Nine

13K 934 54
                                    

Seperti perkataan Dimas, malam ini mereka akan pergi makan malam dengan sahabat Gerald.

Reon sudah siap dengan setelan jas berwarna hitam. Ia hanya tinggal berangkat saja.

Jika boleh jujur sebenarnya ia sangat malas untuk datang ke acara seperti ini. Tapi ketika mengingat Mamanya membuat ia kembali berpikir ulang.

Tok tok

"Yon? Kamu uda siap sayang?" tanya Liana.

Reon tak menjawab melainkan ia langsung melangkah menuju pintu dan membukanya.

Liana tersenyum melihat putranya yang terlihat begitu tampan. Wajah yang benar-benar mewarisi ketampanan Gerald.

"Duh anak Mama ganteng banget sih" goda Liana yang membuat Reon tersenyum tipis.

"Yaudah yuk, Papa sama Dimas uda nunggu di mobil"

"Reon harus ikut ya ma?" tanya Reon yang membuat senyum Liana pudar.

"Papa bilang begitu. Katanya ada hal penting yang mau dibicarakan jadi kita semua harus datang" jelas Liana.

Reon menghela nafas sebentar. Lalu setelahnya ia dan Liana turun.

"Sudah?" tanya Gerald pada Liana.

Liana mengangguk. Gerald dan Liana pun berjalan duluan dengan bergandengan tangan. Dasar tidak tau umur.

Sementara Dimas dan Reon berjalan dibelakang mereka. Tidak memulai percakapan apapun.

Mereka masuk kedalam mobil dengan Gerald yang menyetir.

Hanya ada obrolan biasa yang menemani perjalanan mereka. Namun Reon hanya diam. Tidak mengindahkan apa yang mereka bicarakan.

Saat sudah sampai lalu memarkirkan mobil mereka langsung masuk kedalam restaurant.

Mereka pun akhirnya sampai dimeja yang telah dipesan. Dimeja itu pun sudah ada yang menempatinya. Sahabat Gerald mungkin, pikir Reon.

Liana dan Gerald tampak kelihatan akrab saat berbicara dengan pasangan yang seumuran dengan mereka.

Liana lalu menoleh dan memberikan kode pada mereka agar berkenalan.

"Hai Om sudah lama tidak berjumpa" ucap Dimas dengan sedikit candaan.

Pria itu terkekeh.

"Kamu ini bisa sekali membuat orang tertawa" kekeh Pria itu.

Reon hanya diam melihat interaksi didepannya. Sampai akhirnya giliran dirinya yang menyalim lalu memperkenalkan diri.

"Wah wah ini putramu kenapa tampan sekali" ucap wanita itu sambil tertawa kecil.

"Kamu Reon kan? Putra pertama Eral?" tanya wanita itu lagi dengan antusias dan Reon hanya mengangguk.

"Ah aku jadi merindukan Ibumu. Dia sahabatku saat masih SMA dulu" ucapnya tanpa sadar membuat suasana seketika berubah.

Hening. Reon lantas melirik Gerald yang telah mengepalkan tangannya sambil memandang kearahnya dengan tatapan tajam.

Reon menghela nafas pelan. Kalau tau begini seharusnya ia tidak usah ikut.

Pria didepannya yang mengerti suasana berubah pun langsung menyikut lengan istrinya setelah keadaan menghening.

"Ah maaf Eral, aku tidak bermaksud" ucal wanita itu tidak enak. Namun Gerald hanya berdehem singkat menanggapinya.

"Reon, ini tante Imel dan ini Om Devon. Mereka teman lama Papamu" ucap Liana yang berusaha membuat suasana kembali seperti semula.

Akhirnya setelah perkenalan singkat yang berujung hening kini mereka duduk lalu memesan beberapa makanan.

Saat makanan datang, Reon langsung menyantapnya. Ia hanya akan berbicara jika dibutuhkan saja selebihnya ia hanya akan diam.

Berbeda dengan Dimas yang memang sudah kenal dengan mereka dan sifatnya yang humoris jadi mudah menghidupkan suasana.

"Maaf aku terlambat Ayah" ucap seorang gadis yang berhasil membuat Reon membeku. Ia lantas mendongak. Gadis itu adalah Ara.

"Hey sayang sini duduk. Kami sudah menunggumu dari tadi"

Ara mengangguk sambil tersenyum dan duduk disamping Om Devon.

"Ehem sebenarnya tujuan kami mengumpulkan kalian adalah untuk membahas perjanjian kami sewaktu SMA dulu" ucap Om Devon yang terkekeh kecil.

"Kami dulu berencana akan menjodohkan anak kami dimasa depan. Dan mungkin sekarang adalah waktunya" ucap Gerald disertai senyuman. Senyuman yang tak pernah ditunjukkan pada Reon.

Perasaan Reon mulai tidak enak. Jantungnya pun berdetak kencang.

"Kami berencana akan menjodohkan Dimas dan Ara" ucap Om Devon sambil tersenyum senang.

Deg

Reon hanya menatap makanannya tanpa minat.

Ia lalu melihat orang tua Ara serta Gerald dan Liana yang tersenyum bahagia. Begitu juga Dimas. Ara? Gadis itu juga tersenyum.

Yang lebih membuat Reon tidak menyangka adalah saat Gerald menyebut "akan menjodohkan anak kami dimasa depan".

Dan ternyata Gerald memilih Dimas. Bukan dirinya yang jelas adalah anak kandungnya.

Jika gadis yang dijodohkan bukanlah Ara mungkin ia bisa menerima. Tapi ini?

Reon menghela nafas kemudian kembali menyantap makanannya. Tidak ada gunanya menyangkal semua ini. Ia bukan siapa-siapa disini.

¤¤¤¤

Selamat membaca😊

Salam manis,
Ans Chaniago

Reon (Sudah Terbit) ✔️Where stories live. Discover now