16(B). Where My Love Goes (Adam)

643 58 13
                                    

Rencananya mau buat part yang bikin baper, tapi mohon maaf ya kalau nggak sesuai harapan dan terkesan nggak ada feel, atau bahkan mungkin alay. Sekali lagi, saya kan masih belajar harap dimaklumi ya. Jadi, kritik dan saran pasti saya tampung. Terima kasih dan selama membaca.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

_Adam POV_

Kegiatanku setiap malam setelah menyelesaikan tugas liputan ataupun menulis berita adalah berkomunikasi dengan Venny. Aku terkadang merasa belum bisa membahagiakannya, namun wanita itu tidak pernah mengeluh sedikitpun. Malam ini aku berencana untuk menceritakan hadiah pernikahan yang diberikan bos, minus jabatan baru yang akan kupegang.

Sayangnya, semua itu harus kukubur dalam-dalam karena tim sepakbola Jakarta sedang mengadakan pesta atas kemenangan mereka di semifinal Piala Gubernur. Perayaan ini tergolong cukup besar, karena mengundang dua diva papan atas Indonesia. Bagiku ini semua berlebihan, karena mereka belum menjadi juara.

Mewakili Alaska Media sebagai media partner aku harus menghormati mereka dengan turut dalam pesta tersebut. Bersama dua fotografer yaitu Bang Icang dan Bang Akbar serta satu reporter olahraga umum yang kerap menggantikanku jika berhalangan. Minuman keras dan rokok sudah menjadi hal biasa dalam pesta seperti ini.

Dan hal inilah yang kerap membuat Adnan marah padaku, bukan karena aku ikut mengonsumsi miras dan rokok. Tapi berada dalam satu ruangan dan menjadi perokok pasif akan meningkatkan resiko penyakit. Terlebih aku memiliki riwayat paru-paru yang buruk.

Adnan: Dimana?

Aku baru saja menerima pesan dari Adnan, dan sepertinya adikku itu tahu aku sekarang ada dimana.

Adam Mastour: Party.

Adnan: Besok langsung janjian sama dokter minta pakai uap. Nggak usah nunggu-nunggu.

See, adikku yang sangat perhatian itu langsung memeringatkanku tentang pentingnya kesehatan. Setidaknya aku bersyukur memiliki mereka dalam hidupku.

"Adam dari Alaska kan?" sapa salah satu penyanyi yang pernah datang ke kantor untuk pemotretan rubrik fashion.

"Ya. Silahkan," ucapku memberikan jarak agar dia bisa duduk di kursi yang tersisa.

Wanita cantik dengan dandanan lengkap itu tersenyum kearahku sambil mengangkat gelasnya. Aku hanya mengangguk sambil melembaikan tangan sebagai tanda untuk melanjutkan acara minumnya.

"Kamu nggak mau coba?" tawarnya dan aku hanya menggeleng.

Wanita itu tersenyum kemudian menampilkan wajah kecewa yang dibuat-buat, setelah meneguk satu gelas minuman dia mengeluarkan sebatang rokok. Lagi-lagi penyanyi bernama Maria itu menawarkan padaku yang kutolak dengan halus.

Mungkin di luar sana para penggemar dan masyarakat Indonesia yang tidak tahu dunia gemerlap artis akan menyangka dia wanita baik-baik. Namun pada kenyataannya apa yang dipikirkan orang kadang tidak sesuai dengan realita. Bahkan aku sudah tahu kegiatannya setelah acara ini adalah kembali "berpesta" dengan salah satu pemain ataupun staf official tim Jakarta.

Aku yang sudah muak dengan pesta ini dan juga Maria, beranjak untuk ke kamar mandi. Benar apa yang dikatakan Adnan jika kehidupan seperti ini benar-benar tidak menyehatkan. Segera kuhubungi teman-teman kantor dan berpamitan pulang, mereka sepertinya begitu menikmati pestanya hingga tak menghiraukan satupun pesanku.

"Coach, saya pamit dulu ya. Harus kejar deadline untuk terbitan minggu ini," pamitku pada coach Henry, manajer tim Jakarta tersebut.

"Ah baiklah Adam. Terima kasih sudah hadir di pesta kami. Jangan lupa kirim terbitannya ya," ingatnya membuatku mengangguk.

Sudah menjadi tradisi jika kerjasama kami ini harus dijaga dengan baik. Sehingga pemberitaan cenderung kearah positif. Sekalipun ada pemberitaan negative, pasti akan segera ada klarifikasi untuk menutup berita tersebut.

The Bitches Series 1 : First Love [END]Where stories live. Discover now