Jawaban

2.9K 263 10
                                    

Tay langsung terdiam mendengar tanggapan New. Jawab pertanyaan semudah itu pas besok bakalan bikin semuanya berubah. Sebenarnya, Tay masih belum yakin dengan keputusan New untuk menerima ia dengan mudah. Setelah dijatuhbangunkan sama New yang lebih banyak nolaknya, Tay jadi nggak banyak berharap. Kesempatan terakhir dia untuk dekat sama New cuma di pertunjukan. Jadilah, Tay memilih akting untuk memutuskan perjalanan akhir kisah cintanya: apakah ia akan berhenti mengharapkan New atau menjadikan hubungan mereka hanya sebatas pertemanan saja. 

But, things started takes turns. 

New yang suka nolak itu, tiba-tiba nggak nolak sama sekali ketika Tay nawarin ide buat akting. Ditambah pula adegan ciuman. New dengan ekspresi biasa aja mengecup bibir Tay berulang kali. Karena hal itu, perasaan Tay semakin nggak karuan. Pilihannya untuk berhenti mengharapkan pantat montok New Thitipoom, mendadak balik lagi. Ujung-ujungnya, Tay marah pada dirinya sendiri ketika ia melihat New datang ke hari pertunjukan tanpa menunjukkan perasaan yang excited dan fluttering kayak dirinya. 

Tuhan kayaknya berkehendak lain setelah Tay ngamuk-ngamuk. 

Tiba-tiba, New meraih tangan Tay dan bilang kalo dia suka sama Tay. Rasanya, sama kayak kalo kalian jadi pegawai Starbucks yang udah beres-beres kafe tapi tiba-tiba ada customer yang minta dilayani: antara kesal dan masih ingin memberikan yang terbaik. Undangan New ke rumahnya juga nggak bikin Tay goyah. Dia masih belum yakin dengan apa yang ada di depannya meskipun tubuh New berhasil menggoda imannya selama beberapa menit. 

Setelah keduanya saling terdiam dalam pikiran masing-masing, Tay terpaksa angkat suara. 

"New, lu beneran kan suka sama gue?" tanya Tay untuk memastikan lagi. 

"Iya..."

"Coba jelasin yang rinci lu suka gue sejak kapan dan kenapa dan-"

New langsung memotong pertanyaan Tay, "Jadi... awalnya gue ngerasa lu annoying--banget--dan egois. Tapi, kalo gue pikir lagi... alasan lu kayak gitu lebih karena itu emang personality lu... Gue, sebagai orang normal, nggak akan bisa ngerti... Tapi, ngelihat perjuangan lu, gue berubah pikiran. Gue pikir lu orang yang baik..."

Tay jadi malu-malu sendiri mendengar New memuji dia. 

"Terus, perasaan lu sama Earth? Lu kan tahu dia lurus selurus-lurusnya orang?" 

"Iya, malah Earth yang nyuruh gue untuk cari kebahagiaan di lu..." 

"Hah?" 

New mengangguk pelan, "Iya, dia ngomong gitu. Earth nggak pernah salah. Makanya... gue memutuskan untuk percaya sama lu... dan gue harap lu nggak akan bertindak aneh kayak dulu..." 

Ucapan New barusan mendadak membuat Tay tenggelam dalam berbagai perasaan. Seorang Earth yang sampai ngomong ke New kalo dia harus percaya sama Tay, membuat Tay menyadari kalau usaha New untuk meyakinkan dirinya untuk suka nggak boleh disia-siakan. Manusia susah untuk berubah dalam waktu yang cepat, tapi New dengan cepatnya menanamkan rasa percaya pada Tay. 

Pada akhirnya, Tay harus membuat keputusan. 

"Oke, gua mau jadi pacar lu! Gue janji, gue nggak bakal aneh, ngeselin, naif kayak dulu lagi! Kalo misalnya gue masih kayak gitu, pukul aja nih pala. Kadang suka ngeselin juga, gue ikutan bingung." ujar Tay.

Mata New berbinar-binar. Momen ini sangat berharga bagi dirinya karena ini pertama kalinya ia melihat Tay yang mulai sedikit berubah. New memeluk Tay dengan hangat. 

"Halo, pacar...?" sapa New malu-malu. 

"eh..... hALO JUGA PACAR!" jawab Tay semangat. 

New melepaskan pelukannya dan menatap dalam-dalam mata Tay. Ngerasa awkward  karena mereka baru aja jadian dan langsung pelukan, jadilah Tay berusaha mencari topik pembicaraan lain. 

"New, lu suka band apa?" tanya Tay asal. 

"The Japanese House..."

"Hah...." 

New menunjukkan lagu band The Japanese House di ponselnya, "Lagunya yang Follow My Girl enak lho..." 

Tay mencoba mendengarkan bagian chorus, namun kemudian menggeleng. 

"Yang ada kayaknya gue makin depresi njir. Penyanyi yang asik gitu? Kayak Grimes atau siapa mungkin?" 

"Nggak suka..." 

"Selera kita aja udah beda. Satu artis lain gitu?" 

"Umm... suka Bleachers..."

"Hadeh, itu siapa ya? Nggak tau gue. Yaudah gue pinjem speaker lu, ya. Gue pengen puter musik, deh." 

New menyerahkan speaker-nya. Dengan segera memencet asal playlist mix-nya. Tak disangka, lagu yang diputar adalah....


First time he kissed a boy
He had never, never known
Cover up is what they told
Feel so cold


Ya, First Time He Kissed a Boy dari Kadie Elder. Ketika Tay mendengar lirik lagu itu, ia buru-buru mematikan playlist-nya. 

"NEW! SUMPAH GUE GAK TAHU KALO MISALNYA BAKAL KEPUTER LAGU INI. SUMPAAAAH-" 

New meraih wajah Tay dan mencium bibirnya. Rasanya berbeda ketika latihan akting kemarin. Ciuman sekarang penuh dengan berbagai emosi dan juga rasa berbunga-bunga. Tay yang awalnya panik, mendadak merangkul tubuh New di pelukannya dan meneruskan ciumannya. Tahu-tahu, sekarang Tay ada di atas New dan mencium leher mulusnya. 

"Aaahh..." New meraung pelan. 

Tay langsung menghentikan ciumannya. "New, lu gapapa? Gue ngegigit lu? Nggak, kan?" 

New menempeleng jidat Tay, "Dasar bodoh... lu nggak pernah dicium lehernya, ya?.." 

"Nggak............." 

New memindahkan posisi tubuhnya. Kini, ia ada di atas Tay yang sedang terbaring tak berdaya dan mencium lehernya. Tay akhirnya mengerti kenapa New meraung pelan kayak tadi karena sekarang, Tay ingin sekali melakukan hal "lainnya". 

Yha, "lainnya". 

"New, bentar.." pinta Tay untuk menghentikan ciumannya. 

"Kenapa?" 

"Gue... nggak tahu harus ngapain selanjutnya....... apakah gue harus cium bagian lainnya juga atau gue harus gimana gitu?" 

New tertawa keras mendengar pertanyaan bodoh Tay. 

"Sini... gue ajari dulu..." ujar New yang mulai menjelajah ke bagian bawah tubuh Tay. 

"New, New, bentar-"

Mampus gue! 





tip from author: pas baca ceritanya boleh sambil diputer itu lagunya. 

anyway, chapter selanjutnya akan 18+. jadi, kalo kalian ada yang nggak nyaman atau masih di bawah 18 tahun, kalian boleh baca chapter selanjutnya aja. lup u all guys (っ⇀⑃↼)っ


Ini yang Namanya Cinta??? | TAYNEWWhere stories live. Discover now