Menghilang

1K 71 1
                                    

Hari terus berganti dan kedekatan antara Alyssa dan Angkasa pun semakin dekat. Pelan pelan Alyssa melupakan segala pikiran buruknya bahkan dia sering tertawa dan terlihat bahagia. Sebenarnya cukup Alyssa berada didekat orang orang yang ia sayangi itu sudah cukup mengobati hatinya dan menjauhkan segala pikiran buruknya terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang menyebabkannya selalu ketakutan disetiap malamnya.

Tadi Alyssa tidak sekolah dan tidak ada kabar sama sekali. Angkasa kira hanya dirinya saja yang tidak dihubungi Alyssa, ternyata teman temannya pun sama. Angkasa putuskan bahwa dia akan mendatangi rumah Alyssa dan menanyakan perihal kabarnya. Sejujurnya Angkasa merindukan gadis itu. Alyssa begitu manis, ceria, tapi rapuh. Angkasa ingin selalu berada disisi Alyssa dan melindungi gadis itu, memberikan kebahagian dan mengukir cerita tak terlupakan. Entah kenapa, yang jelas ketika melihat senyum Alyssa semua terasa seperti kebahagiaan baru bagi Angkasa.

"Woi Sa! Kenapa lo? Ngelamun aja terus!"tanya Aris sambil menepuk pundak Angkasa.

"Bel kapan bunyi?"tanya Angkasa balik.

"Bentaran lagi, kenapa lo? Kangen Alyssa ya?"goda Aris.

Angkasa diam dan malah terus fokus melihat kearah jendela. Sebenarnya kelasnya ini sedang jam kosong, alias tidak ada guru. Tapi tetap saja Angkasa tidak bisa pergi begitu saja karena memang gerbang sedang diawasi oleh guru BK.

"Santai aja bro, Al nggak akan kenapa kenapa kali. Kagak kuota kali dia makanya nggak kabarin lo"ucap Tifan sambil sibuk pada ponselnya.

Angkasa diam tidak menyahuti omongan kedua temannya. Kadang Angkasa suka bingung sendiri dari mana kedua temannya itu tau masalahnya.

"ASTA BENER BENER YA LO! BALIKIN SEPATU GUE!!!"

Prang!

"Buset dah! Suara sape tuh? Ngagetin gue kampret!"kesal Aris sambil mengambil ponselnya yang jatuh akibat teriakan seorang gadis yang entah seperti apa bentuk gadis itu yang jelas suaranya nyaring banget.

"ASTA! KENAPASIH LO BULLY GUE TERUS?! BALIKIN!"

"AMBIL DONG KALO BISA! PENDEK LO!HAHAHA!"terdengar gelak tawa Asta dan teman temannya.

Sementara didalam kelas Aris sibuk menjuliti sikap sodara kembar sahabatnya yang menurutnya beda jauh sekali dengan Angkasa. Mana pernah Angkasa bully bully orang gitu macam si Asta.

"Kadang gue aneh deh sama kembaran lo Sa, otaknya gesrek parah brengsek pula. Ck ck, dasar orang ganteng"

"Yang jelek diem aje!"sambar Tifan.

"Yang brengsek diem aja! Urusin noh pacar pacar lo yang bejibun"

Tifan tertawa keras dan kembali sibuk dengan ponselnya. Sementara Angkasa masih sibuk dengan pikirannya.

"Bodoamat anjir gue diamuk tuh guru yang jelas gue harus ketemu Al sekarang!"batin Angkasa. Akhirnya dia memutuskan akan kabur siang ini. Toh bel setengah jam lagi, tidak apa apa dong kalo Angkasa mendahului?

Laki laki itu menyambar tas hitamnya dan jaketnya dan segera mencelos keluar kelas diiringi teriakkan Aris yang menanyakan mau kemana Angkasa.

"WOI SA! MU KEMANA LO?!"

"BEL MASIH LAMA ANJENG!"

"KABUR YA LO? TUNGGUIN WOI!"

"BERISIK ARIS KAMPRET!"kesal Tifan.
Asta yang sedang tertawa bersama teman temannya karena melihat korban bully nya kesusahan meraih sepatunya yang dia gantungkan diatas pohon, seketika berhenti sebentar ketika melihat sodara kembarnya sedang berjalan lempeng seolah tidak melihat dirinya.

AnxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang