07

18K 1.2K 37
                                    

POV Demian...



Saat sudah sampai di depan istana, aku langsung bergegas masuk kedalam menuju kamarku dan semua orang yang ada di sini menatap kearahku sambil berbisik-bisik. Untuk saat ini aku biarkan saja mereka dengan puas membicarakan tentang aku yang penting adalah kesalamatan gadisku yang paling utama. Aku melihat sudah ada banyak sekali dokter yang menunggu di depan pintu kamarku, tanpa menjawab sapaan dari mereka aku menendang pintu kamarku dan membuat pintu kamarku yang terbuat dari kayu ulin itu terbuka dengan lebar.

Perlahan-lahan aku merebahkan tubuh mateku itu diatas kasur, lalu para dokter dan perawat mulai menyiapkan peralatan serta perlengkapan mereka. Aku hanya diam sambil menatap wajah mateku yang semakin lama semakin memucat, seorang dokter pria yang tidak aku ketahui namanya itu tanpa permisi langsung  menyentuh kening gadisku. Entah mengapa ada perasaan tidak suka saat melihat pria lain menyentuh mateku itu.

"Pa..pangeran, sepertinya anda dalam mode yang tidak baik. Saya mengerti karena saya juga seorang Werewolf tetapi nona ini harus mendapatkan pengobatan dari kami." seru dokter itu dengan suara yang terdengar takut-takut.

"Lanjutkan saja." perintahku dengan tegas sambil terus menatap tajam kearah dokter muda itu.

"Be..begini pangeran maksud saya sebaiknya pangeran harus menunggu diluar agar semuanya berjalan dengan lancar," perkataan dari dokter tadi langsung membuatku marah, untuk apa dia menyuruhku keluar dan tidak memperbolehkanku untuk melihat mateku.

Aku berusaha menahan Rap yang ingin sekali keluar dari dalam tubuhku, aku tau jika serigala di dalam tubuhku ini sangat ingin mematahkan tangan dokter tadi tetapi aku merusaha menahan keinginannya itu padahal dalam hati aku juga sependapat dengan Rap "Tidak perlu aku akan tetap disini." keputusanku sudah bulat, aku tidak akan keluar sampai aku pastikan sendiri jika mateku benar-benar dalam keadaan baik-baik saja.

"Ta...ta...tapi pangeran itu.." belum selesai dokter muda itu berbicara sudah kutatap wajah konyolnya itu dengan tatapan membunuh.

"Jangan sampai aku melakukan tindakan yang akan membuatmu menderita selamanya." ancamku dan semua orang yang berada di dalam kamarku ini langsung bergegas menjalankan kewajiban mereka.

Aku terus saja menatap kearah mateku itu dan terus berdoa agar dia selamat, dokter muda itu juga sudah mulai terbiasa dengan kehadiranku. Buktinya saat ia menyentuh tubuh mateku dan kubalas ia dengan geraman dokter muda itu tampak berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Sekitar hampir satu jam lamanya mereka semua memeriksa tubuh mateku akhirnya mereka sudah selesai.

"Pangeran, tubuh nona muda sudah tidak apa-apa. Beberapa menit lagi nona muda akan segera pulih dan saat nona sudah pulih sebaiknya segera bawakan makanan untuk mengisi perutnya yang kosong." jelas dokter muda itu sambil merapikan peralatan kerjanya di bantu para dokter yang lainnya.

"Siapa namamu?" tanyaku sambil menatap dokter muda itu yang menatapku dengan wajah keheranan.

"Imanuel, ada apa pengeran menanyakan nama hamba?" tanya pria yang bernama Imanuel itu.

"Mulai sekarang kau akan menjadi dokter pribadi di istana ini." perintahku.

Kulihat wajah dokter muda itu terlihat sangat senang bahkan ia tidak bisa menyembunyikan raut bahagianya "Baik...tentu pangeran apa pun perintahmu," setelah mengatakan itu Imanuel pergi bersama para dokter dan perawat yang lainnya.

Aku duduk di samping mateku itu wajahnya sudah mulai cerah, bibirnya sudah tidak biru seperti pertama kali bertemu. Aku mencium keningnya sedikit lebih lama dan mengusap pipi kanannya dengan pelan, aku tersenyum membayangkan mateku itu akan heran melihat suasana di sekelilingnya. Namun aku harus tau apa yang membuat mateku itu bisa berada di dalam hutan lalu mengapa ia bisa tejatuh di lembah tak berpenghuni itu.

My Mate Is Little NerdWhere stories live. Discover now