Bab 4 : Teman Mbak Ari Yang Lain

113 19 7
                                    

Sorry lama.

Enjoy reading.


Baruni terpaksa menerima tawaran Baruna, karena motornya tertinggal di rumah Simbahnya. Sebenarnya gadis itu merasa aneh dengan tingkah pemuda yang dengan setia mengantar jemput. Ia tidak ingin kepedean bila seseorang memberikan kebaikan, walau ia rasa apa yang terjadi, sudah berlebihan. Mengantar, menunggu sampai mentraktir makan, serta mengantar kembali ke rumah sakit. Berlebihan bukan?

"Kamu diam saja dari tadi?" Pertanyaan Baruna membuat Baruni tersadar dari lamunan. Ia menoleh dan menghembuskan napas sebelum menjawab.

"Kenapa? Maksudku...." Baruni tidak jadi bicara, padahal sudah di ujung lidah. Ia mengurungkannya takut dibilang kegeeran.

"Kok ndak jadi?" Baruna menoleh sebentar. Ia kemudian memfokuskan diri ke jalan.

"Kenal Mbak Ari dimana?"

"Aku tahu bukan itu, yang mau kamu tanyakan."

Baruni menoleh. Bagaimana ia tahu? Gadis itu akhirnya cuma diam tidak bersuara.

"Mau tanya apa?"

"Entahlah."

Baruni tidak berniat buat bertanya. Ia merasa tidak pantas menanyakannya. Baruna lebih fokus dengan kemudinya, ia  tidak mau  menebak-nebak, apa yang dipikirkan gadis di sampingnya.

"Lama kenal Gondo?" Baruna berkata sambil menoleh sekilas. Baruni mengernyitkan dahi, mencerna pertanyaan.

"Kenapa tanya itu?"

"Sudahlah! Ndak perlu dijawab, anggap aku ndak pernah tanya!"

"Dari kecil, rumahnya di samping rumah Simbah."

"Ohhh." Baruna hanya bergumam tidak jelas, sambil mengangguk-angguk. Baruni sendiri bingung, kenapa ia menjawab pertanyaan itu?.

"Tampaknya ia suka padamu."

"Siapa suka?"

"Gondo, siapa lagi."

"Ohhh." Seakan menirukan ucapan Baruna, gadis itu ikut mengatakan itu. Baruni seakan tidak terpengaruh dengan peenyataan yang didengar.

"Kamu tahu?"

"Ya."

"Cuma begitu?"

"Terus, aku harus jawab apa? Dan lagi. aku ndak suka padanya."

"Baguslah." Baruna berkata spontan. Perkataan itu membuat Baruni menoleh.

"Maksudnya baguslah?" Ada rasa menggelitik ketika Baruni mendengar perkataan spontan Baruna. Ia memberi perhatian kepada Londo di sampingnya.

"Lupakan!"

Baruni hanya mengernyitkan dahi bingung, lalu mengendikkan bahu. Sedangkan Baruna merutuki dirinya yang asal bunyi. Ia menoleh sebentar dan mendapati gadis di sampingnya lebih memilih jalanan samping mobil, tampak tidak peduli dengan pemuda itu.

Keheningan kembali tercipta. Baik Baruna dan Baruni tampak tenggelam dengan pikiran serta dunia masing-masing. Hingga mereka berdua sampai di rumah sakit, bahkan hingga sebentar lagi sampai depan ruang perawatan.

Mereka saling pandang ketika mendapati sesuatu di depan kamar rawat inap. Di depan sana tampak Bathari sedang mengobrol dengan seorang pemuda. Sangat akrab, menilik dari gestur yang diperlihatkan keduanya.

"Jangan cemburu! Ini rumah sakit!" Baruni berkata dengan nada serius. Baruna tampak mengernyitkan dahi, bingung dengan perkataan gadis itu.

"Siapa cemburu?"

Groaning HeartWhere stories live. Discover now