HE KNOWS.
"Rosie," suara lembut yang memaksaku untuk bernostalgia terdengar di telingaku. Aku membuka kedua mataku perlahan-lahan lantas menyadari jika diriku berada di dalam suatu ruangan.
Sempit dan gelap.
Aku menolehkan kepalaku ke samping kanan. Ada seberkas cahaya yang kulihat dari balik sebuah pintu yang terbuka lebar. Aku merasa lega. Setidaknya ada jalan keluar.
"Rosie," suara itu kembali menyapa indraku, membuatku bangkit dari tidurku dan berdiri dengan tubuh menghadap ke arah pintu yang bercahaya.
Suara itu berasal dari sana. Dari sebuah tempat yang aku yakini tidak segelap disini. Aku melangkahkan kakiku perlahan-lahan sembari memaksa otakku mengingat pemilik suara yang terus memanggilku.
"Rosie, apa kabar?" tiba-tiba saja seorang perempuan cantik dengan pakaian serba putih berdiri di ambang pintu. Ia terlihat bercahaya. Mungkin karena terkena cahaya terang dari balik punggungnya.
Joya. Perempuan di hadapanku adalah Joya. Tidak salah lagi. Tanpa sadar rasa bahagia, rindu, dan sedih menjadi satu. Aku mempercepat langkahku karena tidak sabar untuk memeluk perempuan itu.
"Aku kangen─" aku menatap kedua mata indah itu. Menelan ludahku dengan susah payah sebelum melanjutkan ucapanku, "kamu."
Joya tersenyum lalu melangkahkan kakinya untuk mempersempit jarak diantara kami. "Aku juga."
"Apa kamu datang menemuiku untuk menjemputku?" tanyaku yang hanya dibalas senyum singkat darinya.
"Kalau aku bilang iya, apa kamu sudah siap?" tanyanya. Lantas membuatku berpikir lama. Sudah dari dulu aku menginginkan kesempatan ini. Tapi kenapa sekarang? Disaat aku telah memiliki sedikit harapan untuk hidup.
"Mereka akan sedih." hanya itu yang dapat kuberikan sebagai jawaban.
"Aku tahu," balas Joya. "Aku sangat tahu."
"Tapi kalau hal itu bisa membuat kita kembali bersama, aku tidak kebera─"
"Rosie!" kali ini ada suara lain yang memanggilku. Nadanya sedikit menuntun membuatku menoleh kepalaku menyusuri ruangan tersebut. Namun aku tidak melihat siapa-siapa selain kami berdua.
"Siapa itu?" tanyaku pada Joya.
"Coba kamu dengarkan baik-baik." Joya mengangkat salah satu tangannya untuk mengelus puncak kepalaku.
"Rosie, ini bunda." aku tercengang. Itu suara bunda. "Bangun sayang. Bunda gak mau kehilangan kamu. Bunda minta maaf jika pertengkaran bunda sama ayah bikin kamu sedih."
Sekarang aku ingat. Aku mengingat seluruh rentetan kejadian mulai dari pertengkaran ayah dan bunda. Aku yang kabur ke Praha. Lalu aku yang bertemu dengan Jeffrey.
"Jeffrey." tanpa sadar aku menggumamkan nama itu membuat Joya melihat ke arahku dengan penasaran.
Aku lalu menatap Joya cukup lama. Memeluknya kemudian membisikkannya sesuatu. "Suatu saat nanti aku akan ikut denganmu. Tapi tidak saat ini."
"Kenapa?" tanya Joya padaku.
"Karena aku masih berhutang sama Jeffrey. Dan─" kedua mata Joya tidak lepas dariku. Ia masih menungguku untuk menyelesaikan kalimatku. "Dan aku mau Jeffrey mengingatku terlebih dahulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PRAGUE, FEBRUARY 2019
FanfictionPRAGUE, FEBRUARY 2019. ❝aku, kamu, dan perjalanan ini.❞ [ prague, 2/19 | jaerose veyxxx © 2018 ]