2. Mencintai

5.6K 213 0
                                    

zahra tidak bisa menjadi sosok Khadijah yang mencintai Rasulullah dan menyampaikan perasaannya melalui sahabatnya. Zahra lebih memilih menyembunyikan perasaan seperti Fatimah yang mencintai Ali dalam diam.

Walau mulai dari pagi hingga  sudah berganti dengan sore, tapi kedua insan itu masih betah diperpustakaan dan asik dengan tugas masing-masing.

"aduh mata ane perih put" kata zahra sambil mengusap matanya yang sudah berair.

Putri bersandar dikursinya berkata "ane juga ukh, kayak kita istirahat aja dulu"

"iya" jawab zahra sambil bersandar dikursinya dan matanya mulai tertutup.

Putri melihat kesekelilingnya, ia melihat para mahasiswa masih memadati perpustakaan. Bahkan banyak para mahasiswa yang tidak dapat bangian kursi sehingga membuat mereka memilih duduk dilantai. Tanpa sengaja putri melihat sosok pria yang tidak asing dimatanya, tapi ia masih ragu apa putri tidak salah orang.
"zahra bukannya itu akh hafiz" tanya putri.

Mendengar nama hafiz mata zahra langsung terbuka dan refleks bertanya "mana putri?"

"itu yang dipojok itu sebelah kanan, itu akh hafiz kan?"

"iya itu hafiz put"
tanpa sadar zahra sudah memperhatikan hafiz setiap gerak geriknya, membuat putri menggeleng kepala dan berkata.

"biasa aja lihatnya zahra, awas zina mata".
Zahra langsung beristigfar dalam hati. Dan berusaha agar suara denyut jantungnya tidak didengar oleh sahabatnya tersebut. Zahra juga tidak mengerti ada apa dengan, setiap melihat hafiz jantung selalu berdetak dengan sangat kencang bahkan hanya mendengar namanya saja sudah membuat zahra salah tingkah. Zahra selalu berusaha menyembunyikan perasaannya agar terlihat biasa saja didepan semua orang, zahra tidak bisa menjadi sosok Khadijah yang mencintai Rasulullah dan menyampaikan perasaannya melalui sahabatnya. Zahra lebih memilih menyembunyikan perasaan seperti Fatimah yang mencintai Ali dalam diam.

Sejak semester satu zahra sudah sangat mengagumi sosok hafiz, pertemuan mereka berawal dari disebuah acara seminar yang bertemakan 'Tips Cara Mendapat IP 4,00', hafiz merupakan panitia dari acara tersebut dan dia juga yang bawa acara seminar. Speaking hafiz sangat bagus sehingga acara seminar tersebut tidak monoton yang mana biasanya acara seminar sangat membosankan tapi ini malah asik,  zahra masih ingat betul saat zahra memasuki aula. Zahra berdesak-desakkan dengan orang-orang yang mengikuti seminar tersebut. Dan entah apa yang membuat gantungan kunci tas hafiz saat itu tersangkut ke tas zahra, sehingga membuat langkah jalan mereka berhenti. Hafiz meminta maaf atas hal itu, padahal sebenarnya diantara mereka tidak ada yang salah itu hanya kecekaan kecil antara ganci dan tas, dan dari situlah awal perkenalan mereka. Dan berlanjut ketika zahra mengikuti organisasi intra kampus yang mana hafiz juga salah satu kader dari organisasi itu dan menjabat sebagai seketaris umum.

Zahra dan hafiz sebenarnya beda fakultas. Zahra fakultas pendidikan sedangkan hafiz fakultas ekonomi, jarak antara fakultas mereka sebenarnya cukup jauh. Saat zahra dulu semester satu hafiz suduh semester lima. Komunikasi zahra sama hafiz hanya seputar membahas hal yang penting, keduanya memang sangat menjaga interaksi sama lawan jenis karena ditakutkan ketika sering komunikasi akan menimbulkan zina pikiran, zina mata. Apa lagi mereka merupakan kader Aktivis Dakwah Kampus.

Saat ini zahra sudah semester empat tapi sebentar lagi semester lima, karena ujian akhir semester tinggal menghitung hari lagi. Zahra mengambil jurusan pendidikan biologi dan satu kelas dengan sahabatnya putri, sedangkan hafiz sudah wisuda tiga minggu yang lalu dan menjadi wisudawan terbaik dijurusannya yaitu manejemen bisnis.

