvert-nya yang suka lemot kalo panik, New malah kasih tau nama panjangnya. Semua orang juga tahu kalo nggak ada yang peduli dan ingin tahu sama nama panjangnya. Setelah perkenalannya dengan laki-laki lokal bernama Tay itu, selama pelajaran, New cuma bisa ngikutin tulisan dosen tanpa paham maknanya. Otaknya sudah dibayangi perasaan panik. 

Sepengetahuannya, kakak tingkatnya yang bernama Tay itu idola para wanita di jurusan. Gimana nggak? Tiap hari ke kampus pakai motor Ninja yang gede banget itu. Muka ganteng dan fashion sense-nya juga mendukung penampilan untuk ngegaet fans cewek lebih banyak. Rumor yang beredar, Tay juga suka usil sama siapapun yang nggak mau ada di pihak dia. Ketika dia tahu informasi itu, dia nggak pernah berpikir banyak karena nggak mungkin bagi dia berurusan langsung sama Tay. Tapi... semesta tampaknya lagi-lagi nggak mendukung. Kapan, sih, ngedukungnya?!

Gimana kalo Tay ngira gue adalah mahasiswa freak yang kayak di film-film itu? Gimana kalo gue di-bully? Gimana gimana? 

Setelah duduk di dekat New selama beberapa menit, Tay akhirnya menjauh. Berkat itulah New bisa mengambil napas lagi. Untuk record, itu adalah menit terberat dalam hidupnya. Baru saja ia mengambil napas, ia tak sengaja menoleh ke arah Tay dan mata mereka bertatapan. Persis kayak di film-film. New ingin sekali plafon kelas runtuh ke kepalanya saja dan ia dilarikan ke rumah sakit daripada harus bertatapan mata dengan orang lain, terutama cowok dan dia T-A-Y. 

Binder menjadi pelampiasan kepanikan New. Dia langsung corat-coret gak jelas dan berusaha sok-sok sibuk. Cicak di dinding juga tahu kalo pura-pura nulis gerakan tangannya nggak mungkin kayak gitu. 

Tidak lama kemudian, New kembali dikejutkan dengan suara-suara gaib yang ngomong, "New pasti nge-fans sama gue kayak maba-maba itu."

Ingin rasanya New terbang ke andromeda lalu tinggal di sana. Pernyataan Tay tadi membuat New semakin panik. 

"Gue bukan... fans lu.." ucap New pelan. Sayangnya, suara dosen yang menutup kelas dan sorakan anak sekelas yang senang karena kelas selesai, lebih kencang daripada ucapannya tadi. 

Nggak ada angin, nggak ada setan lewat, kenapa Tay bisa kepikiran kalo gue nge-fans sama dia???

.

.

.

Ini yang Namanya Cinta??? | TAYNEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang