10

562 61 25
                                    

"AKU..." Kata-kata itu tersedat di tenggorokan Wonwoo saat Mingyu berdiri dan berbalik. Pria itu tampak liar. Matanya tampak letih. Rambutnya acak-acakan. Dia terlihat seolah belum tidur sejak Wonwoo terakhir kali melihatnya.

Wonwoo menelan ludah. "Aku cemas. Aku ingin tahu bagaimana keadaan Misfit."

Mingyu mengelap tangan dengan handuk dan mencampakkannya ke tanah, lalu mundur dan memberikan isyarat dengan tangannya. "Kau lihat sendiri, dia sekarat. Dokter hewan akan kembali satu jam lagi untuk memberikan suntikan terakhir demi membebaskan Misfit dari penderitaannya."

Wonwoo bisa merasakan wajahnya memucat. Ia mendekat untuk melihat kuda besar itu berbaring dengan mata terpejam. Sekujur tubuhnya berkeringat dan napasnya pendek-pendek.

Dengan mata membelalak, Wonwoo memandang Mingyu dan berbisik, "Apa yang terjadi?"

Suara Mingyu datar, kaku. "Virus, virus yang sangat langkah. Virus itu masuk ke otak kuda dan salah satunya menyebabkan kelumpuhan. Kuda mengalami koma dan mati dalam dua hari. Tak ada obatnya."

"Mingyu... aku sangat menyesal."

"Kenapa? Ini bukan salahmu."

Wonwoo meringis ketika dirinya terlempar kembali ke peristiwa di pemakaman ketika mengatakan pada Mingyu bahwa Hoseok meninggal karena kesalahan pria itu. Saat ini Wonwoo benar-benar memahami penderitaan yang ia sebabkan karena dukacita dan kemarahannya. Rasa bersalah yang getir dan tajam memuncak.

"Mingyu..." Tenggorokan Wonwoo nyeri. "Aku sangat menyesal... atas segalanya."

Misalnya memandang Wonwoo, mata pria itu serasa membakar. Dengan firasat aneh yang sepertinya Mingyu miliki saat bersamanya,pria itu tahu persis apa yang dimaksud Wonwoo. Senyum muram Mingyu tak berhasil memunculkan semangat Wonwoo.

"Dulu... tak ada yang kuingingkan selain mendengarmu mengatakan itu. Untuk tahu kau mungkin bahkan tidak membenci udara yang kuhirup."

Nyeri di tenggorokan Wonwoo terasa semakin menekan. Wonwoo menggeleng. "Aku tidak membencimu... kau, ataupun udara yang kau hirup."

"Terlambat, Wonwoo." Mingyu menunjuk kudanya. "Tidakkah kau lihat? Sudah terlambat. Pada akhirnya segala sesuatu berubah menjadi debu, semuanya sia-sia."

Air mata menyengat mata Wonwoo melihat keputusasaan di wajah Mingyu. "Tidak, Mingyu, tak semuanya sia-sia, tidak. Memang menyedihkan Misfit sekarat dan aku berharap dia tidak mengalaminya, tapi dia menjalani hidup yang menyenangkan bersamamu."

Mingyu tertawa tajam. "Persis seperti Hoseok menjalani hidup yang menyenangkan sampai hidup itu direnggut darinya."

Wonwoo mengulurkan tangan tapi Mingyu menjauh, kaku karena ketegangan. Ia mengangkat tangan seolah menhindari Wonwoo.

Perlahan Mingyu kembali menurunkan tangan. "Tahukah kau aku mulai percaya peristiwa itu bukan sepenuhnya salahku? Bahwa itu hanya kecelakaan tragis."

Mingyu menggeleng. "Kami sudah selesai mengurus kuda-kuda dan akan menyudahi malam itu. Aku masih punya banyak waktu untuk mengantar Hoseok pulang... tapi saat itu dia melihat Black Star, berkeliaran di padang rumput. Hoseok mulai memohon lagi, satu kesempatan untuk menunggang kuda itu, melihat apa dia mungkin punya sentuhan ajaib..."

Hati Wonwoo sakit. "Mingyu..."

Tapi Mingyu tak mendengarnya, atau mengabaikannya. "Tadinya aku tak mengizinkan. Kubilang tidak dan masuk ke istal bersama Misfit. Ketika keluar, Hoseok sedang memasang pelana Black Star... aku bisa melihat kuda jantan itu sudah tegang. Kusuruh Hoseok meninggalkan kuda itu... tapi dia tak mau dengar. Dia melompat ke punggung kuda itu sebelum aku bisa menghentikannya, dan Black Star lepas kontrol. Dia melompati pagar padang rumput, tapi kaki belakangnya tersangkut. Hoseok jatuh dan Black Star menimpanya, meremukkan Hoseok sebelum aku bisa menolongnya. Kuda sialan itu bangkit dan melangkah pergi, menyeret Hoseok di belakangnya sampai aku bisa menangkap kuda itu dan melepaskan Hoseok... tapi terlambat."

A Shadow of Guilt (Meanie)Where stories live. Discover now