Bab Lima belas

6.5K 271 2
                                    

Direvisi pelan-pelan harap maklum kalo tiba-tiba berubah ya guys
Baca pas udah kelar revisi boleh biar enak gitu
Kalo ada kesalahan spasi aku juga bingung guys soalnya kayak gitu terus
Happy reading...

***

"Arghhhhh, tolongin gue"

Seyla membalikkan badannya bermaksud meminta teman-temannya untuk membantu Stevan yang terjatuh tak jauh dari tempatnya tapi usahanya sepertinya akan sia-sia karena timnya sudah berjalan lebih dulu, persetan dengan kelakuannya Seyla menghampiri Stevan yang menahan rasa sakitnya, Seyla menghela nafas panjang lalu berjongkok tepat didepan Stevan.

"Stev, kenapa sih?gak lucu banget lho kalo kita ketinggalan disini, mana yang sakit Lo kenapa sih?"cerocos Seyla antara ingin marah karena Stevan membuat perkara tapi kasian juga.

Stevan merasakan kepalanya sangat berat ditambah pandangannya yang remang-remang "Kaki"ujarnya tak begitu jelas.

Seyla menatap kaki Stevan lalu melebarkan matanya saat luka semacam gigitan itu tercetak disana, Seyla menepuk-nepuk cepat wajah Stevan yang semakin memucat ditambah bibirnya yang semakin biru, Seyla belum pernah mengalami hal seperti ini dan jujur saja ini lumayan menakutkan dan sedikit membuatnya panik.

"Stevvvv, jangan pingsan dulu, yaudah deh walaupun Lo rese, karena pagi tadi kita temenan dan Lo udah nolongin gue, ayo bangun gue gendong"cerewet Seyla lalu menghela nafas panjang, tatapannya turun kearah Stevan seolah menilai badan pemuda tersebut, hari sial Seyla sepertinya, sudah ketinggalan tim outbond ditambah harus menggendong Stevan yang sebelas dua belas dengan karung beras, ujian sungguhan.

"Gue pusing"

"Eh jangan pingsan dulu, gue susah nanti"Seyla meluruskan kaki Stevan lalu menghisap kuat bekas gigitan dikaki manusia batu tersebut lalu meludahkannya, dirinya melakukan hal tersebut tiga kali kemudian melepas syal yang menghangatkan lehernya dan memilih mengingat kaki Stevan dengan kain tersebut.

"Udah gue kasih pertolongan pertama, sekarang ayo naik ke punggung gue, keburu kita gak tau jalan nanti"omel Seyla namun tetap membantu Stevan untuk naik ke punggungnya, meskipun berat Seyla tetap menggendong Stevan dengan sangat pelan, Seyla pikir hanya seberat karung beras ternyata dua kali lipatnya dari karung beras.

Seyla terus berjalan mengikuti jalanan setapak yang tak begitu kelihatan, sekarang sudah tak ada harapan untuk menang, tujuannya hanya Seyla mendapatkan bantuan. Tangannya meraih batang demi batang untuk tetap menjaga keseimbangan tubuhnya sebelum kecerobohan Seyla mengakibatkan keduanya tersungkur di tanah.

"Aduhhh, Stevan badan Lo berat banget agak menyingkir"Seyla setengah mendorong tubuh Stevan lalu menegakkan duduknya, nafasnya yang terdengar saling memburu itu coba diaturnya tatapannya kini dialihkan pada Stevan yang terlihat masih menahan sakit.

"Lo gak papa kan?"

"Hm"

"Aduhhh, yaudah gue gendong lagi, jangan berat-berat bisa gak sih"tak ada jawaban lagi setelah itu membuat Seyla tetap menggendong Stevan meskipun melalui drama kesusahan terlebih dahulu.

Stevan mengulas senyum tipis sedikit merasa senang walaupun alasannya apa dirinya tak tau tapi jika dilihat-lihat Seyla cukup baik dan perhatian juga walaupun banyak ngomelnya "Dagu Lo luka"lirih Stevan yang memang sempat melihat dagu Seyla terluka akibat terjatuh tadi.

Seyla menghentikan langkahnya sebentar lalu menghela nafas panjang "Persetan sama dagu, kita ngurusin dagu yang ada kita bakal kemalaman disini lagian Lo digigit ular kan itu?bakal bahaya kalo gak segera ditangani, udah mending kali ini gue terima kalo Lo irit bicara"cerocos Seyla.

STELA ✓ Donde viven las historias. Descúbrelo ahora