"dia ngapainya yah disini, kan dia itu uda lulus" tanya putri pada zahra

"mana ane tahu"

"ehh za, ane pigi duluannya ada urusan mendadak. Afwan gak bisa pulang bareng" kata putri sambil memasukkan buku dan leptopnya ke tas.

"iya putri, fi amanilah yah"

Zahra masih fokus dengan tugasnya hingga tanpa terasa ternyata sudah pukul 17:30, dan setengah jam lagi perpustakaan akan tutup. Zahra melihat sisi perpustakaan yang mulai sepi, zahra memberaskan barang-barangnya dan memasukkan ke tas. Keluar dari perpustakaan dan berdiri diteras perpustakaan, yang mana diluar ternyata sedang hujan lebat.
'Allahumma sayyiban nafi'an' ucap zahra dalam hati.

Pada saat zahra memajukan satu tangan untuk merasakan tetesan hujan ditangannya, sosok lelaki berdiri disamping dengan jarak 40 cm. Zahra sangat mengenal sosok lelaki itu.

"ini pake aja" katanya sambil memberikan payung pada zahra tanpa melihat zahra.

"syukron, tapi gak usah akh" jawab zahra melihat kearah hafiz sebentar dan berusaha menormalkan jantungnya agar tidak terlihat gugup.

"akhwat itu bahaya kalo diluar jam segini, jadi pake aja payung ini. Ane tak menerima penolakan" ucap hafiz dengan nada tegas dan memberikan payungnya pada zahra

"antum kayak mana"

"ane mah gampang ukh"

Zahra menerima payung yang diberikan hafiz "jazakallah akh" dan berlari kecil meninggalkan hafiz.

"fii amanillah" teriak hafiz yang dapat didengar zahra dengan jelas, zahra merasakan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan dari dada dan sudut bibirnya terangkat.

~~~
"Assalamualaikum bu" salam ilham dan pak aziz.

"walaikumussalam" jawab istri pak aziz dan mencium punggung tangan suaminya.

Pak aziz dan ilham masuk kekamar masing-masing untuk mengganti baju koko dengan pakaian yang lebih santai mereka baru selesai melaksanakan sholat isya. Pak aziz keluar dari kamar dan menghampiri  istrinya sedang menonton diruang tamu dan duduk disofa.

"tadi dimesjid yang mengimani sholat isya nak ilham loh dek" kata bapak sambil duduk disamping istrinya.

"ohh ya?" tanya siibu

"iya dek, bahkan suaranya merdu kali"

"ah bapak bisa aja" kata ilham yang baru keluar dari kamar dan berpakain santai, menghampiri kedua suami istri itu dan ikut bergabung.

"memang kenyataannya gitu" kata sibapak

"nak ilham uda makan?" tanya si ibu

"uda bu"

"ingat. jangan segan anggap aja rumah sendiri,"

"iya ibu, bahkan orang ibu uda aku anggap orang tuaku, maka aku manggil ibu dan bapak" kata ilham tak mau kalah karena ilham sudah sering mendengar kata anggap aja rumah sendiri dari kedua insan tersebut

"dan ibu uda anggap ilham itu anak ibu sendiri. Makanya panggilnya pake nak," kata sambil menekan kata nak. "jadi nak ilham jangan panggil ibu tapi panggil bunda"

"kenapa" tanya ilham

"karena anak-anak ibu panggilnya bunda, jadi biar sama"

Ilham ber oh ria mendengar penuturan sang buda dan bertanya "jadi anak orang bapak pada kema_" belum selesai ilham bicara sudah dipotong pak aziz

"mereka dirumahnya masing-masing" jawab pak aziz

Ilham masih sangat ingat kata-kata rekan kerjanya semalan dan membuatnya penasaran "anak bapak uda nikah semua?"

"tinggal sibungsu yang belum"

Deg tiba-tiba jantung ilham berdenyut kencang, entah kenapa ada rasa lega mendengar jawaban pak aziz dan itu membuat dirinya sendiri heran akan hal ini.





Salah Paham Menggantarkanku KepelaminanWhere stories live. Discover now