Bab 3 : Londo Edan

138 25 6
                                    

Enjoy reading.

"Mana kuncinya?" Baruni kesal karena harus mensejajarkan langkah kecilnya dengan langkah Baruna. Pemuda itu cuma diam ketika sampai di samping mobilnya, ia kemudian membuka pintu dan masuk.

"Mana kuncinya?"

"Masuklah!"

"Apa maksudnya?"

"Masuk, Runi!"

"Aku mau pulang, mana kuncinya?"

"Ambil sendiri!" Baruna memasukkan kunci motor ke saku celananya. Baruni kesal, ia menatap tajam ke arah pemuda yang cuek menghidupkan mobilnya. Pemuda itu memberi isyarat agar gadis itu masuk.

Baruni yang meragu, akhirnya dengan terpaksa masuk. Ia menghempaskan pantatnya dengan kesal. Gadis itu memilih menatap samping kirinya.

"Kamu ndak tanya, siapa aku?"

"Ndak penting." Sebenarnya Baruni ingin bertanya namun gengsi. Kenapa Mbak Ari punya teman Londo? Londo Edan lebih tepatnya.

"Mungkin waktu yang akan datang, kita menjadi keluarga."

Baruni menatap Baruna yang berkata pelan namun cukup menggelitik telinga. Gadis itu
tertawa sinis, di dalam angannya tidak terbersit keinginan untuk punya ipar seperti ini. Pemuda itu hanya menoleh sebentar mendengar tawa di sampingnya.

"Kenapa tertawa Runi? Ada yang lucu?"

"Kita menjadi keluarga, mimpi."

"Setiap keberhasilan, diawali dengan mimpi."

"Mimpi menjadi iparku? Kepedean."

"Ipar? Siapa yang mau menjadi iparmu?"

Baruni yang akan menyanggah, mengurungkan niatnya. Ia terdiam dengan jawaban ambigu Londo Edan. Gadis itu malah menanyakan pada dirinya, siapa yang kepedean?

"Berapa lama kenal Mbak Ari?"

"Kamu nanya aku?"

"Ya iya, memangnya ada yang lain?"

"Mungkin kamu nanya yang di belakang."

Baruni yang memang tidak mengenal takut hanya mendengus. Memang kebanyakan orang takut hantu, dia termasuk yang bukan kebanyakan itu. Karena orang umumnya takut dan penasaran, maka film yang menakutkan pasti laris manis.

"Kenapa Londo seperti kamu? Bahasanya medok."

Baruna bukannya menjawab tetapi malah terkekeh. Sialnya bagi Baruni, Londo Edan di sampingnya malah berlipat tampan ketika tersenyum apalagi tertawa. Beruntungnya Mbak Ari punya pacar seperti ini.

"Runi, Runi, mau muka seperti apapun, kalau besar di daerah tertentu, pasti tutur katanya ikut daerah itu."

Baruni tidak begitu peduli dengan jawaban Londo Edan. Ia masih berpikir tentang jalinan hubungan antara Mbak Arinya dan pria ini. Kenapa Mbaknya tidak pernah cerita?

Mobil telah berhenti di depan ruko dimana orang tua Baruni tinggal. Semenjak adanya revatilisasi pasar traditional di seberang ruko, membuat daerah itu menjadi ramai, yang berimbas pada pendapatan toko-toko di sekitar pasar.

"Kenapa berhenti?" Baruni yang dari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri, tidak menyadari keadaan sekitar. Ia malah menatap Baruna dengan kesal.

"Kita sudah sampai."

Groaning HeartKde žijí příběhy. Začni objevovat