Terabaikan | 22

4.9K 857 173
                                    

Rantang merah muda yang dibawa Alucian masih terasa hangat, isinya masakan buatan mamanya, hari ini ia tak bisa menjenguk sendiri Erchilla, maka dari itu ia meminta Alucian yang datang sebagai perwakilan darinya. Ia menengok dalam ruangan lewat kaca persegi panjang kecil di pintu sebelum mengetuk dan membuka pintu. Senyuman wanita cantik di atas brankar menyambutnya, meski wajahnya menyiratkan bahwa ia baik-baik saja, nyatanya luka yang dibalut kain perban itu menunjukkan segalanya.

"Selamat pagi, gimana keadaanmu, Kak?" tanya Alucian ramah.

Erchilla tersenyum tipis, "Lebih baik. Sendirian?"

"Tadinya mau sama mama, tapi ada perlu sama nenek jadinya aku sendirian yang ke sini. Ini makanan dari mama," kata Alucian menaruh rantang bawaannya di meja nakas.

"Tolong bilang terima kasih sama Tante Arsha," pinta Erchilla.

"Iya, Kak." Alucian mengiyakan.

Erchilla merasa Alucian ingin mengatakan sesuatu, tapi ditundanya entah mengapa. "Kau sepertinya mau bilang sesuatu, Cian?"

Alucian tersenyum mengangguk, "Iya, tapi aku tak tahu harus mulai darimana. Intinya... Kak Dean tahu siapa Kakak."

Erchilla menatap Alucian sambil menerka semua sikap yang diterimanya dari Dean. Kakak tertua Alucian sama sekali tak menunjukkan bahwa dia tahu siapa dirinya sampai tabrakan itu terjadi. Erchilla menggigit bibirnya, mendesah kemudian dan menunduk.

"Jadi dia tahu siapa aku ya," kata Erchilla pedih.

"Aku tidak tahu sejak kapan Kak Dean tahu, kami baru tahu kemarin sore."

Erchilla menatap Alucian kembali. "Sebelum aku pingsan saat tabrakan itu terjadi, aku melihat mobil Dean melintas angkuh."

Alucian mengernyitkan alisnya. "Kakak yakin?"

"Kakak tahu plat nomer mobilnya, Cian."

Alucian semakin terkejut, "Astaga. Kak Dean seberani itu?"

Erchilla menatap sedih pria yang sedikit mirip dengan Dean, "Jika dia sudah tahu siapa aku, artinya dia mau aku... celaka."

Alucian menatap sedih dengan apa yang baru saja diketahuinya. Jika sampai mama dan papanya tahu, Cian tak yakin bila mereka tak murka pada kakak tertuanya itu. Dean telah berani mencelakai orang lain sampai masuk rumah sakit, Erchilla adalah korban Dean yang kesekian kalinya yang paling parah. Alucian menjadi canggung ketika melihat Devine, lelaki yang begitu perhatian pada Erchilla seolah menamparnya begitu keras. Kakaknya mencelakai Erchilla, tapi ada tangan lelaki lain yang merangkulnya.

Erchilla tak pernah bicara soal siapa yang telah menabraknya pada siapapun bahkan pada orangtuanya sendiri maupun Devine, hanya pada Alucianlah ia berkata. Ia menganggap Alucian adalah pria yang baik, teman yang mendukung perasaannya selain Tante Arsha. Tapi, hatinya berada di tengah persimpangan, jalannya tak mulus dan penuh rintangan menyulitkannya untuk bertahan.

"Ini dari pria tadi? Siapa tadi namanya?" tanya Devine mengangkat rantang dari Alucian.

"Iya itu dari Alucian."

"Fansmu?" tanya Devine. Erchilla hanya menggeleng pelan sambil tersenyum, hanya itu yang bisa diberikannya,akan sulit menjelaskan pada Devine siapa Alucian beserta anggapan Dean yang belum tersanggahkan.

Devine merasa penasaran dan membuka isinya, aroma masakan Arsha langsung menguar begitu saja. Devine tergiur untuk mencicipinya sedikit, terkejut karena rasanya begitu enak dan lezat. Ia mengambil sendok dan menyuapkan makanan itu pada Chilla.

"Enak kan?" tanya Devine.

"Iya, enak. Selalu enak kalau masakan Tante Arsha."

"Lain kali kamu harus coba masakan mamaku, enggak kalah enak. Aku jamin kau ketagihan." Devine menuang sebagian isi makanan dari rantang ke piring dan membawanya ke sofa.

Equanimous #4 - ENDWhere stories live. Discover now