chapter 9

1.8K 169 1
                                    

Sehun memberinya uang dan membiarkan ia masuk ke toko dua puluh empat jam yang dipenuhi oleh CCTV. Lisa sulit memercayai apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini. Lebih sulit lagi percaya bahwa dirinya bahkan tak mempertimbangkan untuk melarikan diri. Sehun tampak lebih terkejut dari dirinya sendiri ketika ia kembali ke tempat pria itu menunggunya. Lisa bukan orang bodoh. Ia tahu sehun memutuskan untuk melepaskannya, entah karena alasan apa. Tapi lisa juga sudah memutuskan untuk tetap berada di sisi sehun, entah karena alasan apa.

Mungkin sama seperti yang sering terjadi di film-film action, perasaan pria dan wanita berkembang menjadi sesuatu yang sulit dijabarkan setelah terlepas dari mara bahaya. Kepercayaan dan kesetiaan menjadi alasan kuat untuk tetap bersama di situasi yang lebih baik. Lagipula lisa masih penasaran, apa yang sebenarnya sehun inginkan darinya. Sehun jelas tak menginginkan uang. Pria itu juga tak memerlakukannya dengan teramat buruk, walaupun ia tahu sehun bisa melakukannya dengan mudah.

Sehun adalah petarung yang ahli. Bukan seseorang yang melakukannya untuk mendapat gelar dan pengakuan seperti atlit, tapi lebih seperti seseorang yang memang harus memiliki kemampuan itu, lalu mengasahnya karena keterbiasaan. Kewaspadaan pria itu sangat alami, seolah-olah dia memang hidup dalam ancaman yang terus-menerus, yang mengharuskannya untuk dapat melindungi diri sendiri. Beberapa kali lisa mendapati kekejaman di mata sekelam malam itu. Pada awalnya tatapan itu membuat ia sedikit takut. Lama-kelamaan ketakutan terkikis oleh rasa percaya bahwa sehun tak akan menyakitinya. Sehun juga mampu melindunginya. Lisa percaya itu.

Lisa menempatkan dirinya di sebelah sehub, di atas rerumputan tersembunyi di balik tanaman bonsai yang terpotong rapi. Taman ini mereka temukan tanpa sengaja ketika sedang mencari toko serba ada untuk membeli obat. Dan bukannya duduk di bangku panjang yang tersedia di tempat itu, mereka memutuskan untuk menyembunyikan diri dari pandangan orang-orang yang mungkin akan lewat.

Pria itu mengamatinya seperti biasa. Tapi kali ini ada kilat takjub di matanya.

"Aku membeli makanan juga untuk kita," kata lisa sedikit salah tingkah sembari meletakkan bungkusan belanjaan sedikit di belakang mereka. Ia menyadari betul tatapan sehub yang tak juga meninggalkan wajahnya. Lisa memutuskan untuk menyerahkan satu hotdog pada sehun untuk mengalihkan perhatian pria itu. "Makanlah, sementara aku membalut lukamu."

Lisa menaikkan pandangannya, mendapati sehun masih menatapnya dalam diam. Tangan lisa masih tergantung di udara, menggenggam satu porsi besar hotdog yang tak kunjung sehun ambil. Udara di sekitar mereka terasa menyempit, menciptakan situasi canggung yang tak pernah ada di antara mereka sebelumnya. Lisa menghela napas panjang, menarik satu tangan sehun, dan meletakkan hotdog di atas telapak tangan pria itu.

"Berbaliklah," kata lisa. "Kau bisa makan sementara aku membalut lukamu," ulangnya lagi. Kali ini sehun menuruti perkataannya tanpa penundaan. Mungkin pria itu juga menyadari kecanggungan di antara mereka dan memutuskan untuk mengambil jalan keluar yang lisa tawarkan. Pria itu akan selalu menjadi orang cerdas.

Lisa menarik napas keras setelah sehub melepaskan jaket dan memperlihatkan luka memanjang di bagian belakang bahunya. Kaus putihnya sudah dipenuhi jejak darah yang sudah mengering. Kelihatannya luka itu tak terlalu dalam hingga tak mengeluarkan banyak sekali darah. Tapi luka seperti itu pasti memberikan rasa sakit yang tak terkira.

'Bagaimana mungkin sehun bisa menahannya sejauh ini?',batin lisa.

Lisa mengeluarkan gunting yang tadinya ia kira akan berguna untuk memotong perban. Siapa sangka ia akan membutuhkan gunting itu untuk memotong pakaian sehun.

"Kau terlihat tenang untuk ukuran orang yang tak pernah melihat luka sebesar ini," ujar sehun tanpa menoleh ke belakang.

"Aku sempat kuliah kedokteran sampai enam semester, sebelum memutuskan kalau itu bukanlah profesi yang cocok untukku," jelas lisa. Anehnya sehun tak terkejut dengan kenyataan itu, membuat lisa curiga kalau sehun mungkin saja sudah memeriksa latar belakangnya dengan sengaja.

Because there's a reasonWhere stories live. Discover now