Bab 2 : Teman Mbak Ari

171 23 11
                                    

Enjoy reading.




Baruni segera mengangkat tubuh renta Simbahnya ke atas dipan. Bathari berlari keluar mencari pertolongan. Mereka walau was-was namun berusaha tetap berpikir jernih. Situasi akan bertambah parah bila seseorang panik, harusnya korban selamat dengan ketenangan penanganan tetapi bisa jadi sebaliknya.

"Sini Mas! Simbah di kamarnya."

Suara Bathari membuat Baruni menoleh. Ia menangkap sosok yang sepertinya kenal. Mungkin karena lebih memikirkan keadaan Simbahnya maka gadis itu malas untuk mengingat-ingat.

"Biar Mas yang membopong Simbah! Tolong Ari buka pintu mobilnya!" Pria berbadan sedikit gempal namun lumayan tampan itu, memberi instruksi yang langsung disanggupi Bathari. Baruni hanya diam dan berjalan mengikuti tanpa banyak tanya walau dalam hati bertanya, siapa pria ini?

"Mas Gondo! Aku dan Runi di belakang yo!" Bathari agak ragu ketika mengatakan pemikirannya. Baruni sangat terkejut setelah tahu siapa pria yang menolong mereka.

Gondo Malik dulu memang gemuk dan berpakaian gombrong agak kedodoran. Ia kini menjelma menjadi sosok pria dewasa dengan pakaian dendi, masih agak gempal namun ketampanannya seperti keluar semua. Dengan bau parfum yang lembut serta wajah bersih terjaga, tampaknya akan memudahkan menarik gadis manapun. Sayang gadis pujaannya seperti tidak tertarik sedikitpun dengannya.

"Simbah napasnya masih ada?" Gondo yang untung, sehabis mandi tadi, ia akan bertamu ke rumah sebelah. Tiba-tiba Bathari datang dan meminta bantuan. Sebenarnya pria itu berkeinginan bersua dengan gadis pujaannya tapi tampaknya hal yang lebih penting harus didahulukan.

"Nanya sembarangan!" Baruni yang dari tadi diam dan memperhatikan interaksi antara Kakaknya dan Gondo, akhirnya buka suara. Ia tampak kesal, ketika muncul pertanyaan seolah Simbahnya sekarat. Walau ia sangat khawatir namun pertanyaan itu membuatnya sangat resah.

"Bukan begitu maksudku." Gondo tahu, ia salah bicara. Hal yang membuatnya selalu tidak mampu menggapai pujaan hati adalah selalu salah bicara. Baruni tidak pernah membuat apapun menjadi mudah untuknya.

"Sudah Run! Sabar!" Bathari selalu menjadi penengah ketika dua sejoli tidak sama hati berdebat. Waktu kecilpun keduanya tidak pernah akur. Tapi selayaknya anak kecil, mereka akan kehilangan bila tidak bertemu.

Gondo mayit adalah plesetan nama panggilan Gondo Malik dari Baruni, tahu artinya? Bau mayat, itu karena Gondo kecil selalu bermain di Sungai untuk menangkap ikan. Ia akan main ke rumah Simbah dengan baju basah serta tentu saja bau ikan.

Gondo dan Baruni terdiam. Perdebatan disaat seperti ini akan membuat tidak baik. Bathari mengoleskan minyak angin ke tubuh Simbah sedang Baruni memijit pelan kakinya.

Mereka akhirnya sampai ke Rumah Sakit Daerah, satu-satunya terbesar di kota tersebut. Memang bisa saja ke Kota Solo namun jarak tempuh yang terlalu jauh, membuat mengurungkan niat ke sana. Pertolongan pertama lebih penting untuk saat ini.

Setelah menyelesaikan administrasi, sesudah Simbah diperiksa di IGD. Mereka berada di ruang rawat dimana Simbah telah dipindahkan. Tampak kelelahan di wajah dua gadis yang beberapa kali menatap ranjang pasien.

Terdengar salam dari luar pintu kamar pasien. Mereka bertiga menoleh hampir bersamaan.
Tampak Bapak dan Ibu dari gadis di ruang itu masuk dengan agak tergesa.

Bathari dan Baruni langsung berdiri mencium tangan kedua orang tuanya. Gondo yang mengenali mereka ikut melakukan hal sama. Bapak serta Ibu Sembada tampak mengernyitkan dahi berusaha mengingat pemuda di depannya.

"Saya Gondo Malik." Pemuda itu memperkenalkan diri. Senyum tulus menyertai ketika ia melihat kedua orang tua gadis tampak gembira mengetahui siapa dirinya.

Groaning HeartTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon