• Ekstra Part •

8.6K 830 149
                                    

Silas tersenyum sendiri melihat dua insan beda jenis kelamin itu kini akur karena satu hal, yang merubah mereka menjadi dewasa. Erchilla berkata jika amplop cokelat pemberiannya sebelum berangkat ke Bayuwangi begitu membantu. Bagaimana tidak? Siapa yang akan menerima jika ada wanita hamil di luar nikah tinggal di tengah-tengah mereka meski berprofesi sebagai dokter.

Saat aparat desa datang meminta identitasnya, ia menemukan surat nikah buatan alias palsu dengan nama seorang pria yang diyakini Silas sebagai dalang di balik janin di rahim Erchilla. Chilla sudah keluar keringat dingin jika saja ia digunduli dan diarak keliling desa tanpa busana seperti yang terjadi pada seorang gadis SMK sebelah desanya tinggal.

Silas membelokkan mobilnya ke sebuah baby shop besar dan lengkap. Ia melihat-lihat barang keperluan bayi, memilih satu stel pakaian bayi perempuan yang manis, menaruhnya di meja kasir. Tak jauh dari tempatnya berdiri, melihat stroller cantik berwarna pink, lantas ia tersenyum untuk membelinya juga.

"Tolong antarkan ke alamat ini," ujar Silas menunjuk stroller warna merah muda yang menggemaskan.

"Baik, Pak. Kami jamin akan segera diantar ke tempat tujuan dengan aman."

Silas kemudian pergi ke tempat tujuannya semula, ia sudah tahu di mana pemilik Norio yang hilang mendadak, semestinya mereka bertemu untuk menilik tempat yang akan dibuka cabang baru Norio.

#

Erchilla mengelus perutnya yang semakin membesar dengan setengah galau. Ia pergi ke sini sebelum ia menyadari jika tengah hamil. Sekarang perutnya sudah membesar dan janinnya diprediksi akan lahir sekitar sebulan lagi.

"Kenapa mikir gitu? Ada aku yang akan jelasin semua, tenang saja."

"Kamu enggak tahu marahnya papa waktu tahu Devine ... kamu enggak usah ikut biar aku yang jelasin, papa pasti ngerti."

"Ini anak kita, jadi aku dan kamu yang akan melindunginya. Jangan banyak mikir, enggak baik buat kesehatanmu dan dia." Dean menunduk mencium perut Erchilla.

Erchilla merasa di awang-awang melihat perlakuan manis Dean yang tak pernah diduganya selama ini. "Aku senang, kau ... sudah menerimaku dalam hidupmu."

"Maafkan kebodohanku, keegoisanku dan semua yang sudah kulakukan. Ingin sekali aku menemuimu setelah malam itu, tapi aku melihat kau begitu terpukul."

Erchilla menunduk. "Aku malu untuk menemuimu."

Dean mengusap air mata Erchilla kemudian memeluknya erat. "Aku tahu, tapi aku menerimamu bukan hanya karena anak kita. Aku berjanji pada diriku sendiri, when I see you once again, I've to say to be honest I love you."

Erchilla membalas pelukan Dean, erat dan hangat di sela perutnya yang membesar. "I love you too, sejak aku mengenalmu semasa kecil sampai sekarang."

Mereka brepelukan erat sebelum mengemasi dua tas besar untuk dibawa ke Jakarta. Tak lupa Dean pamit pada tetangga yang sudah membantu merawat Erchilla dan baik padanya selama tinggal. Mereka justru menangis karena tak ada dokter baik dan ramah lagi di kampung mereka.

Perjalanan pulang Erchilla sempat mendapat hambatan karena kehamilannya, tapi berkat surat ijin dari dokter kandungan tempatnya biasa memeriksa kehamilannya, akhirnya mereka bisa berangkat. Erchilla memberitahu Nenek Ash dan Sivan jika akan pulang dan bawa kejutan, mereka berdua antusias sekali untuk menjemput di bandara.

Dean berulang kali tanya pada Erchilla apa perutnya terasa sakit? Dan Erchilla banyak menjawab pula kalau ia tak merasa sakit satu pun, justru janinnya bergerak aktif tiap kali mendengar suara Dean. Degub jantung Erchilla meningkat ketika pesawat mendarat, pertemuannya dengan keluarga setelah ia dipindahtugaskan dan saat pulang sudah berbadan dua jelas membuat Nenek Ash dan Sivan kaget.

Equanimous #4 - ENDWhere stories live. Discover now