02. He is Langit Angkara

11.8K 765 470
                                    

Ig Etnilee

Komen banyak, saya pastikan up cepat!

Komen dikit mikir-mikir

Laki-laki yang terhormat tidak akan menatap perempuan yang bukan miliknya dengan lancang!

__Anggia Senja__

***

Anggia dan ketiga teman cowoknya sedang di kantin. Pada jam istirahat seperti sekarang ini memang waktunya antri panjang.

"Lah, antri panjang banget."

Keluh Gara, laki-laki itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Iya sih, mana nih perut udah laper banget lagi,"

Sahut Teja, ia mengelus perutnya seolah di dalam ada bayi yang sedang menunggu ia kasih makan. "Sabar ya dek ..." Ucapnya menunduk, seolah ia sedang bicara pada calon bayinya. Membuat Anggia tertawa nikmat.

"Orang gila!" Raya menjitak kepala sahabatnya itu. "Jangan di ketawain Gi, dia kesenengan tuh, dapet tawa dari lo!"

"Yee ... Gue mah sahabat terkeren. Bisa bikin Anggi ketawa. Lah, kalian apaan? Malah bikin kesel aja, iyakan Gi?"

Anggia hanya tersenyum saja. Mereka bertiga selalu membuatnya tertawa. Meksipun tawa itu hanya bertahan di sekolah saja. Karena setelah datang kerumahnya. Tawa dan semua sinar ceria di wajahnya akan menghilang begitu saja.

"Gi, gimana? Bokap lo udah enggak mukulin lo lagi kan?"

Tanya Gara cemas. Ia sebenarnya tidak ingin bertanya hal pribadi pada sahabatnya itu. Namun kejadian beberapa tahun yang lalu. Membuatnya merasa khawatir. Ia takut Anggi menjadi luahan emosi Ayahnya Anggia.

Anggia menunduk. "Udah enggak ko, Papah udah enggak mukulin gue lagi."

"Bener?" Kali ini Raya yang bertanya. Anggia mengangguk saja. Rasanya kedua matanya jadi memanas jika ingat kejadian itu. Kejadian di mana Ayah yang dicintainya berubah menjadi sesosok monster yang akan membinasakan dirinya.

Dulu Ayahnya amat memanjakan dirinya. Namun setelah Ibunya pergi dengan laki-laki lain. Ayahnya berubah menjadi pemarah, dan tak jarang memukul dirinya.

Ayahnya bilang, dia mirip dengan Mamahnya sehingga dengan memukul Anggia. Ayahnya seperti merasa memukul Ibunya, yang telah mengkhianati cintanya.

Mendadak rasa sesak memenuhi seluruh isi dadanya.

Kenapa begini Tuhan!

Sekuat tenaga Anggia menelan semua rasa sakit itu. Dia akan berusaha menjadi gadis dewasa. Dia akan berusaha menjadi tegar, sekuat karang. Meski akhirnya akan hancur terkikis laut pantai.

"Ebuset! Gue belum ambil makanan!" Teriak Gara, ia melihat pada antrian yang sudah mulai kosong. Kemudian ia melirik Anggia.

"Gi, lo diem di sini ya? Kita bertiga bakal antri. Nanti gue beliin makanan buat lo. Awas jangan pergi, soalnya nanti bangkunya diambil orang lain, ok?"

Anggia mengangguk saja. Lantas ketiga sahabatnya bergegas kearah antrian Sementara Anggia duduk di sana dengan menatap kearah ponselnya.

"Ehem!"

Dehaman seseorang membuat Anggia menatap pada sosok tinggi dan tampan di depannya.

"Boleh gue duduk di sini?"

Langit Senja (Dilanjut Di Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang