Bab 5 : Londo Edan Yang Aneh

155 21 3
                                    

Baca setelah berbuka puasa.

Bulan puasa mau nulis, tidak mood, maaf.

Dengan terkantuk, semoga tidak banyak typo.

Enjoy reading.


Baruni menoleh sebentar ke arah Baruna, yang memasuki ruang inap Simbahnya. Dalam benaknya ia bertanya, kenapa Londo Edan ini tidak pulang?

Ia kini telah duduk manis di sofa yang tersedia. Mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi novel digital. Tampak banyak notifikasi dari penggemarnya, semua itu membuat Baruni samangat dalam mereka cerita.

Tidak ada yang tahu jati dirinya. Ia memakai nama samaran pada semua media sosialnya. Hanya perusahaan novel digital yang mengetahui, itupun karyawan tertentu, contohnya editornya.

Ada sepuluh novel digital yang telah Baruni hasilkan. Berbagai genre telah ia telurkan, termasuk yang sedang ia kerjakan. Novel genre horor yang banyak mendapat respon positif, bahkan sudah mendapat tawaran untuk dibuat film.

Ia belum mengiyakan tawaran, karena belum selesai ceritanya. Baruni tidak pernah mempublish novel sebelum tamat, minimal separuh seperti novel horor yang sedang dikerjakannya. Ia tidak mau dikejar-kejar sama editor untuk segera merampungkan cerita.

Novel horornya bercerita tentang hantu yang kepala dan tubuhnya terpisah. Ia menghantui setiap pukul dua belas malam. Semua korbannya mati ketakutan.

"Dari Gondo?" Baruna bertanya sambil duduk di samping Baruni. Ia menyandarkan punggungnya, memejamkan mata.

"Memangnya, kenapa kalau dia?" Baruni menjawab sambil lalu, fokusnya kepada ponsel. Ia masih tampak tersenyum sendiri karena ulah penggemarnya.

"Katanya ndak suka." Baruna masih memejamkan mata. Kini ucapannya membuat Baruni menoleh.

"Memangnya apa hubungan antara suka dengan Gondo dan ndak?"

"Kamu senyum sendiri dari tadi, ndak suka kok senyum."

"Ini apa hubungannya? Perasaan suka dan berteman itu beda."

"Oooo."

"Lagian, kenapa kepo jadi orang?"

"Kamu itu adiknya Ari, jadi wajar kalau aku perhatian."

Baruna masih memejamkan mata. Baruni tampak tidak suka dengan apa yang terjadi. Ia tampak cemberut menatap kesal pada pemuda itu.

"Jangan menatap terus,! Nanti suka." Baruna tampak tersenyum walau masih memejamkan mata. Baruni merutuki dirinya, senyum Londo Edan benar-benar manis sekalipun dengan posisi tertidur.

"Geer."

"Aku memang ndak jelek, semua orang tahu itu."

"Narsis tingkat dewa."

"Dari pada Gondo, lebih baik aku kemana-kemana."

Baruni lebih memilih diam, ia fokus ke ponsel dari pada menangggapi ucapan Baruna. Ia merasa aneh, ketika menoleh dan terkejut. Pemuda itu menatapnya dengan lekat.

"Kenapa menatapku begitu?" Baruni merasa tidak nyaman dengan tatapan Baruna. Pemuda itu akhirnya tersadar dan pura-pura batuk.

Baruna yang salah tingkah hanya bisa menggaruk kepalanya, padahal tidak gatal. Ia membuang pandangan ke lain arah. Walau sesekali melirik ke arah Baruni.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 25, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Groaning HeartWhere stories live. Discover now