KEJUTAN

64.9K 9.9K 2.2K
                                    


Tuhan pasti memberi pertolongan pada orang-orang lemah yang tidak bersalah. Jangan cuma duduk diam dan pasrah, karena pertolongan-Nya hanya akan datang pada mereka yang pantang menyerah.

***

Pijar melangkah gontai menuju tempat kerjanya. Sebenarnya ia malas berangkat, malas kerja, malas melakukan hal apa pun semenjak kehilangan sosok Bu Ghina. Tapi kalau terus mengikuti ego, mau bayar uang sekolah pakai apa? Mau beli kebutuhan ini itu dengan uang siapa?

Napas Pijar berhembus lemah. Ia tahu pada akhirnya yang meninggalkan hanya bisa dikenang, dan yang ditinggalkan harus tetap berjuang.

"Sorry, gue lagi nggak mood." Baru sampai gerbang rumah hantu Nightmare Dome, Pijar sudah berbicara sendiri.

Malam yang tampak cerah dan bertaburan bintang itu, tiba-tiba mengeluarkan suara gemuruh. Membuat titik-titik air menetes tanpa terduga.

"Gue nggak nangis, kok." Pijar jadi merasa terharu saat suara di sekeliling memintanya untuk tidak menangis. "Iya, iya, gue nggak bakal sedih lagi."

Rintik-rintik hujan berhenti. Angin yang tadinya berhembus kencang, mulai meniupkan semilir yang menyejukkan. Pijar mengedipkan sebelah matanya ke sisi kanan. Tidak ada kehidupan. Kosong. Yang tampak hanya lahan luas tanpa ditumbuhi tanaman apa pun.

"Hei, Jar. Lo baru dateng?" Farhan menepuk pundaknya. "Kata Mas Wisnu nanti selesai kerja kita ada meeting dulu."

"Meeting? Di ruang biasa?" tanya Pijar lalu mengikuti Farhan yang berjalan cepat.

***

Ada yang aneh di rumah hantu Nightmare Dome malam itu. Baru jam delapan malam, Wisnu sudah meminta anak buahnya untuk berkumpul di ruang meeting. Tidak hanya itu, ia sampai menutup gerbang depan agar tidak ada lagi pengunjung yang datang.

"Lo tahu kenapa Mas Wisnu minta kita kumpul di sini?" bisik Susi terdengar sedikit panik.

Lina menggeser tubuhnya sampai duduk berdempetan dengan Pijar dan Susi. "Jangan-jangan mau ada PHK massal."

Vania langsung parno. "Kalo emang kita nanti kena PHK, mau mangkal di mana lagi setelah ini?"

"Malam semuanya," sapa Wisnu dengan kemeja putih rapi seperti orang sedang magang.

Lina meneguk ludah. Ia menatap satu per satu temannya yang duduk berseberangan dengannya. Ada satu hal yang membuatnya bertanya-tanya.

Kenapa para hantu lelaki terlihat santai dan malah senyum-senyum penuh arti gitu? Bahkan Farhan dan Dito asyik memainkan ponsel di bawah meja. 

"Hari ini gue mau kasih pengumuman penting ke kalian."

Susi mulai merasakan jantungnya melemah. Tangannya berkeringat dingin. 

"Mas!" Vania memberanikan diri mengacungkan jari lalu beranjak dari kursi putih itu. "Apa dari kita ada yg bikin kesalahan? Apa jangan-jangan ada PHK masal?"

Wisnu mencondongkan tubuhnya lalu berpegangan pada meja di depannya. Meja berbentuk kotak yang dilapisi kain putih itu, seperti dipersiapkan untuk menjadi tempat eksekusi mati saja.

"Duduk, Van. Duduk." Wisnu berusaha meredam kepanikan anak buahnya. "Kalau kalian ngerasa nggak ngelakuin kesalahan, ngapain gue pecat?"

"Tapi kemarin-kemarin saya sering absen, Mas." Pijar mengakui kesalahannya.

Farhan menatap Pijar yang duduk di seberangnya. "Jar..jar.. kalau pun lo nggak masuk kerja sampe setahun, lo nggak bakal dikeluarin dari sini. Malah yang ada, Mas Wisnu yang keluar gara-gara nggak kuat nahan kangen dan jauhan sama lo."

Happy Birth-die (SUDAH TAYANG SERIESNYA)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें